1. Rindu Pertama

165 14 4
                                    

Pagi itu, Zara udah siap-siap untuk berangkat sekolah bareng Zafran. Seperti kakak adik pada umumnya, selalu saja ada masalah dipagi hari. Apalagi, kakak laki-lakinya seperti Zafran.

"Bang, ayo! Kok lama sih! Keburu telat atuh bang," teriak Zara dengan logat sok Sunda. Zara emang orang Bandung sih, tapi nggak asli orang Sunda, hehe.

"Iya neng, udah nih" jawab sang kakak yang mulai menghampiri Zara.

"Lama kali kau bang!"

Zara selalu diantar-jemput oleh Zafran dengan motor sportnya yang berwarna merah menyala itu. Sampai-sampai waktu Zara kelas satu SMA dulu, ia pernah disangka sebagai pacar dari Zafran. Zara cuma nggak diantar-jemput Zafran pas Zafran lagi sakit atau ada acara sendiri aja. Selebihnya, selama Zafran mampu, ia akan mengantar-jemput adiknya itu. Dapat dimaklumi karena kegiatan kelas XI dan XII yang jelas berbeda.


***

Disekolah, seperti biasa Zafran langsung ngeluntrung ke kelasnya setelah memarkir motornya, Zara juga langsung ke kelas bersama Celine yang sudah menunggu Zara dari tadi didepan gerbang.

Pagi itu, Zara nggak ketemu sama cowok songong yang selalu duduk disebelahnya dan Celine. Yap, si Bintang! Dia nggak ada.

Padahal, biasanya dia paling awal datangnya. Ya karena dia ketua piket di kelas. Meskipun dia orangnya nyebelin, dia cinta kebersihan banget.

Zara akhirnya menanyakan soal Bintang ke Shirin. Dia ini tetangganya Bintang.

"Rin, tadi pagi lo lihat Bintang gak?" tanya gue.

"Tadi pagi gue sempat lihat mobil ayahnya Bintang ngebut lewat depan rumah gue, tapi gue nggak tahu mau kemana," jawabnya.

"Oh, yaudah makasih ya infonya," bales gue.

Zaraaa:

Bi, lo kemana? Lo nggak sekolah? Lo sakit? Atau lo lagi liburan? Kok nggak izin?

'Mungkin dia lagi benar-benar sibuk. Makanya pesanku nggak dibuka.' -Zara.

***

Bel tanda masuk berbunyi. Bu Sara selaku wali kelas kami pun masuk.

"Anak-anak, siapa yang nggak masuk hari ini? Kok kelihatan sepi ya?" tanya bu Sara.

"Bintang nggak ada bu," jawab si Rendy, selaku ketua kelas.

Rendy Arganatha. Yap, dia selalu jadi ketua kelas semenjak Zara kelas sepuluh, guys. Zara benar-benar mengakui kalau dia ini memang adil banget orangnya.

"Apa ada yang tahu kabar soal Bintang?" tanya bu Sara lagi.

"Nggak tahu bu," jawab satu kelas serempak.

***

Saat istirahat, Zara hanya berdua dengan Celine. Mereka pun memutuskan untuk makan siang di dekat lapangan basket, tempat biasa mereka nongkrong bertiga sama Bintang.

Biasanya, mereka duduk sambil liatin si Bintang main basket.

"Sepi ya Lin," celatuk Zara.

"Iya Ra, cuma gara-gara Bintang nggak masuk aja udah sepi. Padahal pas dia masuk, dia bikin rusuh aja," balas Celine.

"Ya gitu deh si Bintang, gimanapun dia itu, dia tetap sahabat kita," tegas Zara.

***

Pagi itu pukul 07.30, Bintang terbaring lemah di kasur rumah sakit. Bahkan untuk bicara dan gerak saja ia kesusahan. Saat sedang sarapan tadi ia keracunan makanan. Pembantu rumah tangganya masih baru, jadi dia nggak teliti mengecek label kemasan makanannya. Alhasil, Bintang makan makanan yang kadaluarsa.

Pas Bintang lagi istirahat, tiba-tiba ibunya membangunkannya. Katanya, Zara mengirimkan pesan ke dia sekitar dua jam yang lalu.

'Gila nih cewek khawatir amat.' batinnya.

"Biarin ajalah ma, nggak papa. Nanti aja kalo Bintang udah kuat, Bintang balas sendiri," kataku.

'Udah mau jam pulang sekolah nih, gue juga udah lumayan. Gue bales chatnya si Zara dulu ah.' batinnya.

Bintang my best :

Ra, gue dirumah sakit.

Read.

Zaraaa :

Rumah sakit mana? Lo ngapain disana? Lo sakit? Lo udah makan? Udah minum obat? Gimana sih lo! Ah masa lo sakit? Kok bisa?!

"Tuh kan, ini cewek khawatiran banget sama gue. Emang bener-bener dah," ucap Bintang pada dirinya sendiri.

Belum sampai lima belas menit Bintang memejamkan matanya, ia mendengar ada yang berlari kearah kamarnya. Tiba-tiba seseorang masuk ke kamar Bintang. Bintang yang masih kesusahan duduk itu cuma bisa senyum ke dia.

"Khawatir banget ya?" tanya Bintang.

"Apaan sih! Lo tuh yang bikin khawatir! Kok bisa sih lo sakit kek gini, mana lo pucat banget lagi," keluhnya sambil bolak balik mukanya Bintang.

'Gemes aja lihat lo kek gini.' -Bintang

"Gue nggak papa atuh, neng Zara. Cuma keracunan makanan doang," jelas Bintang menerangkan.

"Gitu lo bilang doang?!"

'Tambah lucu aja nih bocah.'

"Gue duduk aja susah, lo masih mau marahin? Dasar lo ah!" lama-lama sebal juga Bintang mendengarnya.

'Lo emang sering bikin gue baper, Bi. Tapi, sikap lo yang masih playboy gini, bikin gue susah buat bener-bener yakin sama perasaan gue ke lo. Gue selalu jadi temen curhat lo kalo lo bener-bener lagi down, ataupun lagi seneng sampai mau meledak. Tapi, gue sih nyaman-nyaman aja.' -Zara

"Udah lo tidur aja, istirahat gih! Gue udah disini, jadi gue yang bakal jagain lo," ucap Zara ke Bintang dengan gayanya yang sok.

"Makasih ya," balasnya.

'Lihatin kamu pas tidur gini manis juga. Meskipun bibir kamu yang pucat bikin aku nggak tega lihatnya.' -Zara.

Kata ibunya, pagi ini Bintang udah bolak balik kamar mandi cuma untuk muntah. Katanya, udah sampai delapan kali. Gimana ayahnya nggak ngebut ke rumah sakit coba. Ah, Shirin bener.

Setelah sekitar dua jam Zara menjaga Bintang, ia memutuskan untuk pulang dulu. Bersih-bersih, dan pastinya mandi juga. Zara pun segera menghubungi Zafran untuk menjemputnya di rumah sakit.

***

"Ma, Pa, Zara pulaang!"

"Dek, mereka lagi ribut. Gausah teriak-teriak," kata Zafran.

'Duh, ribut lagi ribut lagi. Gitu aja tiap hari. Capek lihatnya Ma, Pa.'


to be continued.

Seru gak sih? Comment ya untuk yang mau ngasih kritik atau saran. Hope you like it, guys!💕

Miracle of First Love [Lagi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang