30. Enough

41 8 3
                                    


Sebelum baca part. ini, ada baiknya kalian buka dulu part. 20 yaa. Soalnya, part. ini ada kaitannya sama quotes nya Zara di part. 20, thankss.

Beribu bintang yang hiasi malam, tak seindah sinar yang kau pancarkan.
-Sunshine Becomes You-

"Ra.." panggil Deon dari balik punggung Zara.

Zara kenal suara itu. Suara seseorang yang belum genap satu tahun ini selalu ada untuknya, selalu disampingnya, bahkan selalu siap untuknya. Ia pun langsung berbalik badan dan segera berlari ke si pemilik suara. Spontan, Zara langsung memeluknya dan tangisannya pun pecah seketika karena tak dapat dibendung lagi.

"Hey! I'm here Ra, it's okay now. You don't have to cry anymore.. You're too precious too cry," ucap Deon sambil tersenyum dan mengelus pelan rambut Zara, berharap akan membuatnya lebih tenang.

Bukannya lebih tenang, Zara malah semakin menjadi-jadi. Jujur saja, Deon masih belum tahu apa permasalahannya. Sekuat apapun ia menerka, menurutnya semua dugaannya salah. Ia membutuhkan penjelasan langsung dari Zara.

'Nangis aja, Ra. Keluarin semua yang kamu rasain, aku disini untuk kamu.' batin Deon.

Setelah tangisannya mereda, Deon meminta Zara untuk tetap diatap rumah sakit sambil melihat pemandangan halaman rumah sakit yang sejujurnya sangat indah bila dipandang. Deon berharap, Zara bisa benar-benar tenang. Ia tahu, bila ia mengajaknya keluar sekarang, ia pasti akan berpapasan dengan Bintang lagi dibawah. Deon pun memutuskan untuk memberi waktu pada Zara untuk benar-benar menenangkan dirinya.

"Yon, cukup," ucap Zara tiba-tiba.

"Ha?" sekiranya begitulah reaksi Deon. Tentu ia sangat kebingungan dengan ucapan Zara barusan. Entah apa yang dimaksud Zara.

"Cukup sampai disini, Yon. Aku...

























...Aku udah capek berjuang."

"Ra?! Lo serius?! Sebenarnya ada apa sih tadi itu? Lo aja belum jelasin ke gue, Ra."

Zara pun menjelaskan kejadian tadi pada Deon dengan sedikit terisak. Mengingatnya saja sudah terasa sakit, apalagi harus mengungkapkannya seperti ini.

"Jadi, maksudnya..."

"Iya. Aku, mau jadi pacar kamu," ucap Zara dengan senyum tipis yang keluar dari wajahnya, yang entah kenapa terlihat sangat manis seperti biasanya. Entah itu tulus ataupun tidak.

"Tunggu sebentar. Ra, waktu itu aku nembak kamu tanpa ada paksaan untuk nerima aku jadi pacar kamu. Aku nggak mau kamu mencintai aku karena terpaksa. Aku mau kamu tulus, Ra. Ikuti kata hati kamu."

"Tapi, Yon."

"Stop! Kita jalani aja dulu apa adanya. Aku mau kamu mencintai aku tulus dari hati kamu. Bukan cuma pas kamu lagi sakit hati aja. Oke?"

"Hm.. Oke," balasnya dengan senyum manisnya yang lebih lebar dari sebelumnya.

'Tuhan, izinkan aku mencintainya sepenuh hatiku.' batin Zara sambil memandangi wajah samping Deon yang tak bisa dipungkiri untuk disebut tampan itu.




***

Bagaikan ribuan panah, kejadian pagi itu benar-benar menusuk dalam hati Bintang. Satu hal yang paling ia takutkan setelah ini adalah, Zara pergi menjauh darinya.

Ia tak ingin persahabatannya hancur karena masalah cinta. Apalagi, ialah yang menyakiti hati Zara secara terang-terangan.

"Aarrgghhh!!" teriaknya frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

Miracle of First Love [Lagi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang