32. Back to the Beginning

53 10 2
                                    


Terkadang bukan usaha kita yang salah dan sia-sia. Hanya saja, hasil yang datang agak terlambat.

-Bintang-


Pagi itu Zara memulai hari pertamanya sebagai siswa kelas XII. Ia berangkat ke sekolah bersama Ayra dengan diantar pak Zuhri. Ia telah membiasakan dirinya untuk diantar pak Zuhri, agar saat Zafran tengah di Jakarta nanti ia tak kesusahan. Pasalnya, Zafran memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Indonesia.

Tahun pelajaran kali ini semuanya terasa berbeda. Tanpa adanya Zafran yang biasa mentraktir Zara di sekolah. Tanpa adanya kak Axel yang biasanya modus ke Ayra tiap istirahat ke kelas. Tanpa Yasmine, seorang gadis yang sangat cantik namun sempat menyayat hatinya karena sempat berpacaran dengan Bintang tanpa sepengetahuannya. Bahkan kedekatannya dengan Bintang selama ini pun turut hilang bersama perginya orang-orang itu.

Bukannya Zara sudah tak sayang pada Bintang. Masalahnya, hatinya tetap belum siap menerima semuanya. Entah mengapa Zara yang sekarang bersikap seperti ini. Zara yang berubah menjadi tak mudah menerima kenyataan, Zara yang mudah marah, bahkan Zara yang sekarang hampir tak pernah bersikap manis ke Bintang.

Saat baru tiba disekolah, Bintang melihat Zara di gerbang depan saat Zara baru turun dari mobil. Bintang pun langsung mempercepat laju motornya untuk menyamai langkah Zara yang sedang berjalan ke kelas bersama Ayra.

"Ra!"

"Zara!"

"Pagi Zaraa!" ucap Bintang saat telah berada tepat disamping Zara.

Namun, bukannya menyapa balik, Zara malah mempercepat langkahnya dan menarik tangan Ayra untuk mengikutinya.

"Ra! Lo kenapa sih? Itu si Bintang nyapa lo sampai teriak-teriak gitu. Kok lo malah lari?" ucap Ayra dengan nada yang agak tinggi.

"Nggak kenapa-kenapa kok, Ay. Lagi nggak mood aja sama si Bintang," jawab Zara kesal.

"Lo marahan?"

"Bukan urusan lo sih, Ay," balas Zara semakin cuek.

Akhirnya Ayra pun hanya diam dan mengikuti langkah kaki kakak kembarnya itu.






'Ra, gue bersyukur banget lo udah enakan dan bisa masuk sekolah hari pertama kelas XII. Semoga lo bisa sehat terus, ya. Terserah lo mau nolak kayak apapun, gue cuma mau lo maafin gue dan kita sahabatan kayak dulu lagi. Gue nggak bisa diam terus, Ra. Semoga usaha gue nggak sia-sia.' batin Bintang menyemangati dirinya sendiri.




***

Terlalu sakit yang Zara rasakan saat ini. Ia tak peduli lagi bila Bintang tak suka pada apa yang ia lakukan padanya. Rasa menyesal yang Zara rasakan tentang pernyataannya waktu itu lebih besar dari rasa sayangnya ke Bintang untuk kali ini. Entah hantu mana yang telah merasukinya saat ini. Bagaimana mungkin Zara yang biasanya bisa terkalahkan hanya karena ditolak oleh sahabat dari kecilnya itu? Persetan dengan semua itu, Zara tetap tak bisa berhenti memikirkan tentang hari itu.

Hari dimana ia menjadi Zara yang paling bodoh dalam hidupnya.

Hari dimana kata "maaf" terdengar sangat menyakitkan ditelinganya.

Hari dimana ia merasa benci pada dirinya sendiri.

Bahkan Zara sendiri tahu dan sadar bahwa apa yang saat ini ia lakukan adalah salah. Berapa kali pun ia memikirkannya, ini semua memang salah. Namun, hatinya sudah terlanjur membeku. Membeku karena hal yang benar-benar tak masuk akal. Hal yang jelas-jelas dinilai sepele oleh banyak orang.



***

Hari-hari saat Zara duduk dikelas XII tiba-tiba berubah total 180 derajat dari yang sebelumnya. Setahun yang seharusnya menjadi masa-masa terindah baginya karena ini adalah tahun penutup sekolahnya, malah ia lalui dengan kelam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miracle of First Love [Lagi Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang