Vengeance Part 6

146K 3.4K 35
                                    

"Kemana Keith?" tanya Calvin yang melihat salah satu pelayan dirumahnya lewat di lorong rumahnya, ia sudah mencari ke kamarnya, dan seluruh penjuru rumahnya, tapi tidak ada Keith dimanapun.

"Bukan kah tuan pulang tanpa nyonya Keith?" tanya pelayan itu kembali seraya menunduk, ia merasa gugup baru kali ini Tuan besar dirumahnya itu berbicara padanya, mimpi apa dia semalam? Mendapatkan kesempatan berbicara pada laki laki yang menurutnya paling sempurna diantara karya tuhan lainnya yang pernah ia lihat.

"Aku pulang bersamanya! Tak bisa kah kau liat tadi aku menggadengnya?" tanya Calvin, seusai ia mengucapkan itu ia terdiam.

"Fuck!" Pekik nya seakan tersadar akan sesuatu, ia setengah belari panik turun dari tangga mencari keberadaan Keith.

Jika pelayan tersebut tidak melihatnya masuk bersama Keith, berarti memang perempuan itu belum sempat masuk kedalam rumahnya, dan hanya satu tempat dimana Keith saat ini.

"Gadis bodoh" Calvin berdecak kesal dan khawatir melihat Keith yang tergulai lemas di foyer depan rumahnya. Bukan khawatir karena apa apa, hanya saja ia khawatir rencananya belum ia selesaikan. Belum saatnya gadis itu sakit, atau lecet walau hanya 1 mm.

Ia segera menggendong tubuh Keith dengan cara bridal style. Untuk seukuran badannya Keith terbilang lumayan berat karena Calvin sedikit kelelahan menggendong ke kamar keith yang berada di lantai tiga.

Mungkin payudara dan bokongnya alasan mengapa wanita ini lebih berat dari pada kelihatannya. Fikir Calvin

Dan baru kali ini Calvin merasa menyesal mempunyai rumah besar dan bertingkat tingkat.

Ada sebuah benda kotak kecil interkom yang menempel pada tembok kamar Keith, seperti stopkontak bentuknya. Di kotak itu terdapan bolongan berpagar untuk melepas suara, dan bolongan kedua untuk menerima suara. Langsung saja Calvin menekan tombol dan tidak segan segan berteriak di depan benda itu meminta kompresan air dingin.

Keith tidak demam, suhu badannya pun stabil. Hanya saja Calvin sangat kalut saat ini, ia tidak tahu harus melakukan apa lagi selain memberi kompres kepada Keith berharap keadaannya akan membaik. Ini pertama kalinya Calvin harus berurusan dengan orang sakit, ia terlihat sangat kehilangan arah, tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

Pelayan-pelayan yang berada di service area mendengar gertakkan seperti itu merasakan nyali mereka gentar karena tuan besarnya terdengar sangat murka saat ini, entah apa sebabnya.

"Kompresan tuan?" Tanya salah salah satu pelayan yang memang tugasnya menjawab interkom yang masuk untuk memastikan permintaan Calvin. Suaranya begetar takut, ia takut mengatakan salah kata, karena salah satu patahpun bisa membuatnya kehilangan pekerjaannya.

"Ya, cepat lah kau kesini" jawab Calvin tidak sabar.

"Ada lagi tuan?" Tanya nya memastikan sekali lagi.

"Tidak usah banyak tanya!" Suara Calvin sudah mulai kesal, pelayan itu langsung mengumpat dirinya sendiri.

Tentu saja tidak ada lagi yang ia mau. Jelas-jelas Calvin hanya minta  kompresan!

"Baik tuan, segera akan diantarkan" jawabnya lantang dan siap, seakan baru dapat perintah dari inspektur upacara.

Calvin segera menelfon dokter pribadinya dengan sedikit emosi. Susah untuk berfikir rasional saat ini, ia takut bahan umpan untuk mengahancurkan Hareis kenapa-kenapa sebelum tanggal mainnya.

Merolco Hareis

Satu nama yang telah merenggut kebahagiaannya.

——

VengeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang