Vengeance Part 14

134K 3.8K 204
                                    

Keith merapihkan alat tulisnya, selesai sudah mata kuliahnya hari ini. Ia ingin buru buru pulang, tapi langkahnya terhenti disaat ia melihat Alex didepannya merangkul Gior penuh kasih sayang.
Keith memperhatikan mereka berdua dengan pandangan sulit dibaca.

Ternyata Gior sadar dengan keberadaan Keith dan melambaikan tangan kearah wanita itu.

"Keith!" Panggil Gior, Keith langsung tersenyum dan berjalan kearah Gior.

"Apa kabar?" tanya Gior dengan senyuman manisnya.

"Aku baik. Bagaimana tentang kalian?"

"Aku baik" jawab Gior, "aku juga" sambung Alex.

"That's good. Okay aku pulang deluan ya, sampai nanti" Keith tersenyum sambil melambaikan tangannya bergegas untuk pergi, ia tidak mau lama-lama berada bersama Gior dan Alex tanpa Calvin. Ia takut akan kemungkinan yang akan Calvin lakukan jika tahu Keith berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya, pria itu tidak bisa di prediksi.

"Kenapa buru buru Keith? Gimana kalau kita makan dulu? Ada Michelle juga" Gior berkata antusias, tidak menyadari perubahan raut wajah Keith.

Michelle? Sounds like a bad plan.

"Tidak terimakasih. Aku sebaiknya tidak ikut" gumam Keith.

"Memangnya kenapa? Ayolahh Keith ikut saja" Rayu Gior, perempuan itu benar-benar menganggap Keith sebagai temannya.

Keith, Gior, dan Michelle belajar di dalam satu kampus yang sama, tetapi berbeda fakultas dan karena itu mereka awalnya tidak mengenal satu sama lain.

"Tidak. Aku ingin buru-buru pulang, sudah mempunyai janji dengan Calvin" dusta Keith. Janji dengan Calvin? Haha mari tertawa bersama, tapi itu adalah satu-satunya cara untuk Gior menerima tolakkannya.

Alex hanya berdiri disitu, merangkul pundak Gior tanpa berkata-kata sama sekali. Ia hanya memperhatikan pacarnya berbicara, pria itu terlihat sangat terobsesi dengan Gior.

"Waah sayang sekali. Yasudah mungkin lain kali, dan lain kali kau tidak boleh menolak" kata Gior memperingatkan.

"Ya, tentu saja lain kali aku akan ikut, aku deluan ya" Keith melambaikan tangannya dan bergegas pergi.

"Jadi? Mau makan dimana memangnya sayang?" tanya Alex kepada Gior, suara itu masih samar-samar terdengar di telinga Keith.

'Love birds' kata Keith dalam hati sambil tersenyum pedih.

Keith merogoh handphone nya dari kantong celananya, ia membaca kembali email tadi malam yang dikirimkan pengacara ayahnya tentang keberadaan ayahnya saat ini. Akhirnya, ia tahu dimana ia harus menemui ayahnya, senyuman Keith langsung merekah dan berjalan cepat mencari taksi untuk menuju kearah alamat yang tertera di email tersebut.

——


Taksi itu berhenti di rutan penjara, Keith membayar argo taksi itu dan segera turun, melihat sekeliling tempat yang sangat tertutup dengan pagar beton yang sangat tinggi. Ia diarahkan masuk melawati pintu yang tidak begitu besar, kontras dengan tempat bangunannya yang begitu besar.


"Sebelah sini" kata polisi wanita dengan suara lembut dan tegas itu, menyuruhnya menunggu di sebuah ruangan yang khusus untuk bertemu dengan tahanan. Benar benar ia ingin pulang sekarang, suasana yang tidak tenang disini, ia begitu tidak betah dengan suasana sel tahanan engap dan lembab ini. Sungguh bagaimana kabar ayahnya? Apakah ia betah? apa ia bisa makan makanan yang ia sukai? Apa ia bisa tidur dengan cukup dikasur yang empuk?

"Keith" gumam laki laki yang baru masuk ruangan tempat Keith menunggu, di sampingnya polisi yang mengawalnya sampai ruangan ini.

Keith ternganga

VengeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang