Part 17

13 3 0
                                    

Entah takdir yang menuntun kita dalam setiap langkah hidup ini. Atau langkah kitalah yang menentukan takdir itu sendiri.

***

Kenzi pov

Akhirnya hari pembalasan telah tiba. Arzi dan pasukannya siap menyerang kerajaan. Tentunya dengan rencana yang telah disusun dengan matang. sebuah strategi yang tertata dengan rapi.

Saat Arzi, Nick dan pasukannya bertempur yang aku dan Briel lakukan hanyalah menunggu dirumah dan mendo'akan mereka. Bukan karena aku tidak bisa berperang tapi aku harus berpura-pura tidak bisa. Karena aku takingin mereka tahu kalau aku ini adalah vampir jadi lebih baik aku menjaga Briel saja dirumah.

Selama peperangan berlangsung aku sangat khawatir dengan keadaan Arzi dan Nick. Kuharap mereka baik-baik saja.

Tanpa kabar yang pasti, aku hanya bisa menduga-duga apa yang sedang mereka lakukan saat ini. Entah masih berperang atau sudah selesai. Tapi aku bukanlah cenayang yang bisa melihat sesuatu dari jarak jauh.

Sekarang yang kulakukan hanyalah menunggu. Menunggu kepulangan suamiku. Meski ada rasa takut dan khawatir, tapi aku yakin Arzi pasti pulang dengan selamat.

Kenzi pov end

***

Awan gelap menggulung hamparan langit yang putih. Kilat menyambar dan guntur bergemuruh seolah memberi pertanda akan turunnya hujan.

Bagi orang awam mungkin itu hanyalah hujan biasa. Namun bagi Kenzi yang terbiasa membaca kehendak alam, semua itu seolah pertanda. Pertanda akan sebuah kejadian yang akan terjadi. Petir menyambar dan guntur bergemuruh seakan memberitahukan kejadian yang buruk akan terjadi.

Dirumah bernuansa kuno itu, kenzi terus berjalan mondar-mandir. Ditempat tidurnya yang terletak dipojok ruangan terdapat Briel yang sedang tertidur pulas dengan nyamannya.

Hati Kenzi gelisah, raganya mungkin ditempat itu tapi pikirannya jauh berkelana sampai ketempat Arzi berada. Rasa khawatir dan takut tergambar jelas diwajahnya, tidak ada lagi wajah tenang dalam menghadapi setiap masalah. Kini Kenzi benar-benar kacau.

***

Dilain tempat, dimana Arzi berperang suara gaduh dan ramai memekakkan telinga. Suara pedang berayun dan beradu serta suara ringikkan kuda menjadi sebuah melodi tersendiri.

Jeritan semangat serta rintihan kesakitan menjadi sebuah paduan suara yang merdu. Banyak nyawa berjatuhan, banyak darah berceceran tak jarang pula yang sakit tetap berperang.

Arzi duduk diatas kudanya dengan gagah sambil memegang pedang ditangan. Diayunkannya pedang dengan keberanian, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak korban dari pihak musuh yang berjatuhan. Luka ditubuhpun tidak bisa dihindari, meski hanya sepanjang jari pasti ada yang bersemayam.

Perang terus berlangsung, seluruh pasukan musuh mati tergeletak tak berdaya. Tinggal mencari sang pemimpin yang bersembunyi disarangnya, maka perang ini akan berakhir dengan bahagia.

Arzi memasuki istana bersama pasukannya yang tersisa. Dia terus mencari keberadaan sang pemimpin yaitu Devas. Keberadaanya tidak ditemukan sejauh ini hingga Arzi memeriksa kamar utama. Alangkah terkejutnya Arzi dengan apa yang ia lihat dihadapannya.

***

Arzi pov

Apa-apaan ini. Sebuah kenyataan yang sangat mengejutkan bagiku. Sebuah kenyataan yang pahit.

Vampire TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang