Part 12

38 5 0
                                    

Ikatan suci yang terjalin karena keinginan adalah kewajaran. Namun ikatan suci yang dijalin karena keadaan mungkin sebuah takdir atau keterpaksaan.

***

Setelah pencarian yang melelahkan. Saat ini Arzi, Kenzi dan Briel sedang sarapan bersama. Ya kaliyan benar, ini adalah permintaan Briel lagi.

Sarapan pagi itu masih sama dengan sarapan sebelumnya, tidak ada yang berbicara satu sama lain. Mungkin yang membedakan adalah rasa kaku dan dingin yang dulu menyelimuti Arzi dan Kenzi telah berubah menjadi rasa malu karena kejadian tadi pagi.

Pagi mulai menyingsing menjadi siang dan saat sarapanpun berakhir. Berakhirnya sarapan pagi waktu itu bukan berarti sebagai berakhirnya kebersamaan mereka. Briel kembali meminta dengan mata yang hampir berkaca-kaca untuk ditemani berjalan-jalan. Sekali lagi rasa sedih jika melihat Briel sedih, menjadi pendorong bagi Arzi dan Kenzi untuk melakukan semua permintaan Briel.

***

Kenzi pov

Kami bersama lagi, Aku, Arzi dan Briel. Kami berjalan-jalan ditaman seperti saat pertama aku bertemu dengan Arzi dan Briel. Lebih tepatnya pertemuan kedua, karena saat pertemuan pertama kurasa masih ada genjatan senjata antara aku dan Arzi. (kaya perang aja mbak!😅)

Seolah sedang terjadi perang dingin, saat itu tak ada satupun antara Arzi dan aku yang berpikir bahwa kami akan deipersatukan oleh taksir. Keadaan saat itu masih sama seperti keadaan saat ini. Yang membedakan hanyalah gunung es yang menjulang tinggi saat itu kini mulai mencair. Dan orang yang saat ini digendong Arzi adalah aku bukan Briel.

Sungguh ironis melihat keadaanku saat ini. Kenzi yang dulu tidak akan mati walau tertimpa 100 gunung, sekarang kesakitan karena keseleo. Dan parahnya dia harus digendong oleh laki-laki yang tak pernah ada dalam bayangannya sama sekali.

"apa yang kau lamunkan?"
"tidak ada" jawabku sekenanya karena terlalu kaget dengan pertanyaan Arzi yang tiba-tiba.

"dimana Briel?" tanyaku pada Arzi untuk mengalihkan perhatiannya. Selain itu aku memang khawatir dengan Briel yang kulihat tidak ada.

"tengoklah kekanan!" jawab Arzi dengan singkat.

Tanpa bertanya aku langsung menengok kekanan dan dapat aku lihat Briel yang sedang bermain dengan kupu-kupu dan ikan dikolam seperti tadi pagi saat kami menemukan dia.

Arzi membawaku ke bangku taman yang berada tidak jauh dari tempat Briel bermain dan dia mendudukan aku disana. Arzi duduk disampingku, namun pandangannya tetap lurus kedepan memandang Briel. Tapi dari sorot matanya aku tahu ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Namun aku tidak ingin bertanya kepadanya, biarkan dia berbicara dengan sendirinya. Mungkin dia masih menata hatinya untuk mengungkapkan kata-kata itu padaku.

"menikahlah denganku?" ucap Arzi dengan tiba-tiba dan itu membuatku terkejut setengah mati. Bukan karena dia berkata dengan tiba-tiba tapi karena pertanyaannya.

"apa? Kamu bilang apa?" ucapku yang masih syok.
"Dasar elo itu budeg apa gak punya telinga?"

"Dasar cowok sialan. Apa gitu caranya ngelamar? Setelah ngelamar langsung menghina. Cewek mana yang mau nerima coba?"

"maaf soal itu, aku serius. Kamu mau gak menikah sama aku?" ucap Arzi dengan lebih lembut kepadaku.

"kamu serius?"
"ya aku serius, sangat serius"
"apa alasannya sehingga kau melamarku"

Vampire TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang