Takdir akan selalu mengikat setiap kehidupan seseorang, dan setap takdir akan membawa kepada kebahagiaan dan penyesalan.
***
Kenzi pov
Aku terus mondar-mandir tidak jelas dikamarku, sedangkan Briel sudah tertidur dengan lelapnya. Aku semakin lelah mondar-mandir dari tadi dan akhirnya akupun tidur disamping Briel. Aku terlelap dalam dunia gelap.
***
Aku terbangun dari tidurku, dan betapa terkejutnya aku melihat keberadaanku saat ini. Aku berada ditangan prajurit dan ada Arzi dan Devas dihadapanku.
Tanpa pikir panjang aku langsung menendang prajurit yang memegangku dan Briel. Briel kusuruh lari keayahnya, namun nasib buruk menimpaku saat aku ingin lari prajurit itu sudah menangkapku terlebih dahulu.
"ayah" ucap Briel sambil berlari kepada Arzi.
Aku sangat senang melihat Briel selamat dan memeluk ayahnya. Aku sangat ingin berada disisi Arzi dan memeluknya seperti apa yang dilakukan Briel tapi aku tidak bisa. Aku hanyalah vampir lemah yang tidak berdaya. Namun aku tetap bahagia melihat Briel selamat.
"bodoh bagaimana bisa dia lari?" ucap Devas marah.
"maaf yang mulia tadi Zoya menendang saya dan mencoba untuk kabur,dan saya hanya bisa menangkap zoya tidak dengan Briel"."bodoh, aku tidak mau mendengar alasanmu. Bawa zoya kesini!"
"lepaskan aku, dasar brengsek!" umpatku kesal kepadanya.Saat ini aku berada didekapan Devas dan sebuah belati perak berada tepat didadaku, siap untuk menusuk jantungku. Aku sangat takut, dan aku juga melihat ada gurat kekhawatiran diwajah Arzi saat ini. Aku sungguh tidak tega melihatnya tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"lepaskan istriku Devas, jangan berani-berani menyentuhnya"
"oh ya, tenyata kau mencintai istrimu. Tapi apa kau tahu rahasia yang dia sembunyikan dari kalian semua?"
"apa maksudmu?" jawab Arzi.
"ingin kuceritakan atau kau yang ingin menceritakannya sendiri zoya?"
"apa maksudmu?" sungguh aku bingung dengan apa yang dimaksud Devas."rahasia kalau kau adalah vampir"
Seluruh orang diruangan itu terkejut dengan ucapan Devas. Tidak dipungkiri akupun sangat terkejut."jangan bercanda! Kau pikir ini lucu?" ucap Arzi marah.
"aku tidak bercanda, coba kau pikir! Saat kau dan Briel sarapan dan kalian keracunan Zoya tidak keracunan. Padahal Zoya memakan makanan yang sama dengan kalian. Jika masih belum percaya, bagaimana dengan fakta kalau Zoya pergi kehutan kematian untuk mencari mawar biru sendiri dan dia kembali dengan selamat. Sedangkan ratusan prajurut yang kau kirim kesana, mati sia-sia. Coba lihatlah wajahnya yang pucat, kau tidak bisa memungkirinya. Akui sajalah Arzi!"
Semua itu benar, aku heran bagaimana bisa Devas bisa secermat itu. Aku harus bagaimana?, aku tidak ingin Arzi dan Briel membenciku. Aku tidak ingin itu semua terjadi.
"apa itu benar Zoya? Tolong jawab jujur" tanya Arzi padaku.
Aku ingin berkata tidak, tapi sampai kapan aku akan berbohong. Bahkan bangkai yang busuk jika ditutupi lama-lama akan tercium baunya. Lagipula aku tidak bisa menghancurkan kepercayaan yang diberikan Arzi kepadaku dua kali.
Satu-satunya jalan yang terbaik adalah jujur kepada Arzi. Jujur tentang diriku yang sebenarnya."maaf Arzi itu benar, aku seorang vampir. Tapi Arzi aku bukan Zoya"
"apa maksudmu?""aku hanyalah jiwa yang terjebak pada tubuh vampir Zoya, namun meski aku tidak ada ditubuh zoya aku tetap seorang vampir"
"kau bercanda?"
"tidak Arzi, itu semua benar. Namaku Kenzila Alatha Nazira, aku seorang vampir. Tapi Arzi meski aku membohongimu tentang identitasku, semua yang kukatakan dan tindakanku selama ini adalah kenyataan. Arzi dari lubuk hatiku yang paling dalam aku sangat mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu. Maafkan aku Arzi, tolong jaga Briel"Sebuah belati perak yang tadi didadaku kini telah menusuk jantungku. Bukan Devas yang melakukannya tapi aku sendiri. Jujur aku tak ingin membebani Arzi. Aku juga merasa sangat bersalah karena telah membohonginya. Arzi aku sangat mencintaimu dan ini sebagai pengorbanan dan bukti cinta terakhirku padamu. Hiduplah bahagia bersama Briel. Selamat tinggal Arzi.
***
Aku terbangun dalam sebuah ruangan yang serba putih. Apa aku ada disurga? Tapi aku seperti tidak asing dengan ruangan ini. Ini kamarku, kamarku yang dulu.
Aku melihat sepasang manusia yang seperti malaikat, sungguh aku sangat merindukan mereka. Tanpa terasa air mata yang tidak pernah kutunjukan kepada mereka mengalir dengan derasnya.
"ayah-ibu"
"ada apa sayang kenapa kau menangis, apa ada yang sakit?" tanya nasyira padaku."tidak ibu, aku hanya rindu pada kalian berdua"
"kami juga merindukanmu sayang, kami bersyukur kamu sudah sadar" jawab jesen.Tangis haru dan bahagia menyelimuti hari itu. Kebahagiaan karena kembalinya Kenzila Alatha Nazira dikehidupannya yang lama.
Aku memang masih sedih karena harus meninggalkan Arzi dan Briel tapi aku juga bahagia karen bisa bertemu dan berkumpul lagi dengan ibu dan ayah.
Bahkan tanpa kusadari saat aku bersama Arzi dan Briel, aku melupakan mereka. Melupakan mereka yang telah merawatku sejak kecil. Melupakan orang tuaku sendiri. Aku merasa seperti anak durhaka.
Mungkin ini adalah takdirku, sudah menjadi takdirku untuk kembali kepada orangtuaku. Untuk lebih menyayangi dan menghargai mereka.
***
Sudah satu bulan aku kembali kedunia ini. Artinya sudah satu bulan juga aku berpisah dengan Arzi dan Briel. Hari-hariku tak pernah luput dari memikirkan mereka.
Kini aku melalui hari seperti layaknya kenzi yang dulu. Mungkin yang membedakan hanyalah cara kepemimpinanku yang kejam menjadi lebih manusiawi.
Tidak ada yang salah dengan kata manusiawi bagiku. Asalkan tidak ada yang berkhianat padaku. Karena jika ada yang berani mencobanya maka kata manusiawi hanyalah tinggal kenangan, yang ada hanyalah penyesalan. Penyesalan karena telah bermain api denganku.
Kini hari menjadi hari biasa. Aku menuangkan segala waktuku untuk bekerja. Aku takingin jika aku memiliki banyak waktu luang, karena jika aku memilikinya maka aku hanya akan teringat dengan Arzi dan Briel dan itu akan membuat aku menjadi sedih.
Aku tidak ingin berhayal bahwa aku akan bisa bersatu lagi dengan Arzi dan Briel. Karena kenyataannya aku memang sudah berpisah dari mereka. Jaman kami berbeda, kalaupun aku bisa membawanya kejaman ini maka itu semua percuma. Karena mereka seorang manusia, dan sampai kapanpun manusia dan vampir tidak akan pernah bersatu.
Kini aku hanya bisa berdo'a agar mereka selalu bahagia. Terkadang aku berfikir apakah mereka memikirkan aku walau satu kali saja. Sebagaimana aku memikirkan mereka setiap hari.
Kenzi pov end
***
Hay guys, ini detik-detik terakhir bagi cerita ini.
Maksud gue mendekati chapter terakhir.Kayaknya tinggal 1 atau 2 chapter lagi, jadi tetep setia sama chapter aku ok.
See you next chapter and I hope you will to give me vote and comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire Terkutuk
Vampire#56 tanggal 2 juli 2017 Dunia telah berubah. Jika dulu manusia yang berkuasa, maka kini vampir yang memimpin segalanya. Dia berdiri dengan angkuh dan semua mahluk berlutut dibawah kakinya. Tapi takdir membawanya pada kehidupan yang berbeda. Kehidupa...