"Kemarin saat di studio ku lihat kau meminum pil, pil apa itu hm?" Chen bertanya disela sela makannya
Sementara yang ditanyai kaget dan diam sejenak, berkutat dengan segala pemikirannya jawaban apa yang harus ia berikan pada Chen "Ti tidak, itu hanya vitamin saja" Ava sedikit terbata
Chen menyipitkan matanya, ia merasa ada yang ditutup tutupi oleh Ava, melihat ekspresi Ava yang tiba tiba berubah saat ia menanyakan itu.
"Apa kau tak apa sayang? apa kau sakit? cerita lah padaku, memangnya siapa aku ini hm??" Chen menggenggam lembut tangan Ava
'Apa aku harus mengatakannya sekarang?' Ava membatin
Baru saja Ava akan membuka suaranya, tiba tiba ponsel Chen berbunyi. Chen pamit untuk mengangkat telponnya, sementara Ava masih terlihat gusar di kursinya.
Gadis itu sibuk merangkai kata kata nya agar situasinya lebih mudah dipahami dan diterima oleh Chen.Sejujurnya Ava sangat takut jika Chen mengetahui apa yang terjadi padanya, takut Chen akan jijik padanya, takut Chen akan menganggapnya aneh, takut Chen akan menjauhi bahkan meninggalkannya.
Kini hati Ava terasa nyeri dan jantungnya berdetak lebih kencang, ia mempersiapkan dirinya.'Mungkin ini saatnya Chenzie-ya tau meski aku tau apa kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya'
Ava menunggu Chen kembali, sesekali pria itu mengalihkan pandangannya pada Ava disela sela telponnya namun dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan. Ava semakin gusar, ia berusaha memantapkan dirinya untuk bisa jujur pada Chen.
Beberapa menit berselang, Chen kembali ke kursinya, ia tampak sedikit bingung "Kita pulang saja yah?" tanpa mendudukkan tubuhnya pada kursinya itu
"Eoh?!"
"Aku ada urusan mendadak, tak apa kan?" Chen terlihat sedikit canggung akan respon Ava yang sedikit terkejut. Ia merasa tak enak pada gadisnya ini, ini sudah yang ke dua kalinya ia pergi disela-sela kencan mereka.
Disisi lain, Ava mencoba memaklumi situasi Chen mengingat siapa Chen sebenarnya. Ava senyum dan diikuti anggukan setuju olehnya. Meskipun dalam hati Ava masih ingin berlama lama dengan Chen.
Tapi ada baiknya juga, karna ia bisa terbebas dari pertanyaan Chen. Semoga saja Chen sudah tak mengingat tentang obat itu lagi
.
.
.
"Ava-ya" Setelah beberapa lama diam didalam mobil Chen akhirnya membuka suaranya.Memang sekarang Chen dan Ava sudah berada didalam mobil, namun semenjak beberapa menit lalu Chen masih diam dan belum menjalankan mobilnya. Alhasil mereka sekarang masih berada di parkiran restoran tadi
"Hmm" yang dipanggil pun menoleh
"Emm"
Chen meraih kedua tangan Ava dan menempatkannya kedalam genggaman hangatnya.Sekian detik keduanya masih diam. Canggung, itulah yang terjadi saat ini.
"Ava-ya" panggil Chen lagi dengan suara berat
Ava menoleh kearah Chen penuh arti 'Ada apa?'. Ava mengernyitkan keningnya melihat semburat wajah Chen yang terlihat sedikit kaku. Tak seperti biasanya.
"Ak aku emm akuu.." Chen masih terbata, sebenarnya apa yang ingin dikatakan pria ini? batin Ava. Gadis itu masih setia menunggu lanjutan kalimat Chen.
"Ada apa hm? Katakan saja ne. Aku ini tempatmu berbagi bukan?" Ava sudah tak tahan dengan bungkaman Chen. Sedangkan yang ditanyai malah menarik nafas dalam kemudian mengangguk pelan.
"Aku akan ke Jepang bersama CBX untuk melanjutkan project dan beberapa konser disana. Dan juga kami akan menyelesaikan Exo'rdium tour disela sela jadwal CBX. Jadi kemungkinan aku tak akan pulang dalam beberapa waktu" Akhirnya Chen berhasil mengeluarkan semua yang menyumbat di pikirannya
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST LUCK [EXO Chen]
Fanfiction"Aku hanya ingin kau nyaman saat disampingku. Aku tak ingin kau mengkhawatirkan tentang fans, paparazzi, atau apapun itu. Aku ingin menjadi Chenzie, si bebek mu saja"