“Bagaimana? Apa kau berhasil?”
Terdengar suara interupsi dari seorang pria dengan setelan jas kerjanya duduk menyilang kaki diatas sofa hitam di ruangan bernuansa abu-abu merah ini. Dihadapannya duduk seorang pria lain dengan setelan yang lebih santai dengan kaos polo dan jeans panjangnya. Sang pria ber-kaos tersenyum miring, ia melemparkan satu buah amplop coklat besar keatas meja yang membuat beberapa isinya mencuat keluar
Pria ber jas tadi tersenyum lebar mendapati isi amplop yang kini berserakan diatas meja. “Kerja bagus, tak sia sia aku mempekerjakanmu” ucapnya menatap lembaran lembaran isi amplop tadi yang entah sejak kapan beralih ke tangannya
“ck, sudah kubilang kan kalau aku sangat bisa kau andalkan” angkuh pria ber kaos. “Cih kau benar benar sombong Im Jae han. Tapi tak apa, selagi kau memberikan ku berita berita bernilai jual tinggi seperti ini kau bebas”
“As always sajangnim”
Keduanya tertawa begitu keras, “Ini akan menjadi berita paling menakjubkan, majalah kita akan laku keras kali ini. Dan artikel ini akan sangat mendongkrak majalah kita untuk semakin naik. Dan aku akan men-transferkan bonusmu lebih atas kerja kerasmu ini”
“Tentu saja kau harus Shin sajangnim” Keduanya tertawa lagi sambil menegak gelas soju yang tertuang didalam gelas mereka
Jika kalian berfikir kalau mereka adalah wartawan, itu benar. Si pria berkaos adalah reporternya dan tentu saja si pria ber jas itu adalah atasan sekaligus pemilik perusahaan majalah gosip ‘Jade’ , salah stu majalah yang cukup terkenal dan memiliki nilai jual cukup baik. Dan ini berkat kerja sama antara dua sahabat yang kini menjadi rekan kerja yang berhasil menghasilkan berita berita ter-up-to-date di waktunya.
.
.
.
.
“Umm apa lagi yah” Ava bermonolog, ia tengah bingung memilih belanjaannya. Ya, gadis itu kini tengah berada di sebuah supermarket untuk acara belanja bulanannya.Gadis itu masih sibuk mondar-mandir diantara rak rak penuh itu. “Sayur sudah, daging sudah, ikan, cemilan, umm, ah ice cream ku” Ia kembali berteriak sambil mendorong troly nya menujuk bagian ice cream. Tangannya begitu cekatan menggeser kaca tutup freezer persegi panjang itu, Ia mengambil banyak cup cup besar ice cream berbagai rasa tapi tentu saja yang lebih dominan adalah coklat dan strawberry, seperti kesukaannya
“Hueee huee”
Ava mengernyit saat mendapati seorang bocah laki laki tengah terduduk di samping freezer tadi, tangannya terlipat diatas lutut dengan kepalanya yang ditumpukan disana, sepertinya ia menangis, pikir Ava
Dengan mantap Ava membungkuk berusaha mensejajarkan tubuhnya dengan si kecil itu
“Heii ada apa sayang?” Ava mendaratkan tangannya lebut pada pundak bergetar itu. Si bocah perlahan mengangkat kepalanya, mungkin ia penasaran juga dengan orang yang berani mengganggunya ini“Eoh yaampun, apa kau menangis sayang? Ada apa?” tanya Ava lagi, bocah itu hanya menatap kosong Ava dengan sesekali diiringi segukannya. “Tak apa sayang, noona tak akan menyakitimu. Siapa namamu hm?”
Si anak mulai tenang. Ada apa dengan bocah manis ini? Dimana ibunya? Apa ia kehilangan ibunya? , Ava masih berspekulasi. Kembali ia tatap bocah laki laki yang menurutnya masih berumur 3 tahunan ini
“Thabi im-imida” ucapnya lucu
"Tt-tabi?" tanya Ava memastikan, si bocah langsung menggeleng dan mengulang kembali kalimatnya "Thabi noona thabi"
Sejenak Ava berpikir, Thabi? Nama anak ini Thabi? Ah Sabi, cadel rupanya
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST LUCK [EXO Chen]
Fanfiction"Aku hanya ingin kau nyaman saat disampingku. Aku tak ingin kau mengkhawatirkan tentang fans, paparazzi, atau apapun itu. Aku ingin menjadi Chenzie, si bebek mu saja"