Seorang wanita tampak saat pertama kali Avalanna membuka matanya. Hidungnya yang mancung, kulit putih bersih bak seorang bule dan bibir tipis kemerahan itu tengah tersenyum kearahnya. Ava begitu mengagumi bagaimana tuhan menciptakan kecantikan wanita di hadapannya.
“Aa-anda siapa?” Ava berusaha bangkit dari duduknya namun segera ditahan wanita itu. Lagi-lagi wanita itu tersenyum, begitu menyejukkan bagi pandangan mata dan hati Ava.
“Jangan takut” Ava semakin mengkerutkan dahinya, siapa wanita ini? Apa mereka kenal? Mata biru itu menatap Ava begitu dalam, Ah sepertinya ia tak asing dengan mata itu.
“Jangan takut” wanita itu menggenggam erat tangan Ava, “Percaya padaku, kau pasti bisa melewati ini semua”
“Ma-maksud, ah maaf nona siapa? Apa kita kenal sebelumnya?” Avalanna menatap wanita itu penuh telisik, berusaha mengingat siapa wanita di hadapannya ini. Lagi-lagi wanita itu tersenyum, “Aku nenekmu, apa kau tak mengenaliku lagi sayang?”
Avalanna semakin bingung di buatnya, Nenek? Nenek siapa? Bahkan Avalanna bisa meyakini wanita di hadapannya ini masih berusia sekitar 30 tahun. Lalu nenek dari mananya? Apa wanita ini bercanda?
Tapi wajah itu benar-benar tak asing baginya
Ava menutup mulut ternganganya dengan kedua telapak tangan kecilnya. Ah, Marrie, ya wanita ini Marrie Wallace neneknya, ibu dari ayahnya. Benar, Ava ingat sekarang. Ingatkan Ava jika ia memiliki Kakek dan nenek seoorang Canadian. Mata itu, bibir itu, oh astaga apa yang membuatnya bisa melupakan sosok wanita ini. Segera Ava menarik wanita itu kedalam pelukannya.
“Nenek, nenek maafkan aku. Maafkan Avalanna hiks. Maaf aku melupakanmu” Sang nenek ikut memeluk Ava tak kalah erat, “Ssstt sudahlah sayang, ini bukan salahmu” Nenek Marrie perlahan melepas pelukan cucu kesayangannya, “Siapa yang akan menyangka aku disini bukan?” ia tersenyum teramat meneduhkan
“Ttapi kenapa nenek disini? Dan ini, kenapa nenek” Ava menatap setiap inci perawakan neneknya. Begitu muda dan cantik, seharusnya seorang nenek sudah memiliki keriput bukan? Seperti Park halmeoni.
Nenek Marrie mengulas senyumnya, “Apa cucu tersayang ku ini lupa dimana nenek sekarang berada?”
Ah, sekali lagi Ava melupakan fakta bahwa neneknya ini telah meninggal saat melahirkan ayahnya, Fernando.
Seketika keringat dingin itu mengalir deras dari sekujur tubuh Ava, ia melupakan lagi fakta bahwa neneknya juga memiliki hemofiilia. Lebih tepatnya, Ava mewarisi darah sang nenek.
Melihat cucunya tergagap seperti itu, nenek Marrie berusaha untuk menenangkan, “Heii nenek tau apa yang saat ini kaku pikirkan” ia mengulas senyumnya, “Kau akan baik-baik saja, nenek tau cucu nenek yang satu ini sangat kuat. Kau bisa melewatinya sayang”
“Hikss, ttapi aku takut hiks nenek” Ava kembali masuk ke pelukan sang nenek, “Tak apa sayang, nenek disini. Kau kuat, oke? Percaya padaku” sang nenek mengusap-usap pelan punggung kecil cucunya
Avalanna sekarang lelah setelah sekian lama menangis dalam pelukan sang nenek, sedikit banyak pelukan hangat sang nenek dapat menenangkannya. Seketika beban itu terasa mengambang, terbang seperti kapas.
Tiba-tiba nenek Marrie mengusap perut buncit Ava membuat si empunya mengulas senyumnya, “Cucuku akan kuat, sama seperti ibunya. Kalian berdua kuat. Nenek sangat sayang pada kalian” senyuman di bibir Ava terukir semakin lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST LUCK [EXO Chen]
Hayran Kurgu"Aku hanya ingin kau nyaman saat disampingku. Aku tak ingin kau mengkhawatirkan tentang fans, paparazzi, atau apapun itu. Aku ingin menjadi Chenzie, si bebek mu saja"