Part 2

279 25 2
                                    

Hyunsun melihat Kwangmin yang tengah berdiri, tanpa melakukan apa-apa. Ia mulai terlihat bosan, menghela nafas pelan. "Sebenarnya dia itu niat gak sih, ajarin aku?" gerutunya, kesal.

Seorang pria tiba-tiba masuk dan menghampiri meja itu, ia baru saja duduk. Tapi pria itu juga terdiam, terlihat kaget.

Hyunsun mulai tak sabaran, ia segera berjalan menghampiri Kwangmin. "Oppa, kenapa kau hanya diam?" Tanyanya, sedikit kesal. Tapi ia terdiam, saat melihat pria yang sangat mirip kakak angkatnya itu. "Omo!" tanpa sadar, Hyunsun menutup mulutnya. "Ka...kalian mirip?" ujarnya yang terdengar seperti sebuah pernyataan dibandingkan pertanyaan, benar-benar tak percaya. "Apa kalian kembar?"

Tiba-tiba Kwangmin menarik tangan Hyunsun, menjauh dari dua pria itu. "Apa yang kau bicarakan? Dia tidak mungkin kembaranku, ini cuma kebetulan." ujarnya, kesal.

"Tidak mungkin, itu..."

"Diamlah, Hyun. Sekarang layani mereka, kau tak boleh berpikir macam-macam. Mengerti? Aku akan memperhatikanmu disini, ayo pergi!!!" ujar Kwangmin sambil menyerahkan note itu pada Hyunsun, lalu pergi menjauh.

"Tapi, Oppa..." Ujar Hyunsun, tapi Kwangmin mengisyaratkan padanya untuk pergi. Hyunsun menghela nafas, lalu pergi menghampiri meja kedua pria itu.

***

"Dia begitu mirip denganmu, apa benar yang dikatakan gadis itu? Kalian kembar, kau punya kembaran?"

Youngmin menghela nafas, pelan. "Kalau dia kembaranku, dia mungkin mengenaliku."

"Tapi tak ada yang seidentik itu, meskipun cuma kebetulan."

"Sudahlah, kau bisa..."

"Permisi, apa kalian ingin memesan sesuatu?" tanya seorang gadis, membuat mereka menoleh.

"Eoh, bukankah kau gadis yang bersama pria itu tadi?" tanya Minwoo, kaget.

Gadis itu mendelik pada Minwoo, membuat pria menatap gadis itu sedikit tak percaya.

"Hm... Kami pesan moccachino latte, dua." ujar Youngmin, begitu menyadari apa yang tengah terjadi antara dua orang didepannya.

Hyunsun segera menuliskan pesanan mereka, lalu berjalan pergi.

Minwoo menatap tajam gadis itu, Youngmin tersenyum geli. "kenapa? Apa pesonamu tak mempan pada gadis itu?" tanya Youngmin, sedikit meledek.

"Memangnya dia seorang gadis? Dia terlihat seperti berandalan dimataku." ujar Minwoo sambil melirik gadis bertopi itu, membuat Youngmin semakin geli.

***

Malam pun tiba, Kwangmin segera mengajak Hyunsun pulang. Di sepanjang  perjalanan, Hyunsun menceritakan pengalaman pertamanya bekerja dengan ceria. Kwangmin hanya mendengarkan, tanpa berkomentar banyak.

Tak terasa mereka sampai di rumah mereka, Hyunsun segera membuka pintu dengan penuh semangat. Tapi ia terdiam, membuat Kwangmin menatapnya heran. Pria itu pun segera menghampiri adiknya itu, tapi ia juga terdiam.

"Apa-apaan kalian ini?" teriak Kwangmin tiba-tiba, membuat kedua pria itu berdiri dan Youngsun yang juga duduk tak jauh dari mereka.

"Oppa... Aku bisa jelaskan, kami sedang..."

"Apa kau lupa peraturanku, eoh? Dilarang memasukkan pria lain saat aku tak ada, kau melupakannya?"

"Tidak, Oppa. Aku..."

"Kami bisa menjelaskannya, Hyung."

"Kalian keluar sekarang!!!" teriak Kwangmin, membuat kedua pria itu pergi.

Youngsun menutup mulutnya, lalu berjalan masuk kamarnya.

Kwangmin menatap Hyunsun, gadis itu hanya diam. Pasalnya salah satu dari pria itu adalah pria yang selama ini disukai olehnya, tapi pria itu secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Youngsun. Awalnya Hyunsun mengira itu hanya perasaannya, tapi saat melihat pria itu menyatakan perasaannya pada Youngsun saat itu...

Kwangmin memeluk Hyunsun, ia tau perihal ini. Semua pria itu menginginkan Youngsun dengan cara memanfaatkan perasaan polos adiknya ini, membuat adiknya ini sedikit tertutup pada pria-pria itu.

Hyunsun mendorong pelan Kwangmin, ia tersenyum. "Oppa, terimakasih."

Kwangmin mengusap rambut Hyunsun, tersenyum manis. "Tidurlah, besok akan jadi hari yang melelahkan untukmu."

"Baiklah, tapi sebaiknya Oppa menghibur Sunny dulu." ujar Hyunsun, pelan.

"baiklah, aku akan melakukannya." ujar Kwangmin sambil mengusap rambut gadis itu, tersenyum.

Hyunsun mengecup pipi Kwangmin, lalu berjalan pergi.

Kwangmin menghela nafas, lalu ia menghampiri pintu kamar Youngsun. "Sunny, kau belum tidur?" tanyanya, pelan.

Youngsun tak menyahut, membuat Kwangmin lagi-lagi menghela nafas.

"Sunny, maafkan aku. Aku tak bermaksud membentakmu tadi, aku hanya khawatir. Kau tau kan, Appa dan Eomma..."

"Aku baik-baik saja, Oppa. Sebaiknya Oppa istirahat, Oppa pasti lelah." ujar Youngsun, dari dalam.

Kwangmin menghela nafas, pelan. "baiklah, selamat malam." ujarnya, lembut.

Youngsun tak menjawabnya, membuat Kwangmin terdiam. Ia menghela nafas, lalu pergi dari sana.

***

Disisi lain, Youngmin tengah menatap langit dari beranda kamarnya. Ia menghela nafasnya, ia masih memikirkan kejadian tadi siang. Bohong jika ia tak memikirkan pria yang begitu mirip dengannya, bohong jika ia tak peduli pada pria itu. Ia memikirkannya, ia ingin mengetahui siapa pria itu dan kenapa ia begitu mirip dengannya. Kalau memang benar pria itu kembarannya, ayahnya pasti sudah memberitahukan semuanya. Tapi kalau memang kebetulan, kenapa bisa semirip itu?

Youngmin menyeruput coklat hangatnya, ia menghela nafas berat. "Andai saja Eomma masih hidup, pasti ia akan menjelaskan semuanya."

Youngmin menatap coklatnya, lalu berjalan masuk kedalam kamarnya itu. Ia menaruh coklat hangatnya diatas meja, lalu mengambil jaket tebalnya. Ia berencana ingin keluar malam ini, sekedar mencari udara segar dan menenangkan pikirannya yang tak berhenti berputar sejak tadi siang.

Youngmin berjalan di trotoar jalan, ia memasukkan kedua tangannya disaku jaket tebalnya. Ia melihat toko-toko yang berjejer sepanjang jalan, sesekali ia menghela nafas. Youngmin merapatkan jaketnya, malam ini begitu dingin karna sebentar lagi akan memasuki musim dingin.

Youngmin tak berhenti berjalan, ia terus menelusuri trotoar dengan kaki panjangnya. Ia menatap sekeliling, sesekali ia tersenyum melihat beberapa kekonyolan orang-orang yang tengah berkumpul disekitarnya.

Tiba-tiba Youngmin terdiam, ia melihat seseorang tengah duduk di halte. Gadis itu terus meniupi tangannya, tanda gadis itu kedinginan. Youngmin menatap penampilan gadis itu, ia memakai baju hangat yang tipis. Cantik. Satu kata terlintas dalam benak Youngmin, saat melihat wajah gadis itu dengan jelas. Siapa dia?

TWINS LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang