Part 8

167 17 4
                                    

Hyunsun termenung sambil membersihkan meja kafe, ia sedang memikirkan Youngsun dan Youngmin. Mereka terlihat berbohong, tapi tak mungkin mereka keluar bersama tanpa memberitahunya.

"Hyun... Hyun..."

Hyunsun terperanjat, kaget. Ia tersenyum pada Jeongmin, meminta maaf karna ketahuan bengong. "Maafkan aku..."

"Lain kali, kau harus fokus. Mengerti?" ujar Jeongmin, tersenyum.

Hyunsun mengangguk, pelan.

Jeongmin menepuk bahunya, lalu pergi meninggalkannya.

Youngmin menatap gadis itu, lalu menghampirinya. "Kau kenapa?" tanyanya, datar.

Hyunsun terdiam, kaget pada nada yang digunakan Youngmin. "Tidak ada, Oppa."

"Ya sudah, kerjakan semuanya dengan baik." ujar Youngmin sambil pergi, mengerjakan pekerjaan yang lain.

Hyunsun mengernyit, sedikit bingung.

***

"Bagaimana dengan tadi malam?" tanya Minwoo sambil melemparkan minuman yang langsung ditangkap Kwangmin, lalu ia duduk dihadapan pria itu.

"Memang apa yang kau harapkan?" tanya Kwangmin, membuat Minwoo menatapnya jengah.

"Apa yang kuharapkan? Harusnya aku yang bertanya, bagaimana gadis itu?"

"Apa mereka benar-benar sudah gila? Baru tadi malam kami bertemu, lalu sudah menentukan tanggal pertunangan." gumam Kwangmin, sebal.

"Kau sendiri yang tak mau bertemu gadis itu, kau bilang kau takkan tertarik."

"aku tak bertanya padamu, bodoh."

"Ya! Aku kan berkata kenyataannya. katamu, meskipun dia jelek atau sejenisnya, kau tak mungkin bisa menolaknya."

Kwangmin terdiam, ia meminum minumannya. "Lalu, apa yang harus kulakukan?"

"Apa maksudmu bertanya padaku? Tanyakan pada dirimu sendiri." ujar Minwoo, sebal. "lagian sepertinya pertemuan semalam itu memberimu pengaruh besar, otakmu jadi sedikit lebih maju." Ujarnya sambil menunjuk kepalanya, tersenyum mengejek.

"Ya! Apa maksudmu? aku bodoh begitu?" ujar Kwangmin, membuat Minwoo tertawa. "tidak ada yang lucu, Minwoo."

"Kau ini... apa sih yang diberikan Saeron hingga kau mulai menggunakan otakmu itu? sebuah ciuman?"

"Ya! Apa yang kau bicarakan?" teriak Kwangmin dengan wajah memerah, ia sangat malu. Meskipun ia tak melakukan apapun dengan Saeron semalam, tapi hal itu tetap saja membuatnya malu karna Minwoo membicarakannya didepan umum. "Aish... Kau harus menutup mulutmu, Minwoo."

"Sepertinya iya, apa aku harus menyuruh Kim Samcheon untuk mempercepat semuanya?"

"Ya! Omonganmu semakin ngaco saja, aku akan pulang saja." ujar Kwangmin sambil beranjak, pergi.

Minwoo hanya tertawa, puas telah menggoda sahabatnya yang polos itu.

***

Hyunsun pulang seorang diri, Youngmin -yang menurutnya adalah Kwangmin- telah ia suruh pulang duluan. Ia ingin sendiri hari ini, ia ingin memikirkan semuanya.

Hyunsun berhenti di sebuah taman, ia duduk dikursi taman itu. Gadis itu menghela nafas, pelan.

Apa Oppa mulai menyayangi Youngsun? Tapi bukankah itu wajar? Kenapa aku jadi tak rela Oppa menyayangi Youngsun? Apa aku saja yang sensitif? Kenapa semua ini membuatku bingung sih?

Tiba-tiba seseorang ikut duduk disamping Hyunsun, membuat gadis itu menatapnya. Ia mengernyitkan dahinya, sepertinya ia mengenal pria itu.

Tanpa diduga, pria itu menoleh padanya. "Sedang apa kau disini?" tanya pria itu langsung berdiri, saking kagetnya.

"Eoh, kau pria yang..."

"Apa? Apa kau berbuat onar lagi? Apa ada yang mengejarmu lagi, eoh?"

"Ya! Tak bisakah kau mendengarku dulu, aish..." ujar Hyunsun, kesal.

Pria yang tak lain adalah Minwoo itu melihat kesana-kemari, waspada.

"Aku sendiri, tak mungkin aku diam disini kalau aku dikejar seseorang lagi." ujar Hyunsun, sebal.

"Baguslah, aku bisa tenang kalau begitu." ujar Minwoo sambil duduk kembali, membuat Hyunsun meliriknya.

"Apa kau takut pada mereka? Lalu, kenapa mereka lari saat itu?"

"Eoh, entahlah." ujar Minwoo, pelan. "Kenapa kau jadi bertanya padaku? Aku yang harusnya bertanya, kenapa kau dikejar mereka?"

"Sudah kubilang itu bukan urusanmu, mengerti?" ujar Hyunsun, sewot.

"Ish... Aku hanya bertanya, bukan akan memukulmu." ujar Minwoo, sebal. "Kau ini gadis atau bukan, sih? Tak ada manis-manisnya sama sekali."

"Memangnya aku gula?" ujar Hyunsun, kesal.

Minwoo mendengus, ia memasukkan tangannya di saku jaketnya. Sesaat mereka terdiam, Hyunsun mendesah pelan. Minwoo menatapnya, lalu membuang pandangannya.

"Kenapa kau masih disini? Pulang sana, aku tak mau melihatmu." ujar Hyunsun, kasar.

"Ya! Memangnya aku betah bersamamu? Aku juga mau pulang, tapi..."

Hyunsun menatap Minwoo, penasaran.

"Kenapa? Apa yang kau lihat?"

"Tidak ada, jangan keGRan." ujar Hyunsun, ketus.

"Kau sendiri kenapa tak pulang?" tanya Minwoo, akhirnya.

"Kenapa kau bertanya? Apa kau penasaran?"

"Tidak, hanya ingin bertanya." jawab Minwoo, datar.

Mereka kembali terdiam, pandangan mereka juga tak terarah. Mereka saling melirik, tanpa mereka sadari.

"Apa yang kau inginkan, sebenarnya? Kenapa kau masih diam disini? Mengganggu saja..."

"Kau sendiri, kenapa masih diam? Sana pulang, kau kan perempuan."

"Terserah, aku tak peduli padamu."

"Siapa yang peduli padamu, eoh?"

"Aish... Baiklah, aku akan pulang. Kau puas?" ujar Hyunsun sambil beranjak, pergi.

"Tunggu, kuantar kau pulang." ujar Minwoo, tiba-tiba. "Jangan keGRan, aku hanya takut kau celaka."

"Modus, aku tak mau." ujar Hyunsun sambil mendorong Minwoo, menjauh.

"Ya! Aku takut, kau dikejar berandalan itu lagi. Apa salah?"

"Apa kau salah makan? Kau baru saja mengusirku, tapi sekarang kau ingin mengantarku?"

"Aku peduli karna kau seorang gadis, bukan karna aku menyukaimu."

"Aku juga tak berharap begitu, sudah sana pergi!" Ujar Hyunsun kembali mendorong Minwoo, tapi sayangnya gadis itu kehilangan keseimbangannya. Gadis itu hampir saja jatuh, kalau Minwoo tak memeluknya. Hyunsun menatap pria itu, begitu pun Minwoo yang kaget.

Minwoo segera memalingkan wajahnya, membuat Hyunsun tersadar. Ia segera melepaskan diri dengan pipi memanas, begitu pun Minwoo yang berusaha menyembunyikan pipi merahnya.

"A...apa yang kau lakukan tadi? Ke...kenapa memelukku seperti itu?" ujar Hyunsun sambil memegang dadanya, bahkan ia tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya.

"Kau sendiri, kenapa terjatuh?" ujar Minwoo, pelan. Ia berusaha bersikap setenang mungkin, meskipun dadanya berdentum kencang.

"Sudahlah, aku akan pulang sendiri. Jangan mengikutiku, atau aku akan membunuhmu." ancam Hyunsun sambil berjalan, pergi.

"Ya! Siapa juga yang mau mengikutimu? Aku takkan pernah tertarik pada pria berwujud gadis sepertimu, ingat itu!!!" ujar Minwoo, kesal.

Setelah Hyunsun tak terlihat, Minwoo memegang dadanya. apa yang terjadi? Kenapa dadaku berdebar seperti ini? Kenapa ini terjadi padaku? Apa yang harus kulakukan agar jantung ini berhenti berdetak secepat ini?

TWINS LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang