Part 4

206 24 7
                                    

Youngmin memasuki kafe itu lagi, ia melihat sekelilingnya. Saat ia menemukan seseorang yang tengah ia cari, ia pun duduk. Ia melambaikan tangan pada pria itu, membuat pria itu mau tak mau menghampirinya.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya pria itu, sedikit malas.

Youngmin segera menarik pria itu duduk disampingnya, membuat pria itu sangat kaget atas tindakannya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Bisa tolong bantu aku, kumohon." ujar Youngmin, pelan.

Pria itu terdiam, lalu menatap Youngmin waspada. "Apa maksudmu?"

"Aku akan menjelaskannya, tapi kau harus minta izin sebentar."

"Apa yang kau inginkan, sebenarnya?"

"Akan aku jelaskan, tapi kita harus pergi dari sini."

"Aku tak mengerti..."

"Kau terlalu banyak bertanya, ayolah. Waktuku tak banyak, sana pergilah minta izin."

Pria yang ternyata Kwangmin itu menatap Youngmin, penuh selidik. "Baiklah, tunggu sebentar." Ujarnya, lalu ia pergi.

***

Youngmin membawa Kwangmin ke sebuah salon, membuat pria itu sedikit takut.

"Apa yang kau inginkan dariku, sebenarnya?" ujar Kwangmin, kesal.

"Diamlah, aku akan jelaskan didalam." ujar Youngmin sambil menyeret pria berambut hitam itu, membuat Kwangmin hanya pasrah.

"jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kwangmin, saat mereka duduk didepan sebuah cermin di salon itu.

"Aku ingin kau jadi diriku, jadi Kim Youngmin untuk sementara." ujar Youngmin, sedikit berbisik.

"Apa? Apa maksudmu? Apa kau gila?"

"Lalu, apa yang harus kulakukan? Ayahku ingin menjodohkanku dengan gadis yang tak kukenal, aku tak mau itu terjadi."

"Bukankah memang seharusnya begitu? kalau kau tak mau, kau tinggal bilang kan?"

"tidak semudah itu, Kwang. kau tau kan, bagaimana kehidupan orang-orang seperti kami." ujar Youngmin, pelan.

"Jadi, maksudmu, kita bertukar posisi? Sampai kapan? Bagaimana kalau mereka tau tentang ini?" tanya Kwangmin, ragu.

"Tidak akan, mereka tidak akan tau. Kau hanya terus menjadi aku selama 2minggu, setelah itu kau bebas."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan selama itu? Bekerja sepertiku? Atau..."

"Aku akan menggantikan posisimu, dirumah mau pun di kafe itu. Bagaimana?"

"Aku tak tau, aku hanya sedikit ragu." ujar Kwangmin, pelan. "kenapa kau lakukan ini? Benarkah hanya untuk menghindari perjodohan ini?"

"Sebenarnya tidak juga, aku... Memiliki seseorang yang aku sukai." ujar Youngmin, pelan. "Dia gadis yang cantik, tapi aku tak mengenalnya terlalu jauh."

"Itu sama saja, bukan? Apa bedanya dia dengan gadis itu?" ujar Kwangmin, membuat Youngmin menunduk.

"Aku tidak tau, menurutku si cantik itu menarik. ya, seperti itulah. Pokoknya kau harus bantu aku, kalau tidak, aku takkan memulangkanmu."

"Apa kau mengancamku?" tanya Kwangmin, Youngmin mengendikkan bahunya. Kwangmin menunduk, lalu menghela nafas. "Baiklah, kalau tak ada pilihan lain."

Youngmin tersenyum, senang. "Baiklah, kita ubah penampilanmu dulu." Ujarnya sambil melambaikan tangannya, memanggil pelayan salon itu.

Setelah selesai, mereka memperhatikan penampilan masing-masing. Youngmin mengacak rambut hitamnya, sedangkan Kwangmin merapikan rambut pirangnya.

"Bagaimana?" tanya Youngmin, tersenyum.

"Ternyata aku sangat tampan dengan rambut ini, bukankah begitu?" ujar Kwangmin sambil merapikan penampilannya, tersenyum senang.

Youngmin memutar matanya, lalu melihat sekilas penampilannya sekali lagi. "Ayo keluar, antar aku ke rumahmu."

"Baiklah, tapi bagaimana denganku?"

"Kau bisa kembali ke kafe itu dan menyuruh supirku untuk mengantarmu ke rumahku, ia pasti mengenalimu."

"Baiklah, ayo berangkat!!!" ujar Kwangmin, penuh semangat.

***

Youngmin menatap rumah kecil didepannya, ia sedikit mengernyit. "apa ini rumahmu? Bagaimana kau hidup dirumah sekecil itu?"

"Apa maksudmu? Rumah ini bersejarah, rumah peninggalan orang tuaku." ujar Kwangmin, kesal.

"Baiklah, jadi..."

"Belum terlambat untuk membatalkan perjanjian kita, kan?" ujar Kwangmin sambil melihat rumahnya, sedikit ragu. "aku baru mengenalmu, tapi aku harap, kau orang yang dapat kupercaya untuk menjaga kedua adikku."

"Adik? Kau punya adik?"

"Adik perempuan, usia mereka baru 16thn." ujar Kwangmin, pelan. "jadi aku harap kau tak mengganggu mereka, jangan libatkan mereka dalam urusan kita."

Youngmin tersenyum, jahil. "Tergantung, kalau mereka cantik..."

"Ya! Jangan mengganggu mereka, atau aku akan membunuhmu."

"Baiklah, tapi aku tak berjanji. Hm, apa gadis bertopi itu salah satunya?"

"Ya, mereka kembar."

"Kembar?"

"Kembar tak identik, Hyunsun dan Youngsun. Hyun dan Sunny, panggilan kecil mereka."

"Sunny?"

"Ya, seperti itulah." ujar Kwangmin, tersenyum. "Aku harus segera pergi, kau masuk saja dulu."

"Baiklah, sampai jumpa lagi." ujar Youngmin sambil melambaikan tangannya, Kwangmin pun pergi dari sana. "Jadi aku disini, aku akan mencoba untuk menjadi seorang kakak. Wah, terdengar menyenangkan." gumamnya, sebelum akhirnya ia mendekati rumah itu.

Youngsun sedang mengerjakan tugas, saat Youngmin masuk. Ia terlihat kaget, begitupun Youngmin yang baru menyadari kehadirannya. Gadis itu bergegas menghampiri Youngmin, membuat pria itu sedikit bingung.

"Kenapa Oppa pulang?" tanya Youngsun, khawatir. Tangan gadis itu menempel dikening Youngmin, membuat pria itu terdiam beberapa saat. "Oppa terlihat pucat, apa Oppa sakit?" tanyanya, membuat Youngmin menatapnya kaget.

Dia...

***

Kwangmin memasuki rumah besar itu, sesekali ia berdecak kagum. Ia tak menyangka rumah Youngmin sebesar ini, ia juga tak percaya ia ada disini sekarang.

"Hai, Young." sapa seorang pria sambil merangkul Kwangmin, membuat pria itu sedikit kaget. "Kau kenapa?" tanyanya, heran.

Kwangmin terdiam, ia tersenyum. "Tidak ada, aku hanya lelah."

"Ada yang aneh denganmu, apa kau sakit? Sepertinya wajahmu pucat, apa ini karna kau gugup?'

"Gugup?"

"Ya, nanti malam akan ada acara makan malam dengan keluarga Saeron kan?"

"Apa yang kau bicarakan ini?" tanya Kwangmin, bingung.

"Apa? Apa kau lupa, Young? nanti malam keluarga kalian akan menentukan tanggal pertunangan kalian, apa kau melupakan hal itu?"

"Apa? Nanti malam? Benarkah?"

"Kau ini kenapa, Young? Kepalamu tak terbentur, kan? Kau tak terluka dikepala, kan?" tanya pria itu, heran.

"Tunggu dulu, aku ingin ke kamarku. Bisa tunjukkan kamarku dulu, aku lelah."

"Apa maksudmu?"

"Ah, aku lelah. Bisakah kau mengantarku ke kamarku?" ujar Kwangmin, berusaha terlihat manja.

Pria bernama Minwoo itu menatap Kwangmin, penuh selidik. "Baiklah, ayo." Ujarnya sambil membantu Kwangmin berjalan, membawanya pergi dari sana.

TWINS LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang