Part 19

194 18 1
                                    

"Kwangmin, kau sudah besar sekarang." ujar Mr.Lee, pelan.

"Tentu saja, Kwangmin juga pintar." ujar Kwangmin kecil dengan menepuk dadanya, bangga.

"Baiklah, tapi... Ada satu hal yang harus kamu tau, Nak."

"Apa itu, Appa? Apa ini tentang si kembar?" tanya Kwangmin, polos.

"Tidak, ini mengenai dirimu. sebenarnya kamu bukanlah anak kami, kamu adalah anak angkat kami."

Kwangmin terdiam, ia merasa seperti disambar petir di siang bolong. "Apa?"

"Ya, ayahmu yang menitipkanmu pada kami. dia tak bisa merawatmu, karna..."

"Karna apa?"

"Karna ia tak bisa mempertahankanmu, dia memberikan kamu pada kami."

"Kenapa?"

"Appa juga tak tahu, tapi Appa harap kamu tak membencinya."

"Membenci siapa?"

"Ayahmu, dia memang tak memberi alasan yang jelas..."

Kwangmin menunduk, lalu ia tersenyum. "Appa tenang saja, aku pasti memaafkannya. Meskipun ia tak menginginkanku, dia tetap ayahku."

Mr.Lee tersenyum, tak sia-sia ia membesarkan Kwangmin. pria kecil itu tumbuh menjadi pria yang ia harapkan, bertanggungjawab dan berjiwa besar.

***

Kwangmin membuka matanya, ia mengerjapkan matanya karna belum terbiasa dengan cahaya ruangan ini. Ia menatap sekelilingnya, tatapannya pun terhenti pada seorang gadis yang tidur sambil memegang tangannya. Ia tersenyum, tapi kemudian senyuman itu menghilang. Ia menyadari posisinya, ia takkan bisa berdampingan dengan gadis itu lagi.

Tiba-tiba pintu terbuka, Kwangmin menoleh. Ia melihat Hyunsun dan Minwoo, mereka juga menatapnya.

"Oppa sudah bangun?" tanya Hyunsun sambil bergegas menghampiri Kwangmin, membuat Kwangmin tersenyum. "Oppa ingin apa? Minum? Makan?"

Kwangmin beranjak duduk, membuat gadis yang tertidur itu bangun. Pria itu menatap gadis yang mengerjapkan matanya itu, lalu menghela nafas.

Saeron menatap Kwangmin, lalu melepaskan tangannya. "Maafkan aku, aku tak sengaja." Ujarnya, formal.

"Aish... Sudahlah, lupakan hal itu dulu." ujar Minwoo sambil memeluk Hyunsun, membuat Hyunsun tersenyum.

"Apa kau terluka, Hyun? Aku mendorongmu terlalu keras, bukan?"

"Tidak, ini hanya luka kecil." ujar Hyunsun, pelan.

"Youngsun dimana?"

"Dia..."

Youngsun tiba-tiba masuk, gadis itu sangat kaget melihat Kwangmin yang sudah bangun. "Oppa baik-baik saja, kan?" tanyanya, panik.

"Aku baik-baik saja, tenanglah, Sunny." jawab Kwangmin, pelan.

Hyunsun dan Minwoo hanya tersenyum, sedangkan Saeron masih diam ditempat. Ia menatap Kwangmin yang tampak bahagia bersama kedua adiknya, mereka seperti tak memperdulikan keberadaannya.

"Saeron, kenapa kau diam saja? Kemarin bukankah kau merasa sangat khawatir?" tanya Minwoo, membuat Kwangmin menatapnya.

"Ah, sepertinya aku harus keluar. Aku lapar, aku akan..."

"Aku membawa makanan, kok. Kita bisa makan bareng, iya kan?" ujar Youngsun yang dijawab anggukan oleh Minwoo dan Hyunsun, tapi gadis itu malah menatap Kwangmin.

"Hm... Aku tak bisa, aku..."

"Sudahlah, dia kan berbeda dengan kita. Kalian makanlah, aku ingin ke kamar mandi."

"Hm... Kita makan diluar saja, lebih enak." ujar Minwoo sambil menarik tangan kedua gadis kembar itu, membuat keduanya mengangguk, lalu mengikuti Minwoo keluar.

"Bagaimana keadaanmu? Apa sudah baikan? Masih ada yang sakit?"

"Apa pedulimu? Bukankah aku mati itu lebih bagus untukmu? Kau kan membenciku, untuk apa kau disini?" ujar Kwangmin, dingin.

"Aku hanya ingin menemanimu, lagian Youngmin menyuruhku melakukan itu."

"Sekarang pergilah, kau sudah menemaniku bukan? Nanti aku akan ditemani oleh kedua adikku, kau tak usah repot-repot."

Saeron menatap Kwangmin, lalu menghela nafas. "Baiklah, tak masalah." ujarnya sambil berjalan, tapi ia berhenti sesaat setelah sampai didepan pintu. Saeron menghela nafas, lalu ia berbalik dan memeluk Kwangmin dengan cepat.

Kwangmin yang kaget hanya diam, tak mampu menolak ataupun membalas pelukan itu. Dia hanya mendengarkan Saeron menangis tepat ditelinganya, gadis itu mempererat pelukannya saat Kwangmin bergerak.

"Kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku? Harusnya aku yang marah padamu, bukan? Kau yang menipuku dan memberiku harapan palsu, lalu kau membuangku begitu saja. Apa aku serendah itu dimatamu?"

Kwangmin terdiam, tangannya bergerak ingin mengusap rambut Saeron, tapi ia menahan diri. "Saeron, ini rumah sakit."

"Kau tak ingat pernah menciumku, saat malam bersalju itu. Entah kenapa saat itu aku berpikir, aku adalah gadis paling bahagia karna memilikimu. Tapi ternyata... Kau hanya penipu besar, aku tak percaya."

Kwangmin menghela nafas, lalu melepaskan pelukannya. "Saeron, kita ini berbeda sekarang. Kau harus mengerti, kita tak sama lagi."

"Kenapa kita tak sama? Apa yang kau pikirkan? Kenapa kita tak bisa bersama?"

"Aku ini miskin, Saeron. Kau menyadari itu, kan? Kita tak mungkin bersama, mungkin orangtuamu tak setuju."

"Kata siapa, mereka tak setuju?"

Tiba-tiba Youngmin, Donghyun, dan Hyunseong muncul, mereka menghampiri keduanya. Saeron melepaskan pelukannya, lalu berjalan menjauh.

"Kata siapa, kau miskin?" ujar Youngmin, membuat Kwangmin mengernyit. "Kau adalah adikku, Kwang."

Kwangmin terdiam, Saeron terkejut. "Apa?"

"Kau adalah anakku, Kwangmin. Maafkan aku, karna menelantarkanmu selama ini?"

Kwangmin masih diam, ia menatap tajam Youngmin dan Donghyun. "lalu, apa yang membuatmu menelantarkanku saat itu?"

Hai, ketemu lagi!!! Gimana? Gantung? Gak dapet feel? Gaje? Maaf ya, kalau kayak gitu. Aku masih amatiran, jadi maklum aja. Makasih yang udah baca sampai part ini, kayaknya satu atau dua part lagi udah selesai.

Jangan lupa mampir ke cerita baruku ya, main castnya tetap Sohyun-Yoojung. Makasih, see you soon!!!

TWINS LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang