Part 17

165 16 0
                                    

Pagi itu suasana sangat berbeda, Youngmin menatap Saeron yang baru saja keluar dari kamarnya. Mata gadis itu sembab, karna semalaman terus menangis. Ia tak percaya, ia akan ditipu oleh orang yang dicintainya selama ini.

Youngmin memasukkan beberapa buku kedalam tasnya, ia menghela nafas. "Aku sudah siapkan sarapan, makanlah." Ujarnya sambil berjalan masuk kekamar itu, menuju kamar mandi.

Saeron hanya diam, ia menutup mulutnya. Diam-diam ia menangis, ia pun pergi menuju dapur.

***

Kwangmin menghela nafas, ia menaruh jaket tebal itu ke sebuah paper bag. Ia akan mengembalikan semua ini pada Youngmin, biar bagaimana pun Youngmin adalah pemilik semua ini.

Kwangmin berjalan menuju dapur, disana Youngsun telah duduk. Gadis itu telah menyelesaikan makannya, membuat Kwangmin tersenyum miris.

"Apa Hyunsun belum pulang?"

"Setidaknya Hyunsun memiliki seseorang selain dirimu yang mau menerimanya." ujar Youngsun sambil beranjak, pergi.

Kwangmin terdiam, ia menghela nafas. Ia pun duduk dan makan seorang diri, setetes airmata terjatuh dipipinya. Ia menghela nafas, lalu mengusap sudut matanya. Ia telah kehilangan segalanya, apa ia juga harus kehilangan kedua adiknya?

***

Minwoo menatap Hyunsun yang diam, ia mendesah kesal. Ia paling benci melihat gadisnya itu terdiam seperti ini, bahkan candaannya tadi tak satu pun ditanggapi Hyunsun.

"Hei, kau kenapa sih?" tanya Minwoo, sebal.

Hyunsun hanya diam, membuat Minwoo menghela nafas. "Yasudahlah, aku harus berangkat sekolah. Kau akan disini saja atau kuantar pulang?"

"Aku tak mau pulang, bisakah aku disini selama beberapa hari?"

Minwoo mengecup kepala Hyunsun, lalu memeluk gadis itu dari belakang. "Kau yakin? Kita masih dibawah umur untuk tinggal bersama, kecuali kalau ada orang tua kita yang mengizinkannya."

Hyunsun menghela nafas, pelan. "Aku tak mau pulang, kumohon."

"Lalu, bagaimana dengan Youngsun? Gadis itu sangat membutuhkanmu, bukan? bukan hanya kita yang disakiti disini, tapi gadis itu juga. Iya kan?"

"Apa kau mulai peduli pada Youngsun?"

"Hyun, dia saudaramu. Aku hanya kasian, dia tak punya siapapun selain dirimu sekarang."

"Kau benar, aku akan pulang nanti." ujar Hyunsun, pelan.

"Nah gitu dong! that's my girl." ujar Minwoo sambil mengecup kening Hyunsun, membuat Hyunsun tersenyum samar.

***

"Apa ada yang bisa kubantu?" tanya Kwangmin, tanpa semangat. Sesekali pria itu melihat keluar jendela kafe itu, Hyunsun belum datang juga. Apa yang ia lakukan, sebenarnya? Kenapa Hyunsun semarah itu padanya? Dia hanya ingin membantu, meskipun pada akhirnya ia terjebak pada perasaannya sendiri. Ya, dia menyukai Saeron. Gadis itu, memikirkannya saja membuat Kwangmin sedikit pusing. gadis itu pasti membencinya, bahkan mungkin tak mau menemuinya lagi.

"Tuan..." teriak seseorang, membuat Kwangmin terperanjat. "Niat kerja gak sih?" ujar orang itu, sewot.

"Ah, maafkan aku. Anda memesan apa, ya?" tanya Kwangmin, merasa bersalah.

Jeongmin melihat itu, ia menghampiri Kwangmin. "Maafkan pegawai kami, maaf ya..." Ujarnya, lembut.

"Baiklah, untung saja dia tampan." ujar gadis itu sambil duduk kembali, membuat mood Kwangmin semakin turun. Pria itu segera pergi dari sana, mencoba menenangkan diri di tempat loker.

Jeongmin melihatnya, dia segera menyusul pria itu. "Kwang, kau kenapa?"

"Tidak, Hyung. Aku hanya sedang tak mood, aku baik-baik saja."

"Benarkah? Apa ini ada hubungannya dengan tak masuknya Hyunsun?"

"Entahlah, aku..."

Tiba-tiba seseorang masuk, membuat keduanya menoleh.

"Hyun, kau datang?" tanya Jeongmin, membuat Hyunsun tersenyum padanya.

Kwangmin tersenyum, tapi Hyunsun membuang mukanya.

"Ini adalah surat pengunduran diriku, aku akan berhenti bekerja disini." ujar Hyunsun sambil menyerahkan sebuah map pada Jeongmin, membuat kedua pria menatapnya tak percaya.

"Apa? Kenapa?"

"Entahlah, aku hanya tak ingin bertemu seseorang." ujar Hyunsun sambil melirik Kwangmin, lalu ia memasukkan barang-barangnya kedalam tas.

"Hyun, apa kau menghindariku?"

Hyunsun hanya diam, ia pun berbalik. "Aku pergi dulu, Oppa." Ujarnya sambil membungkukkan badannya, lalu pergi.

"Hyun..." ujar Kwangmin sambil menahan tangan Hyunsun, tapi Hyunsun menghempaskannya. "Maafkan aku, kumohon."

"Sudahlah, Oppa. biarkan kami pergi, bukankah kami merepotkan Oppa selama ini?"

"Apa maksudmu? Kami?"

"ya, aku dan Youngsun akan pergi. Kami akan bekerja dan menyewa rumah, kami bisa hidup tanpa Oppa yang egois."

"Hyun, kau tak bisa. Kalian masih dibawah umur, bukan?"

"Aku punya Minwoo, dia punya orangtua."

"Apa? Kau tak bisa terus bergantung padanya, dia orang lain."

"Dia pacarku, Oppa."

"Aku kakakmu, aku berhak atas kalian berdua."

"Oppa yang egois, kami tak pernah memilikinya."

Plak!!! Tanpa sadar, Kwangmin menampar Hyunsun. Kwangmin terdiam, ia menatap tangannya sendiri.

Hyunsun menunduk, pipinya memerah. "O...Oppa memukulku?"

"A...aku tak bermaksud, Hyun. kumohon, maafkan aku..."

"Oppa, aku benci padamu!!!" teriak Hyunsun, membuat Kwangmin terdiam seketika.

Dua kali, Kwangmin mendengarkan kalimat itu keluar dari mulut kedua adiknya. Betapa hancur hatinya sekarang, ia merasa sangat tak berguna sekarang.

Hyunsun menatap Kwangmin dengan mata berkaca-kaca, lalu pergi.

Tersadar, Kwangmin segera menyusul Hyunsun keluar. Hyunsun berjalan cepat, tanpa menoleh kanan dan kirinya.

"Hyun, minggir!!!" teriak seseorang, membuat Hyunsun menoleh.

Tapi sebelum Hyunsun menyadarinya, tubuhnya tiba-tiba terdorong kedepan.

Bruk!!!

TWINS LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang