Donghyun sesekali menatap seorang bayi laki-laki kecil yang tengah tidur disampingnya. Sesekali pria itu menghela nafas, panjang. Sungguh, ia berat melepaskan anaknya itu. Tapi ini demi Arin, demi mertuanya yang tak menginginkan melihat penyebab anaknya itu meninggal.
Seharusnya istrinya itu masih hidup, harusnya mereka tengah bersama sekarang. Tapi karna ia harus melahirkan dua orang bayi, membuat istrinya itu kehilangan banyak tenaga dan meninggal.
Donghyun tak menyalahkan siapapun, karna menurutnya itu sudah takdir. Tapi apa daya, mertuanya bersikeras berniat membuang bayi tak berdosa ini. Ia bahkan mengancam akan membunuh bayi ini, kalau dia belum membuangnya.
Donghyun menghentikan mobilnya, ia menghela nafas. Ia menatap seorang pegawai kepercayaannya tengah menunggunya di taman itu, membuatnya menghela nafas berat sekali lagi.
Donghyun menggendong bayi itu, lalu mengecup keningnya. "Maafkan Appa, tapi Appa tak punya pilihan lain. Suatu saat nanti, Appa harap kau memaafkanku. Saat kita bertemu nanti, kuharap kau tak membenciku. Kim Kwangmin, aku harap kau jadi pria yang baik."
Sekali lagi, Donghyun mengecup pipi chubby bayinya itu. Setetes airmata membasahi pipi bayi itu, membuatnya tersenyum. "Maafkan Appa sekali lagi, Appa harap kamu mengerti suatu saat nanti."
Donghyun menghela nafas, lalu membuka pintu mobilnya. Ia mengambil tas dan beberapa peralatan bayi, lalu memantapkan hatinya menghampiri pria yang tengah menunggunya sedari tadi.
"Mr.Lee..."
***
Kwangmin menghela nafas, saat mengingat cerita pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya itu. Ia tak bisa menerima cerita konyol itu, mungkinkah itu hanya rekayasa pria itu? Ia sungguh tak percaya pada cerita yang dilontarkan pria itu, tapi untuk apa ia berbohong? Apa yang bisa pria itu dapatkan darinya? Ia miskin, satu-satunya harta adalah rumah kecil peninggalan orangtuanya. Kalaupun mereka menginginkan rumah itu, itu mungkin tak masuk akal. Mereka memiliki rumah bak istana, mereka juga memiliki segalanya.
Kwangmin memegang keningnya, rasanya sedikit pusing dan berat. Ia menyandarkan tubuhnya ke headboard ranjang, berusaha menenangkan diri. Mungkin dengan pikiran dingin, ia bisa berpikir lebih jernih.
Kwangmin melihat sekelilingnya, kamar VVIP yang sangat luas ini membuatnya sedikit goyah. Saat pertama kali ia dibawa kemari oleh Hyunsun dan Youngsun, tak sedikitpun ia merasa tersanjung. Ia mendesak untuk keluar dari kamar ini, dia menginginkan kamar yang biasa saja.
Tapi lagi-lagi pria itu menahannya, pria itu membuatnya enggan untuk mendesak kedua adiknya lagi. Bayangkan saja, seorang Kim Donghyun bersujud dihadapannya karna kamar ini.
Kwangmin tersenyum, mungkin beginilah rasanya jadi orang kaya. Dia berjanji, setelah ini, dia takkan bergantung pada mereka. Biarlah ia hidup miskin dengan kedua adiknya, asal ia bahagia bersama mereka.
Deg!!!
Kwangmin tertegun, saat mengingat Saeron. Gadis itu bagaimana? Apa dia akan mencintainya dalam keadaan seperti ini? Apa dia akan menerima keadaanya ini?
Kwangmin jelas tau siapa Saeron. Gadis itu tak pernah hidup miskin sebelumnya, tak pernah bekerja keras hanya untuk sesuap nasi setiap harinya. Akankah gadis itu mau hidup bersamanya seperti itu? Akankah gadis itu tetap mau bersamanya dalam keadaan itu?
Kwangmin tersenyum, sinis. Jawabannya, sudah pasti tidak. Gadis itu takkan mau menikah dengan pria miskin dan waiters yang gajinya tak seberapa, yang tak bisa membelikan barang-barang mewah yang ia inginkan. Ia berbeda dengan Youngmin dan pria kaya lainnya, ia terbiasa hidup dalam kemiskinan dan kerja keras.
Tapi, bagaimana kalau Youngsun dan Hyunsun pergi? Mereka tentu akan menikah dengan orang yang mereka cintai, cepat atau lambat. Siapa yang akan menemaninya, jika saat itu tiba? Siapa yang akan menyiapkan makanan untuknya, saat kedua adiknya pergi?
Kwangmin menghela nafas, pelan. Satu-satunya jalan dengan menikah, bukan? Lalu, siapa yang akan ia nikahi? Siapa yang mau dengan pria sepertinya? Ah, sudahlah, hal itu akan ia pikirkan setelah saatnya tiba nanti.
Sebuah ketukan membuyarkan lamunan Kwangmin, pria itu menoleh kearah pintu yang terbuka perlahan. Disana telah ada Saeron yang membawa makanan untuknya, senyuman manis itu berkembang diwajahnya.
"Saatnya makan, kau harus sembuh." ujar Saeron sambil membawa sebuah nampan berisi bubur dan air putih, membuat Kwangmin kehilangan nafsu makannya seketika.
"Kemana adikku?" tanya Kwangmin, datar.
"Mereka... Tak bisa datang, karna..."
"Mereka diboikot lagi? Aish... Mereka itu sebenarnya menghargai aku tidak, sih?" gerutu Kwangmin sambil menarik selimutnya, berbaring membelakangi Saeron.
"Kau harus makan, nanti---"
"Biar saja aku tidak sembuh, lagian aku akan membuat mereka miskin dengan biaya ruangan ini." ujar Kwangmin, kesal.
Saeron terdiam, ia menghela nafas. "Kau belum memaafkan mereka? Kupikir, tak ada salahnya untuk itu. Biar bagaimanapun mereka adalah keluarga kandungmu, meskipun kau sangat menderita selama ini."
Kwangmin terdiam, lalu menghela nafas. "Kamu salah, aku tak menderita. Aku bahagia bisa bersama mereka, aku bersyukur memiliki mereka. Hanya saja aku merasa tak adil melihat kenyataan ini, aku... belum siap."
Saeron menghela nafas, tangannya mengusap tangan Kwangmin. "Aku mengerti perasaanmu, tapi mereka juga menderita. Bukan hanya kamu, mereka juga merasa hidup ini tak adil."
Kwangmin menutup matanya, menikmati usapan lembut yang sangat ia rindukan. Ia tak bisa menyangkalnya lagi, ia sunggu merindukan Saeron. Dengan gerakan cepat dan tak terduga, Kwangmin menarik gadis itu kepelukannya.
Saeron yang tak siap membuatnya terbaring dengan mudah disamping pria itu, membuat Kwangmin memeluknya lebih erat.
"Aku tak sanggup lagi berpura-pura, aku merindukanmu. Tak peduli apapun halangannya, aku ingin memilikimu untukku sendiri. Aku miskin, akankah kamu menerimaku? Aku tidak seperti Youngmin dan Minwoo, akankah kamu mau hidup bersamaku? Aku selalu bertanya-tanya, Saeron. Aku takut kehilanganmu, tapi aku tak memiliki keberanian untuk mempertahankanmu. Aku ini siapa? Aku sendiri bingung harus mengatakan apa, harus berbuat apa. Aku takut penolakan darimu, karna keadaanku yang seperti ini."
Saeron terdiam, matanya berair. Ia menangis dipelukan Kwangmin, tangisan bahagia. Karna nyatanya Kwangmin masih mencintainya, Kwangmin masih menginginkannya. Ini sudah lebih dari cukup sebagai jawaban penantiannya selama beberapa minggu ini, selama merawat Kwangmin yang mendadak dingin dan tak peduli padanya.
"Saeron, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa kita akan berpisah? Apa aku takkan bisa hidup bahagia bersamamu?"
Saeron menatap Kwangmin, pria itu menangis. Saeron tersenyum, lalu mengusap pipi Kwangmin. "Kau takkan kehilangan siapapun, termasuk aku. Karna meskipun kau menolakku, aku akan selalu berada disampingmu. Aku tak peduli kau miskin atau kaya, aku tak peduli apapun itu. Aku hanya ingin bersamamu, kita bisa menghabiskan waktu bersama. Lagipula aku sudah terlanjur mencintaimu, aku tak bisa memungkiri lagi."
Kwangmin tersenyum, ia mengusap pipi Saeron. "Benarkah?"
Saeron mengangguk, lalu ia mengecup pipi basah Kwangmin. "Aku akan menentang orangtuaku, kalau perlu."
"Tidak, aku yang akan berusaha membuatmu bahagia. Jalan kita masih panjang, aku akan bekerja keras untuk itu."
Saeron tersenyum, Kwangmin telah kembali seperti semula. Saeron memeluk pria itu lagi, membuat pria itu tersenyum bahagia. "Bagaimana dengan ayahmu? Apa kau memaafkannya?"
"Tentu saja, ayah angkatku menyuruhku untuk memaafkannya." ujar Kwangmin, pelan. "Dia adalah ayah yang terbaik, aku bersyukur memilikinya." gumamnya, membuat Saeron mengusap punggungnya.
Terimakasih, Tn.Lee.
Hai, ketemu lagi sama Twins Love. Oke, ini part terakhir. Nanti akan ditambah epilog buat pasangan MinHyun sama YoungYoung, aku akan up secepatnya untuk epilognya. Jangan lupa untuk cek work baruku ya, ganti dari work ini yang akan selesai.
Terimakasih yang nyempetin baca sampai part ini, jangan lupa buat vommentnya ya. Bye, see you soon!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS LOVE (END)
Fiksi RemajaKwangmin Boyfriend as Lee Kwangmin Youngmin Boyfriend as Kim Youngmin Kim Sohyun as Lee Hyunsun Minwoo Boyfriend as No Minwoo Kim Yoojung as Lee Youngsun Kim Saeron as Shim Saeron Donghyun Boyfriend as Youngmin's father Jeongmin Boyfriend as White C...