Part 7

168 19 2
                                    

"Young, bangun!!! Ini sudah pagi, kita harus berangkat sekolah." ujar seseorang, membuat Kwangmin semakin mengeratkan selimutnya.

"Young, kau ini kenapa sih?" ujar orang itu lagi sambil menarik selimut Kwangmin, membuat Kwangmin mau tak mau membuka matanya. "Kita harus sekolah, bersiaplah."

"Ah, apa sih? Aku ingin tidur..." gumam Kwangmin, parau.

"Hei, bangun! Sejak kapan Tn.Kim menyuruhmu bermalas-malasan seperti ini?" teriak pria itu, kesal.

Mendengar itu, Kwangmin langsung terbangun. Ia menatap sekelilingnya, masih linglung. "Dimana ini?"

Bruk!!! Dengan kasar, orang itu menarik tangan Kwangmin hingga pria itu terjatuh.

"Aduh..." pekik Kwangmin sambil mengusap bokongnya, lalu menatap tajam pria yang mengganggu tidurnya. "Apa yang kau lakukan?"

"Ya! Kau harus bangun, kita sekolah." teriak pria itu, tak kalah gertak.

"Aish... Aku masih ngantuk..."

"Kim Youngmin, kita bisa telat. Ayo!" dengan kasar, pria itu menyeret Kwangmin masuk kamar mandi. "Kau tidur jam berapa, sih? Kenapa kau jadi malas-malasan begitu?"

"Ya! baiklah, aku bisa sendiri." ujar Kwangmin sambil melepaskan tangannya, lalu berjalan masuk kamar mandi.

"Aish... Untung saja aku berkunjung. Kalau tidak, kau bisa dimarahi ayahmu habis-habisan, Young." ujar pria yang tak lain adalah Minwoo, terlihat kesal dengan tingkah saudara sepupunya itu.

***

Hyunsun melihat kedua orang yang duduk di hadapannya, mereka terlihat masih mengantuk. Hyunsun menatap mereka, curiga.

"Apa yang kalian lakukan semalam? Kenapa kalian masih terlihat mengantuk?" tanya Hyunsun, membuat kedua orang itu menatapnya.

"Tidak ada, aku... Aku belajar sampai larut malam."

"Hm, aku tak bisa tidur."

"Benarkah? Ah, sudahlah." ujar Hyunsun, mengalah.

"Jadi, Oppa akan kembali bekerja?" tanya Youngsun, kemudian.

"Ya, aku harus kembali bekerja. Kalau tidak, nanti kita makan apa?"

"Hm, apa Oppa sudah sembuh? Kenapa tak istirahat sehari lagi? Aku bisa menggantikan Oppa dikafe nanti."

"Kau yakin? Kemarin saja kau pulang, kan?" ujar Youngmin, membuat Hyunsun mengerucutkan bibirnya.

"Itu karna Youngsun, para pria yang mengejarnya men..." ucapan Hyunsun terhenti, saat melihat perubahan raut wajah kedua orang itu.

"Apa? Kenapa?" tanya Youngsun, kaget.

"Tidak, tidak apa. Ayo, kita berangkat." ujar Hyunsun sambil mengambil tasnya, lalu beranjak mengecup pipi Youngmin. "Ayo..."

Youngmin hanya diam, tersenyum kikuk.

Youngsun tersenyum, lalu beranjak. Ia membungkukkan badannya kearah Youngmin, lalu berjalan.

Youngmin menahan tangan Youngsun, membuat gadis itu menoleh. "Kau tidak menciumku?"

"Apa?" ujar Youngsun, pelan.

"Ah, tidak. Aku juga harus buru-buru, sana pergilah!" ujar Youngmin, tersenyum. Tapi ia terdiam, saat Youngsun mengecup pipinya.

Youngsun tersenyum malu, ia pun berjalan pergi.

Youngmin terdiam, ia mengusap pipinya. Ia pun tersenyum, cukup senang dengan ciuman pipi yang diberikan Youngsun.

Tanpa sepengetahuan mereka, Hyunsun melihat itu semua. Ia mengerjapkan matanya, tak percaya.

***

Minwoo menghela nafas, bosan. Sesekali ia melihat keluar, pelajaran matematika memang selalu membosankan. Ia pun melihat Kwangmin yang tengah serius memperhatikan penjelasan guru, ia mengernyit heran.

Sejak kapan Youngmin begitu? Matematika pelajaran yang paling tak disukainya, bukan? Kenapa ia begitu serius memperhatikan guru itu?

Minwoo pun tersenyum, ia merobek buku catatannya. Ia menulis sesuatu, lalu melemparkan gulungan kertas itu pada meja Kwangmin.

Kwangmin menatap kertas itu, lalu melihat Minwoo yang duduk tak jauh darinya. Ia memutar matanya, lalu membuka gulungan kertas tak beraturan itu.

Apa yang kau lakukan, Young? Kenapa kau begitu serius? Sejak kapan kau menyukai pelajaran ini?

Kwangmin memutar matanya, lalu mengacuhkan kertas itu.

Minwoo mendengus, ia segera merobek kertas itu lagi. Lemparan pertama membuat Kwangmin mendengus, lemparan kedua membuat Kwangmin menoleh, lemparan ketiga membuat Kwangmin mengambil kertas itu dan menulis sesuatu. Minwoo tersenyum, puas.

"KIM YOUNGMIN!!!" teriak seseorang, membuat Kwangmin menoleh. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membuang sampah sembarangan?"

"Tapi, Saem. Ini..."

"Kerjakan soal didepan, cepat!"

Kwangmin mendengus, lalu menatap Minwoo. Pria imut itu hanya tersenyum, innocent. Kwangmin beranjak, lalu berjalan menghampiri papan tulis putih itu.

Tak lama, Kwangmin selesai mengerjakannya. Ia menatap hasilnya sebentar, lalu menyerahkan spidol itu pada gurunya. Kwangmin tersenyum, lalu kembali duduk di kursinya.

Guru itu melihat hasil kerja Kwangmin, ia berdecak kagum. "Hebat! Bagaimana kau mengerjakan ini semua dengan cepat dan tepat, Youngmin?" Ujarnya sambil menepuk tangannya, membuat seisi kelas menatap kagum pada Kwangmin.

Minwoo menganga, tak percaya. Kwangmin hanya diam, tak memperdulikan tatapan kagum dari yang lainnya. Minwoo berdecak, heran.

Apa yang membuatnya sepintar itu? Apa karna semalam ia bertemu dengan Saeron?

TWINS LOVE (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang