Kolaborasi Diksi Hati

77 9 0
                                    

Bagaimana dengan rasa?

Masih dengan hari-hari sebelumnya, hampa, kelabu. Masih sepi, seperti sekolah di hari libur

Tetapi entah mengapa, saat kumulai hari yang batu, hati ini terasa kelu. Menanti sesuatu. Ya, tanggal berwarna merah itu

Hari libur yang kutunggu telah berlalu, kembali lah kehidupan yang kelabu itu.
Kelabu tanpa warna, makin hampa hari hari yang ku rasa

Kosong, hampir saja hati ini punah. Kalau saja tidak secara tiba-tiba suatu warna datang, mengundang warna yang lain bersama kebahagiaan

Tanpa sengaja wewarnian itu mengajakku berdansa
Seperti pelangi dengan hujan
Mengajakku ke langit
Hingga melupakan bumi

Entah mengapa di cakrawala luas bernama langit itu ku merasa janggal, gundah, dan gulana. Tidak adakah jiwa disana? Ya, pasti ini hanya delusi semata. Delusi dari resonansi jiwa.

Hahaha, aku pikir semuanya nyata.
Ternyata aku hanya terkena kamuflase,
Kamuflase tentang definisi bahagia,
Yang sebenarnya tidak ada.

Dewi malam dengan sinarnya
Menyirami dengan deras rasa ini
Terus tumbuh bak di beri pupuk dan air
Apa rasa ini bagian dari delusiku?

Aku yang menertawakan takdir bersamamu.
Takdir yang membungkam mulut dan membunuh kita.
Ya, kita menertawakan takdir di setiap jeritan.

Tinggalah kini kenanga indah kala bersama
Didalam rasa yang pernah singgah
Mungkin takdir kan membawanya
Kembali pada rasa yang telah tiada

-Maii, Devina, Tsara, Luthfi, Fuse-


-00-
Kali ini kita akan menyapa para pembaca sejenak. Apa kabar? Harus baik ya. Jangan sampai kayak puisi-puisi di sini yang notabene galau semua haha :D

Oh ya, just FYI, puisi kali ini itu merupakan kolaborasi dari beberapa pengarang disini. Yaa, gak semuanya sih. Ingat, hanya beberapa. Dalam keheningan dan kesunyian cahaya rembulan /gubrak/

Okelah, sampai sini dulu yaa. Kapan-kapan dilanjutin Author Note nya ;D

Jeruji Resonansi HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang