Kala itu, pagiku selalu terasa tenang, merdunya kicauan burung pun masih bisa ternikmati. Namun, hampa tetap terasa.Lalu senyumanmu datang menyapa, menghangatkan sebuah pagi, semuanya terasa lebih bermakna, tak lagi ada kesunyian.
Dan ketika senyumanmu hilang, pagiku tak pernah lagi sehangat kala itu. Semua kembali ke semula, membisu dan melenyap.
Bandung,
September 2016
-- Raden Muhammad Firman, @manfeeer
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeruji Resonansi Hati
PoesíaSebuah antologi dari beberapa pengarang resonansi hati. Menggelora, menggebu, melenakan, membutakan, meluluhkan. Bersiaplah menuju perasaan yang akan diaduk-aduk ke dalam jiwa-jiwa pelihat goresan diksi di dalam ini. Ya, kalian semua para pembaca. ...