Kesepuluh

510 72 9
                                    

Taehyung tidak tahu situasi saat ini menjadi lebih baik atau justru menjadi lebih buruk.

Taehyun, kakak sekaligus kembaran nya itu sedikit berubah.

Kini ia lebih banyak diam, sering pulang larut malam bahkan kadang saat pagi buta ketika Taehyung baru membuka mata kakak nya itu sudah tak ada dirumah.

Taehyung kesal, sering merengut tak terima, karna saat pagi ia selalu saja bingung tentang bagaimana cara mengikat tali sepatu sekolah nya seorang diri.

"Hyung, dari mana?"

Taehyun terkesiap saat masuk kedalam rumah, menghela nafas ketika melihat Taehyung duduk terbungkus selimut didepan kamar mereka, adik nya itu mengerjap, berusaha menatap Taehyun dengan mata setengah terpejam.

"Tidur, Taehyung."

"Hh-- yung .."

"Dari mana ?"

Lagi, Taehyun kembali menghela nafas, yang menurut Taehyung helaan nafas kakak nya itu terdengar amat lelah, ia berjalan gontai, berdiri didepan Taehyung kemudian menjitak kepala adik nya itu main-main diselingi dengan senyum tipis.

"Tidur.", kata nya.

"Hyung bekerja, ya ?"

Taehyun berlalu, mengacuhkan apa yang Taehyung tanyakan dengan helaan nafas berat, lebih memilih berjalan gontai menuju dapur kemudian sibuk memasuk kan beberapa bahan makanan yang tadi ia beli dari supermarket didekat gang rumah mereka.

"Minggu kemarin hyung sudah membeli daging."

Taehyun diam mendengarkan saat Taehyung bicara, bisa ia dengar dengan jelas ketika adik nya itu berjalan, bunyi seretan selimut tebal nya terdengar nyaring saat ia mendekat.

"Hyung, Taehyung akan baik-baik saja meski hanya makan roti dan minum susu."

Taehyung termangu saat melihat Taehyun menatap sendu bahan makanan yang baru saja ia masukkan kedalam kulkas, kakak nya itu terdiam, gerakan turun naik pada bahu nya bisa menggambarkan dengan jelas jika saat ini ia bernafas begitu lambat,

"Hyung tidak perlu membeli daging setiap minggu seperti ini."

"Tidur, Taehyung."

Taehyun berbalik, menatap Taehyung dengan senyum seolah berkata bahwa ia baik-baik saja.

"Tidak mau."

Taehyung membantah, lebih memilih duduk besender pada dinding pembatas antara dapur dan ruang tengah dirumah sewa mereka ketimbang harus meninggalkan Taehyun sendiri.

"Jangan bekerja terus, hyung."

"Kelelahan itu bisa membuat sakit, lho."

Si Taehyun mendadak tersenyum geli, merasa lucu saat adik nya bersikap sok tahu seperti itu. Ia berdiri, menutup kulkas dengan hati-hati kemudian berlalu, meninggalkan Taehyung yang kini melongo menatap punggung kecil nya dari belakang.

"Hyung !"

"Aku serius !"

Taehyung berdecak sebelum akhirnya kembali berdiri, berjalan tergesa ingin menghampiri Taehyun yang kini duduk didepan kamar mereka dengan mata terpejam,

"Hy--"

Brukk

Ia terjatuh.

"Nghhh~ Sakittt."

Taehyun sudah terlalu biasa jika mendengar Taehyung terjatuh, anak itu, sudah tak dapat dihitung lagi berapa bekas luka yang ada didagu dan lutut nya, bagi Taehyun suara ringisan atau suara rengekan Taehyung yang selalu mengadu jika luka nya sakit itu sudah bosan ia dengar.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang