0.1✨

14.2K 592 7
                                    

Sorry for typo.
Jan lupa voment ya gengs;*

Seorang gadis berambut indigo panjang tampak keluar dari sebuah ruangan dengan wajah memucat.

Ia mulai menangis setelah pintu tertutup dengan perasaan luar biasa gelisah. Sorotnya menampakkan sekali jika dirinya tengah emosi dan syok disaat yang bersamaan.

Langkahnya yang semula lemas tanpa tenaga mulai semakin cepat, mengarah pada tergesa hingga menggema di lorong panjang rumah bergaya klasik yang ditinggalinya.

'Kenapa?' Batinnya bertanya.

Satu dua hal terjadi dalam hidupnya begitu cepat. Terbangun dalam kondisi tak mengingat banyak hal, ia berusaha mengontrol segala emosi yang seolah mudah tersulut dalam dadanya.

Semua masih belum cukup rupanya. Kini ia harus merasakan kembali pil pahit dari sebuah perintah yang mungkin sebenarnya tersembunyi banyak fakta dari hidupnya terdahulu.

Meski begitu apakah ini semua tak terlalu cepat dirasanya?

Gadis itu terus berlari dan berlari tak tentu arah, mengidahkan teriakan demi teriakan dari para penjaga rumahnya yang lebih condong ke arah demi pekerjaan.

Ia tak ingin peduli. Sungguh.

Meski dewi batinnya kian memberontak meminta berhenti dan mengasihani para pekerja yang nantinya mendapat teguran, ia tak ingin peduli.

Kali ini saja. Tak bisakah ia mengingat semuanya lebih dulu dan menenangkan diri barang sejenak?

Apa itu hal yang sulit untuk diberikan?

Langkahnya perlahan menelan begitu ia sampai di sebuah danau yang jauh dari jalan raya dan juga lokasi rumahnya.

"KENAPA!" Gadis itu berseru dengan sekuat tenaganya.

Gaun panjangnya yang berwarna putih itu bergesekan dengan rumput-rumput liar tatkala ia menjongkokan diri disana.

"Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa Kami-sama? Kenapa? Hiks.."

Kedua tangannya perlahan menutupi seluruh bagian wajahnya yang terlihat begitu kacau.

Ia masih saja terisak dan semakin menundukan kepalanya meski pasokan udara yang masuk dirasa sudah cukup sulit.

Sesak.

Rasa itu mendominasi segala rasa frustasinya akan ketidaktahuan yang ada.

Tak lama, ia merasakan banyak tetesan air menyerang tubuhnya. Semakin banyak dan menajam seolah memang turun untuk menghujaminya dsngan sengaja.

Ia mendongak tanpa berhenti mengeluarkan air mata. Netra amethys yang biasanya mempesona kini tampak sayu dan sembab menantang langit.

Bibir tipisnya yang memucat bahkan mengatup tanpa sepatah kata keluar dari sana.

Mengabaikan tubuh ringkihnya yang basah kuyup. Mengabaikan perban di kepalanya yang kini berubah merah sempurna, gadis itu kembali teringat pada perkataan sang ayah beberapa saat lalu hingga membuatnya ada di sana sekarang.

Flashback on~

Seorang gadis tampak keluar dari sebuah mobil di depan rumah klasik yang tak lain adalah kediamannya bersama ayah serta kakak dan adik tercintanya.

Bibirnya yang tipis tak henti-hentinya menyunggingkan senyum manis dengan sesekali membalas sapaan dari para pelayan begitu ia memasuki kediamannya.

The Ring | SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang