1.4

1.7K 122 1
                                    

Jan lupa tombol bintangnya gengs:*


Ada banyak hal yang selalu menjadi pertanyaan dalam hidup. Mengapa bumi ada? Bagaimana udara adalah hal penting bagi manusia? Mengapa kita dilahirkan? Dan masih banyak lagi.

Sedikit menghiraukan satu dan lain hal, Hinata mencoba menata kembali hidupnya yang terasa cukup berantakan.

Kepalanya seolah berputar memikirkan banyak kemungkinan yang mungkin saja terjadi beberapa saat lalu.

"Haaah, mengapa sangat melelahkan?" lirihnya menatap ke arah langit jingga sore ini.

Dengan segenap jiwa dan raganya yang meronta ingin mendapatkan kembali ingatan, Hinata berusaha mendatangi banyak tempat yang ada disekitarnya.

Salah satu yang menarik perhatian adalah bukit dibelakang sekolah.

Ia tak tahu apa yang membawanya hingha sampai disana, namun udara yang segar dan kekosongan yang sangat terasa cukup membuatnya nyaman juga tercekik disaat bersamaan.

Apakah ini semua berkaitan?

Gadis bermarga Hyuga itu menghembuskan nafasnya perlahan. Memilih kembali melangkahkan kakinya dijalan setapak yang ada.

Bukit ini cukup sepi, padahal letaknya masih termasuk di kota besar. Aneh bukan?

Musim semi yang indah kali ini mengantarkan Hinata pada pemandangan menakjubkan disana. Banyak pohon bunga sakura bermekaran dan sebagian kelopaknya menutupi jalan.

Tangannya terentang, menikmati hembusan angin yang ada sembari sesekali menggali ingatan yang ia punya.

"Aku merasa tak asing dengan semua ini." gumamnya merilekskan diri.

Kaki-kaki telanjangnya terasa sejuk begitu menapaki rumput basah.

Tak ada angin tak ada hujan seseorang membuat rumput hijau disana terlihat basah.

Hinata memejamkan matanya, menikmati sensasi harum rumput basah juga angin musim semi yang menenangkan.

"Musim semi penuh warna. Seperti aku yang akan terus mewarnai harimu." kata seseorang itu, sedikit mengusap puncak kepalanya.

Hinata tersenyum lebar, menikmati semua kegiatan yang mereka lakukan tanpa bertanya banyak hal.

Ia membuka matanya dan langsung melihat tangan terulur padanya.

"Ayo genggam tanganku. Kita akan berlari dan berjalan dibawah hujan bunga yang romantis." kata seseorang itu lagi, bahkan suaranya sngat lembut ditelinga.

Hinata sangat senang. Diraihnya telapak tangan itu untuk ia genggam disetiap langkah.

Mereka berjalan bersama, menikmati indahnya musim semi yang baru saja tiba.

"Hinata, aishiteru."

Deg. Deg.

Hinata langsung memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Suara-suara itu mulai bersahutan dikepalanya tanpa tahu aturan.

Ia terduduk, melihat bagaimana sekelilingnya berputar dan memburam beberapa detik.

Telinganya hampir seperti kehilangan fungsi karena suara dikepala juga dengungan yang menyakiti indera pendengarnya.

Apa-apaan semua itu? Sekelebat ingatannya kah? Atau hanya halusinasinya yang membuat ia tampak seperti budak cinta?

Hinata mencoba mengatur nafas. Tangannya bahkan sudah bergerak sendiri membuka botol kecil dari saku rok yang dikenakannya, mengeluarkan butiran kecil obat sumber kewarasannya.

"Ini sulit. Mengapa semua makin menyakiti kepalaku?"

Ia menggeram dan mencoba bangkit dengan susah payah.

Hinata tahu, ada banyak rahasia yang tersimpan dibalik semua ini. Ah tidak, pasti sangat amat banyak hingga kepalanya terasa hamlir pecah.

Tapi apa? Dan mengapa ini harus terjadi padanya?

oOo

"Yo Sasuke! Tidak biasanya kau datang."

Yuichiro dengan surai hitamnya yang sangat berantakan datang. Laki-laki bermarga Hyakuya itu bahkan masih mengenakan pakaian tidur bermotif bintang-bintang dijam yang sudah menunjukkan pukul 1 siang.

Kedua onyx Sasuke bergulir. Mengabaikan keberadaan si empunya rumah dan bersandar disofa empuk yang ada.

"Cih, menyebalkan seperti biasanya." cibir Yuichiro yang menghempaskan diri disofa lain.

Ia masih mengantuk dan butuh tidur, tapi karena si Uchiha bungsu ini sudah masuk ke rumahnya begitu saja Yuichiro jadi kesal dan enggan memejamkan mata.

Ya bagaimana lagi, ia mempunyai banyak sake dengan kualitas bagus. Takutnya jika ia terus tidur Sasuke akan mencurinya dan menghabiskan semua yang ada.

"Apa saja yang sudah kau dapatkan?" tanya Sasuke datar.

Jengah sendiri ia melihat Yuichiro yang sudah tergeletak diatas sofanya dan hampir kembali ke alam mimpi.

Kening laki-laki yang merupakan saudara kembar Mikaela itu mengerut. "Nani?"

Bungsu Uchiha itu mengurut pelipisnya dan menghela nafas kasar.

"Kau belum tuli, bukan?" ujarnya penuh sarkas.

Tapi yang namanya Yuichiro, bukan merasa takut ia justru bangkit dan menggembungkan pipinya. Seolah minta diberi bigeman gratis dari Sasuke.

"Mengapa aku haru memiliki soulmate sepertimu, huh? Bukannya menanyakan kabarku atau setidaknya berbasa-basi, kau langsung ke point utama saja." gerutu Yuichiro dengan wajah yang diimut-imutkan.

Sontak Sasuke menaikkan sebelah alisnya, jijik sendiri ternyata memiliki teman sejenis Yuichiro ini.

"Aku tidak memiliki waktu untuk meladenimu, Yuu." geramnya dengan nada rendah.

Jika dipikir Yuichiro sudah menyiutkan nyalinya, kalian salah. Laki-laki dengan tiga goresan dimasing-masing pipinya itu justru meggedikkan bahunya acuh.

Keduanya saling terdiam dengan pikiran masing-masing. Sasuke yang memilih menyandarkan punggung lelahnya hampir mengumpat jika saja suara Yuichiro kembali membuka pembicaraan diantara mereka.

"Sebenarnya aku sangat malas mengatakan ini. Tapi kau tahu bukan jika aku senang bermain-main. Dan clue pertama dalam kasus Hinata adalah dia tidak sendiri, dan kau tak akan menduga siapa orang itu karena kedekatan kalian." terangnya serius, meski pada akhirnya ia memberikan seringaian super menyebalkannya pada sang sahabat.

Sasuke melirik sinis. "Kau ingin mati?" tanyanya geram sendiri.

Saudara tunggal Hyakuya Mikaela itu tertawa kencang. "Hahahaha, sudah kubilang. Aku senang bermain-main. Tidak seru jika kau langsung mengetahui siapa pelaku itu dan menghajarnya. Aku ingin kau sendiri yang menemukannya sebagai tanda jika kau memang selalu ada dan bisa melindungi Hinata." tuturmya seolah tak peduli dengan keadaan.

Tapi ya memang begitulah Yuichiro, terlalu menganggap enteng semuanya ketika jawaban juga teka-teki yang belum terpecah sudah ia pecahkan dan ingat dengan seksama.

"Mengapa kau sangat berbelit sekali, bodih?! Aku hampir gila setelah penculikan Hinata tempo lalu." gerutu Sasuke tak habis pikir.

Meski panggilannya mengatakan jika Yuichiro adalah orang bodih tapi itu semua salah, laki-laki itu hampir menyamai Sasuke juga Shikamaru dengan tingkat kelicikan yang terlalu apik.

Tak heran mengapa ia tahu disaat Sasuke maupun Shikamaru bahkan tak mengetahui apapun.

"Jangan bicara padaku. Lebih baik kau pulang atau pergi sana ke mansion Hyuga. Aku muak melihatmu." usir Yuichiro seraya mengibaskan tangan.

Ia kembali menjatuhkan diri dan meringkuk memeluk bantal sofa yang ada.

"Cih."




Ehw:))

The Ring | SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang