2.4

1K 91 24
                                    

⚠ 17+ karena banyak kata kasar. Diharap membaca dengan bijak dan bersabar karena part ini part terpanjang.

Hinata terbangun begitu bunyi alarm terdengar amat nuaring memenuhi kamarnya.

Ini bahkan masih tergolong begitu pagi, namun Hinata dengan semangat mulai beranjak dari posisi tidurnya untuk bergegas ke kemar mandi. Memulai ritualnya dipagi hari sebelum pergi bersama Karin.

"Kau bangun begitu pagi dihari minggu? Apa yang aku lewatkan?"

Suara Neji membuat Hinata berbalik dan memeluk erat sebelah lengan kakaknya itu.

"Aku akan pergi bersama teman hari ini." ujar Hinata begitu senang.

Sontak Neji terkekeh melihat itu. Adiknya nampak manis ketika begitu bahagia, ia bahkan dengan gemas sudah mengacak surai indigo Hinata.

"Kemana? Dengan siapa saja? Apakah itu ketempat yang jauh? Berapa lama kau akan pergi?" tanya Neji beruntun.

Hinata mengerucutkan bibirnya tak suka. "Pertanyaan Nii-san terlalu banyak. Aku bingung akan menjawab yang mana." ungkapnya.

"Kau sudah berbicara pada Tou-sama?" tanya Neji pada akhirnya.

Pasalnya sedikit tidak mungkin Hinata diperbolehkan pergi setelah kejadian hari itu.

Tapi jawaban dari Hinata membuat Neji mendelik tak mengerti. Apalagi anggukan antusias itu, Neji cukup cemas melihatnya.

"Hu’um. Tou-sama sudah memberi ijin." serunya girang.

Kedua netra amethys Neji bergulir menatap ayahnya yang tengah meminum teh dimeja makan. "Hontou ni? Tou-sama?"

"Itu akan baik untuk Hinata. Kau tak perlu khawatir, Neji." balas Hiashi santai.

"D-demo—"

"Lebih baik sekarang kau duduk dan segera makan. Ada pertemuan dengan rekan bisnis Ayah hari ini." potong Hiashi begitu putra sulungnya hampir mengungkap sejuta penolakan terhadap kedputusannya.

Ia hanya ingin putrinya merasa bebas hari ini. Ia ingin menebus bertahun-tahun Hinata terkurung dirumah besar mereka dengan kesepian.

Tapi satu yang terlewat, Hiashi lagi-lagi tak belajar dari pengalamannya yang sudah terlewat.

Sulung Hyuga itu menghela nafas lelah. "Berapa lama kau akan pergi, Imouto?" tanyanya pada Hinata yang masih bertahan dengan wajah super antusias itu.

Hinata sedikit berlari ke kursinya sebelum membuat huruf V dengan tangan kanannya. "Dua hari. Aku akan pergi ke Iwa untuk ssbuah festival." terangnya.

"Itu terlalu jauh." protes Neji tak habis pikir. "Nii-san akan ikut bersamamu." putusnya kemudian.

Amethys Hinata membola, membuat mata bulatnya semakin bulat. "Tidak bisa, Nii-san. Ini acara para gadis. Lagipula yang bisa kesana hanya yang memiliki undangan." elaknya sembari menunjukkan undangan pemberian Karin.

"Nii-san tetap akan ikut denganmu!" tuntut Neji drngan sedikit melotot.

Keduanya beradu tatapan cukup lama, saling menyerukan kekesalan masing-masing lewat sorot mata keduanya.

"Neji. Lebih baik kau ikut Ayah di pertemuan ini, biarkan adikmu menikati waktunya." perintah Hiashi, memutus kontak mata kedua kakak beradik itu.

Hinata tersenyum menang, sedangkan bahu Neji sudah turun. "Tou-sama." panggilnya pelan.

"Atau kau ingin Ayah pindahkah ke cabang Suna saja agar tak usah bertemu Hinata lagi?" tawar Hiashi disusul lirikan tajamnya.

Neji langsung menegakkan duduk dan mengangguk patuh.

The Ring | SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang