0.6

2.8K 207 1
                                    

Jan lupa tombol bintangnya gengs:*

"Tolong lepaskan aku hiks.."

Hinata terus menangis ditengah rontaannya.

Ia begitu ketakutan sekarang karena dua laki-laki berwajah menyeramkan didepannya sudah menododongkan pisau lipat.

Sejujurnya banyak hal yang membuatnya bingung. Siapa gadis yang berada disana beberapa saat lalu? Mengapa menculiknya? Dan apakah mereka saling mengenal?

"Melepasmu? Hahahaha."

"Gadis ini minta dilepaskan hahaha."

Isakan Hinata makin mengencang, ia pun mengabaikan tangannya yang sudah begitu merah karena tali yang melilit tak kunjung terlepas. Ia tak peduli itu, ia hanya ingin selamat.

"Apa salahku? A-aku hiks hiks.."

Salah satu dari mereka merendahkan tubuh dan tiba-tiba menarik rambut indigo Hinata hingga gadis itu memekik kesakitan.

"Kami akan melepasmu. Ketika kami sudah melakukan perintah dari Nona."

"Tidak! Kumohon!"

Tampak senyuman miring terbit dibibir kedua laki-laki itu sebelum akhirnya Hinata tak dapat melihat apapun kecuali kegelapan.

oOo

Lee tampak melambaikan tangannya ketika melihat mobil yang tak asing dimatanya.

Laki-laki beralis tebal itu segera menghubungi Shikamaru untuk memastikan keadaan aman.

"Shika, mereka sudah sampai." gumamnya seraya menekan sesuatu ditelinganya.

"Tak apa. Semua sudah terkendali, mereka bisa masuk."

"Siap."

Ckiiit.

Mobil itu terhenti begitu mendadak, membuat Lee berjengit kaget dan hampir mengumpat keras.

"Lee! Bagaimana dengan Hinata-chan?" Seru Tenten begitu mendapati Lee yang tengah menengok kekanan dan kekiri.

"Ssst. Kita semua harus tenang. Dimana Neji-san?"

Ino yang baru sampai didepan keduanya langsung menyahut.

"Neji-nii muntah, dan sepertinya Naruto sudah pingsan karena tak tahan." ucapnya.

"Ewh."

Lee berjengit jijik. Apa yang terjadi hingga seorang Hyuga Neji muntah dimobil?

"Jadi, siapa saja yang terlibat?" tanya Tenten langsung.

"Kita belum bisa menyimpulkan. Keadaan masih rumit untuk mendapat jawaban itu."

"Haaah, aku sudah mendapat firasat ini ketika Hinata-chan mulai masuk sekolah." cetus Ino dengan lemasnya.

Gadis lemah lembut itu pasti akan kembali terjatuh. Apalagi ingatannya yang belum juga kembali pasti menyulitkannya beradaptasi.

"Semua sudah terjadi. Sekarang kita harus berusaha lebih baik." kata Tenten menenangkan.

Tak lama Neji datang bersama Naruto. Keduanya nampak lemah lesu, namun tak memghilangkan aura mengintimidasi dari Neji yang menatapi tajam Lee.

"Dimana adikku?" tanyanya datar.

"Ada dilantai teratas. Kuharap Nii-san bisa lebih memahami situasi sekarang." kata Lee serius.

"Kau tak mengerti!"

"Aku tentu mengerti Nii-san. Adikmu pun bagian dari kami, tentu kami mengetahuinya. Ayo kita bersama menyelamatkan dia sebelum semua terlambat tapi, harus dengan kehati-hatian." terang Lee.

Ia nampak berbeda dari kebiasaannya yang bercanda dan berkata nyaring.

Neji memijit pangkal hidungnya. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" kesalnya.

Lee tersenyum sinis.

"Ayo!, lewat sini." ajaknya dengan senang memasuki bangunan.

oOo

Brugh.

Entah untuk keberapa kalinya, Sasuke menendang rahang seseorang dalam satu menit.

Banyak orang berpakaian hitam yang berjaga disana sudah terkapar tak berdaya.

Ada yang terluka parah, tertembak, bahkan salah satu bagian tubuhnya terpotong.

"Hosh hosh. Apa masih banyak Shika-nii?" tanya Matsuri melihat sekelilingnya.

Nampak Shikamaru mengelap keringat didahinya dengan tangan dan menegakkan tubuh.

"Semuanya semu, kita hanya dapat menunggu apa yang datang selanjutnya."

"Apa maksudmu?" sahut Gaara dari sudut ruangan.

Sasuke yang semula terduduk kini bangkit dan memasang mode waspada. Laki-laki itu bahkan masih sempat-sempatnya memasang tudung dari hoodie yang dikenakan.

"Mereka datang." gumam Shikamaru seolah mengetahui semuanya.

Dalam kesiagaan, Matsuri sudah menyiapkan jarum-jarum yang sebelumnya tersimpan dengan nyaman dalam saku kemejanya.

"Serahkan padaku." lirihnya.

Ketiga laki-laki itu menyembunyikan diri disisi gelap ruangan tersebut, hingga tersisa Matsuri yang dengan tenang memainkan kukunya.

Brak.

"Apa yang kau lakukan disana?! Kau cari mati, hah?!" teriak seorang yang diyakini pimpinan mereka.

Tak ada jawaban berarti, gadis berambut coklat justru memperhatikan kuku-kukunya yang mengkilap didominasi warna hitam.

"Kau tuli? Hey bocah?!"

"Kalian berbicara padaku?" katanya dengan wajah sok polos.

Jumlah yang terbilang cukup banyak itu memandang geram Matsuri, merasa dijatuhkan dengan respon aneh dari gadis yang lebih kecil dibanding postur tubuh mereka.

"Sial. Habisi bocah itu!" serunya garang.

Matsuri terkekeh, baru beberapa dari mereka maju gadis itu langsung merunduk cepat dengan tangan melempar jarum.

Srat. Srat. Srat.

"Aaaarrrgh!"

Beberapa memekik keras, tapi ada juga yang langsung tergeletak begitu saja diatas lantai yang keras.

"Teri yang lemah." gumamnya sinis.

Laki-laki berotot itu melebarkan mata. "Kau bercanda! Akan kutebas lehermu itu. Dasar tidak berguna!"

Dan lagi-lagi Matsuri terkekeh. "Damn! Aku suka dengan kuotesmu!" pekiknya girang.











.
.
.
.
.
.
.
Tbc hehe:)

The Ring | SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang