#1 Flashback

976 66 4
                                    

Sakura POV On

Hidup seorang diri disini terkadang membuatku merasa tak memerlukan orang lain. Kesendirian membuatku selalu enggan menoleh bahkan untuk memperingati diri sendiri jika saja aku berada diposisi sulit orang-orang yang berlalu-lalang disekitarku.

Kemana orangtuaku?

Mereka seperti sudah gila karena pekerjaan. Meninggalkan anaknya dirumah setelah perpisahan tanpa pernah menanyakan sebuah kabar ataupun berkunjung sesekali.

Saudara? Kakakku satu-satunya. Harapan yang mungkin akan menjadi pilihan paling utama dalam hidup kesendirianku dikirim kerumah nenek. Tempat yang bagiku adalah sebuah neraka dalam kehidupan.

Wanita tua itu bahkan seolah tak sudi untuk sekedar menatap wajahku hanya karena 99% miripnya rupaku ini dengan ibu.

Salahlah aku? Menganggap semua orang seolah memusuhiku dan enggan hidup berdampingan denganku?

Jika iya, akan bertahan hingga kapan aku disini?

Awal masuk ranah sekolah menengah atas, aku meniatkan diri untuk berbaur dengan orang lain. Tak peduli nantinya ditolak atau tak dianggap keberadaanku, setidaknya aku sudah mencobanya.

Aku berkenalan dengan Hinata.

Seorang gadis dari keluarga Hyuga yang nyatanya sangat kikuk, berbeda sekali dengan para Hyuga lain yang kulihat di televisi.

Kuakui ia manis dan cantik. Tak heran banyak anak laki-laki dikelas sering mengajaknya berbicara meski hanya ditanggapi seperlunya.

Pertama melihat, aku benar-benar ingin menjadikannya seorang teman. Kurasa Hinata bukan sosok gadis nakal atau bahkan senang membicarakan hal buruk dibelakang.

"Namaku Sakura. Bolehkan aku duduk disini?" tanyaku saat itu.

Hinata yang semula tengah menatap keluar jendela mulai memberi atensi penuh padaku, meski dari gaya bicaranya gadis itu sangat gugup.

"A-ah ya. Aku Hinata. Kau boleh duduk disini jika mau." jawabnya dengan sopan.

Itu terdengar seperti, Hinata menyambutku meski ia tak tahu aku ini berasal dari keluarga yang seperti apa.

Kami cukup dekat saat itu, namun ada saja hal-hal yang tak mampu aku bicarakan dengan bebas bersama Hinata. Seperti halnya perasaanku.

Saat itu, untuk entah keberapa kalinya aku melihat sosok Uchiha Sasuke. Si bungsu dari keluarga Uchiha yang memikat hatiku dalam sekali tatap.

Wajahnya yang rupawan meski dengan raut kelewat datar sudah menyita banyak pasang mata tiap kali menginjakkan kakinya disekolah. Kupikir itu cukup wajar karena ia adalah salah satu alumni diangkatan sebelumnya.

Tapi semakin aku memperhatikan dan mengaguminya, aku menemukan satu fakta yang sulit kuterima dengan lapang dada.

Fakta yang langsung menghempaskanku pada kenyataan jika lagi dan lagi aku memang tak seberuntung itu dalam hidup.

Sasuke. Dia adalah tunangan dari Hinata. Seseorang yang baru saja beberapa bulan lalu kupilih untuk menjadi teman duduk sekaligus teman dekatku disini.

Sakit? Jangan bertanya lebih lanjut lagi. Sekedar bermafas pun bahkan rasanya sangat sulit melihat mereka berdua.

Belum pernah kulihat sebelumnya sebuah senyuman terbit dibibir Sasuke. Biasanya hanya ada datar, sarkas, dan ucapan pelan namun menohoknya yang membuat banyak orang segan.

Namun dengan Hinata, aku merasa dunia Sasuke memang hampir selalu berporos pada gadis manis itu.

Salahkah jika aku merasa benci dan iri padanya?

The Ring | SasuHinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang