Dari dulu aku dan kamu selalu saja bertolak belakang.
Misalkan saja ketika aku menganggap tindakan seorang cowok yang membersihkan sisa makanan di sudut bibir seorang cewek dengan lembut merupakan hal yang sangat romantis dan kamu dengan tegasnya menolak opiniku.
"Perempuan dan laki-laki yang bukan mahrom tidak boleh saling bersentuhan. Pas ada wudhu malah, pasti udah batal itu wudhu nya."
Aku mendecak kesal, aku pun juga paham perkara seperti itu, sebelum aku membela diri kamu malah melanjutkan kalimatmu.
"Kamu jangan mau dipegang cowok sembarangan, bukan bapak, bukan keluarga, bukan suami sudah pegang-pegang. Itu artinya dia tidak menghormatimu sebagai perempuan."
"Aku cuma baca cerita-cerita romantis aja kok, nggak lebih." Tukasku
"Aku cuma ngasih tau, jangan ngikutin cerita fiksi yang nggak bener." Jelasmu yang nggak mau kalah.
Aku cuma mengiyakan, malas berdebat sama kamu.
Pernah juga ketika aku bilang bahwa cewek sangat suka dikasih bunga mawar dan kamu membantah bahwa beli bunga itu mubazir karena tidak bisa dimakan dan nggak awet. Lalu ketika aku ngomong tentang cewek yang suka perhatian-perhatian kecil ketika diingetin makan atau pas waktu sholat dan kamu malah ketawa hambar.
"Kamu suka ya kalau ada orang yang sok tau tiba-tiba ngechatin kamu buat nyuruh makan, sholat, mandi, cuci piring, bersih bersih tiap detik menit jam hari? Kalo menurutku anoying banget kayak nggak ada kerjaan lain aja. Tapi untuk sholat bagus kok mengingatkan sesama umat Nabi Muhammad."
Aku merengut kesal karena tidak bisa membantah pernyataanmu karena menurutku, kamu memang benar. Tapi tetep aja kesel tau nggak sih.
Itu cuma secuil dari perbedaan aku dan kamu. Akunya kelewat romantis sementara pikiranmu itu realis.
"Eh lihat deh, lampunya warnanya kuning. Romantis ya." Aku menunjuk deretan lampu yang menerangi jalanan di depan mataku. Saat ini kita makan bakso gerobak yang ada di pinggir jalan. Suasana jalan di malam hari cukup ramai sih, walau hari ini bukan weekend.
"Hah? Romantis dari mana?" Katamu dengan nada terkejut.
"Yaa..romantis aja. Temaram-temaram gimana gitu." Aku terkikik pelan.
"Tiati, jangan gelap-gelapan sama cowok berduaan, yang ketiga pasti setan."
Aku mendelik kesal, "Yeee..pikirannya!"
Setelah membayar bakso. Kamu mengatakan padaku kalau mau ke ATM terlebih dahulu buat ambil uang bulanan. Tetapi sebelum kamu menyalakan motor, aku buru-buru mencegah dan mengajakmu jalan kaki saja. Toh jarak dari tempat kami makan bakso ke ATM terdekat cuma sekitar 100 meter.
Dan akhirnya kitapun berjalan beriringan. Aku menikmati rentetan lampu kuning temaram di depanku sambil merasakan angin malam sehabis hujan tadi sore. Tetapi tidak tahu kapan, kamu merubah posisimu yang tadinya di sebelah kiriku menjadi sebelah kananku sehingga tubuhmu menjadi batas antara aku dan jalan raya. Tindakanmu seolah-olah membuatku merasa terlindungi dan spontan senyum kecil tersungging di wajahku.
Aku jadi teringat ketika kamu selalu menyuruhku menaruh tas di tengah saat kita naik motor boncengan dengan alasan takut tasku dijambret dan aku justru berfikir kamu berniat menciptakan jarak antara kita sehingga aku merasa dihargai sebagai seorang perempuan.
Mungkin aku saja yang kelewat romantis sih.
Tapi menurutku, kamu orang yang romantis kok.#RomantisvsRealistis
#akudankamu
#juststory
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy
Short StoryAnggap saja aku dan kamu merupakan ketidaksengajaan yang diciptakan Allah untuk saling bertemu, berinteraksi, dan memahami arti rasa dengan akhir kisah yang entah tak kita ketahui seperti apa wujud dari masa depan. "Nikmati aja prosesnya, urusan mas...