Memasuki bulan November, mendung mulai menyusuri kota Surabaya. Hari ini di tengah rintik samar hujan, kita sepakat bertemu untuk mengerjakan tugas bersama. Seperti biasa, ketika ada tugas seperti ini, tak ada suara diantara kita dan benar-benar fokus ke dunia yang kita minati.
Aku melirikmu sekilas dan dirimu fokus pada laptop, aku pun kembali pada aktivitasku. Tak lama ku lirik dirimu lagi, kamu tetep tak bergeming lalu aku kembali pada tugasku. Tanpa menunggu 5 menit bola mataku terarah padamu lagi.
Bibirku terbuka, hendak mengeluarkan suara tapi aku ragu. Tapi aku ingin menayakan sesuatu padamu. Tapi aku takut merusak konsentrasimu. Tapi aku sangat penasaran. Tapi aku-
"Kalo ada yg mau kamu katakan, bilang aja. Jangan kayak orang bingung gitu." Suaramu memecah lamunanku. Aku terperanjat kaget, tak menyangka kalau kamu tahu kebingunganku. Ku lihat sosokmu lagi, yang ternyata masih menatap laptop kesayanganmu.
"Gak papa, nanti aku ganggu?" Tanyaku ragu.
"Iya gapapa." Jawabmu dengan intonasi yang menenangkan."Aku mulai cerita dulu aja ya hm..." Aku berusaha merangkai kata-kata yang tepat untuk aku sampaikan. "Sebenernya aku baru kepikiran sesuatu akhir-akhir ini."
Ku tarik nafas dengan berat, "Awal mulanya temanku membicarakan umur. We know that we already 20 years old then...we must going to thinking about our soulmate." Suaraku terdengar semakin melemah saat mengatakan kalimat barusan.
Aku mendongak, dan kulihat kamu menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku definisikan.
"Okey, aku merasa separti diingatkan dan akhirnya sependapat dengan temanku itu. Dan mulailah pertanyaan-pertanyaan muncul di kepalaku."
Jeda sejenak. Aku masih berusaha menyusun pertanyaaan-pertanyaan yang ada di otakku, layaknya beberapa benang kusut yang semrawut dan ku coba luruskan satu per satu.
"Hmm..seperti ini, bagaimana ketika aku bertemu dengan soulmate ku? Apa dengan pacaran? Atau taaruf? Atau dengan cara lain? Tapi siapa orangnya? Apa orang terdekatku? Atau orang yang tak pernah kutemui sama sekali? Apa suatu saat nanti aku siap if we'll get marriage? Kapan itu? Bagaimana kalau aku tidak akan siap? Lalu soulmate itu sebenarnya apa?" Aku terdiam sesaat, "Apakah pertanyaanku terlalu banyak?"
Konyol, harusnya aku bisa mengendalikan mulut dan otakku.
Hening menjadi penguasa di antara kita sementara rintik samar hujan perlahan mulai tak terasa. Angin berhembus pelan, seakan mengantarkanku melirik gestur tubuhmu yang berubah rileks dengan gerakan slow motion disertai senyum tipis di wajahmu.
"Udah selesai?" Tanyamu
"Um, sudah mungkin. Intinya seperti itu pokoknya." Aku mencoba mengontrol mulutku agar tidak keceplosan lagi."Hmm, jadi gini. Aku ingin menyampaikan sudut padangku masalah pacaran dan taaruf dulu." Aku mendengarkan penjelasanmu dengan seksama, "Sebenarnya pacaran dan taaruf itu cuma prosesnya aja, tergantung dari orang yang melakukan. Intinya hubungan antara laki laki dan perempuan yang sama-sama memiliki rasa sebelum ada ikatan itu harusnya dihindari."
Kamu pun melanjutkan, "Lalu masalah siap atau nggak sebenarnya kita wajib siap dan untuk ketakutanmu yang tidak siap itu bukan sesuatu hal yang bisa kamu pikirkan sekarang. Hal itu belum terjadi karena itu bukan prioritas kita saat ini."
"Eh maksudnya?" Aku tak seberapa paham dengan kalimatmu barusan.
"It's not your priority now. There are so many thing that you must do well right? Misalkan saja seperti final project yang kukerjakan dan tugas besar yang harus kamu selesaikan minggu ini kan?"
Aku merengut kesal, kamu mengingatkanku pada realita buruk Ya Tuhan.
"Selesaikan kuliah. Lulus dan dapat kerja, tak lupa penghematan ekstra, membahagiakan orang tua dengan hasil yang didapatkan, itu prioritasku utamaku. Tapi aku juga memikirkan pertemuanku soulmate ku jika Allah sudah menghendaki. Buktinya kemarin aku ikut seminar yang diadakan kemarin kok walau soulmate bukan prioritasku" Kamu malah nyengir tidak jelas.
"Seminar tentang pra-nikah di masjid agung kemarin?" Tanyaku.
"Iya. Itu kan termasuk ilmu juga?"
Aku berfikir sejenak, mencoba mengartikan penjelasanmu yang amat panjang."Tergantung individu masing-masing dan prioritas kita sekarang kan?" Tanyaku meyakinkan.
"Asal jangan menyimpang dari Allah, itu aja. Selain itu bebas." Tambahmu.
Aku berusaha mencatat poin-poinnya dalam pikiranku, "Bolehlah."
"Udah nggak baper?"
"Apaan? Aku gak baper kok. Cuma penasaran aja" Jawabku dengan bersungut-sungut. Padahal tadi bijak banget ngomongnya, eh malah ngejekin.Huh dasar.
==========
*cerita ini ditulis untuk meyakinkan sang penulis. Bukan alasan baper, cuma penyampaian critical mind. Mungkin kalau ada yg berniat menyampaikan pendapat dipersilahkan 😆😆#AkudanKamu
#JustStory
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy
Short StoryAnggap saja aku dan kamu merupakan ketidaksengajaan yang diciptakan Allah untuk saling bertemu, berinteraksi, dan memahami arti rasa dengan akhir kisah yang entah tak kita ketahui seperti apa wujud dari masa depan. "Nikmati aja prosesnya, urusan mas...