"Minggu depan udah uts."
Aku membuka percakapan diantara kita yang sedari tadi tak membicarakan apapun. Kamu yang sibuk dengan laptop dan aku berusaha memfokuskan diri materi kuliah yang tadi aku catat di kelas."Iya emang, kan di timeline jadwalnya uts." Jawabmu dengan kata-kata yang diplomatis, khas dirimu.
Sebelumnya biar kujelaskan dulu latar pada cerita kali ini. Kejadian percakapan ini tak lain berlatar waktu minggu lalu, tepatnya seminggu sebelum uts-yang artinya sekarang lagi uts dan pembaca disini pasti melirik sekilas smartphone di sela-sela waktu belajar dan mendapati tulisanku muncul di beranda kalian.
Benar kan tebakanku? wkwk
Oke kembali menceritakan tentang kamu. Minggu lalu aku membuat alasan bertemu denganmu, meminta install aplikasi di laptop karena itu memang salah satu keahlianmu.
Basi memang.
Alasan itu yang sering aku pakai untuk bisa melihatmu."Kamu tahu, aku merasa rendah diri dibandingkan teman-temanku."
Aku berucap lagi. Seperti biasa tidak ada tanggapan darimu karena kamu akan bersuara ketika aku selesai bercerita."Aku melihat teman-temanku sering membicarakan materi kuliah dan aku tidak ikut nimbrung karena aku takut salah berbicara karena ketidaktahuanku."
Aku melirik sekilas ke arahmu. Aku lihat kamu menatapku dan mendengarkanku dengan simak. Hal itu membuatku nyaman untuk bercerita lagi.
"Aku bingung harus bagaimana, karena kenyataannya aku merasa tidak tahu apa-apa dan membuatku jadi rendah diri dan merasa paling bodoh."
Hening. Aku menunggu responnya.
"Ehm" dia berdeham menetralkan suasana.
"Itu artinya kamu harus berusaha lebih keras lagi untuk bisa tahu tentang materi itu.""Tapi aku tidak suka materinya." Selaku.
"Tanamkan dalam pikiranmu. Jangan hanya lakukan yang kamu suka, tapi lakukan apa yang kamu butuhkan." Dia mendoktrinku, mengajakku masuk ke dalam pikiran idealisnya, "Intinya, kamu belajar materi itu karena kamu membutuhkannya."
Aku hanya menatapnya dengan tatapan melas.
"Sama seperti Einstein yang di cap bodoh, tapi lihat. Karena usaha dan kerja kerasnya lebih dari orang lain dia bisa menjadi penemu yang luar biasa. Begitu juga kita, jika kita merasa bodoh, oke cukup lakukan apa yang lebih dari orang lain lakukan sehingga kita bisa memetik hasil kerja keras kita."
Aku merengut sebal ke arahnya. Dia meracuniku dengan kata-kata yang tepat sasaran. Tapi lantaran memang benar kenyatannya, aku selalu merasa ditampar dengan pikiran idealisnya dan yang membuatku semakin sebal karena mau tak mau aku harus setuju dengan ucapannya.
"Jadi intinya, Berusaha-lah!" Berkebalikan dengan nada bicara yang tadi, dia malah bersuara agak centil dengan mengangkat kedua tangannya tanda semangat.
Aku langsung bergidik, "Ih jijik centil gitu."
Kamu hanya tertawa, tawa yang kuingat bersuara renyah ditelingaku.Dan sekarang, ketika aku low motivation menghadapin uts, yang ku ingat adalah kata-kata centilmu.
"Jadi intinya, Berusaha-lah!"
***
ps : wow uts kurang 2 hari lagi gengs semangat (hee)#Berusahalah
#AkudanKamu
#JustStory
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy
Short StoryAnggap saja aku dan kamu merupakan ketidaksengajaan yang diciptakan Allah untuk saling bertemu, berinteraksi, dan memahami arti rasa dengan akhir kisah yang entah tak kita ketahui seperti apa wujud dari masa depan. "Nikmati aja prosesnya, urusan mas...