#DasarAku

6 0 0
                                    

Sudah tidak terasa Bulan Ramadan memasuki hari ke-20. Pintu perpisahannya telah berada di depan mata. Aku bahkan tak menyangka waktu bisa berjalan secepat ini. Berkebalikan dengan diriku pada masa sekitar 15 tahun yang lalu.

Ya, tepatnya ketika aku berada di jenjang TK. Aku ikut berpuasa di Bulan Ramadan. Khas anak kecil dan rasa ingin tahunya, si aku kecil memaksakan diri untuk berpuasa dari subuh hingga senja hilang di pelupuk mata.

Kata ibuku dulu, saat aku pertama kali melakukan Puasa Ramadan aku terlihat sangat pucat seolah hampir pingsan ketika menahan makan dan minum seharian. Ibuku yang terbit rasa kasihnya, menyuruhku untuk membatalkan puasa. Tapi memang dasar aku, si keras kepala yang menghiraukan ucapan ibuku. Dan akhirnya si aku kecil menunggu Magrib tiba dan menyelesaikan puasanya, dengan rasa bangga yang luar biasa di hatinya.

Dan seiring diriku beranjak dewasa, aku menyadari puasa bukan hanya perkara menahan lapar dan haus, tetapi turut menahan apapun hal-hal yang buruk, hal-hal yang berlebihan dengan memperbanyak amal ibadah disertai keikhlasan.

Tapi aku benar-benar mengatakan bahwa Bulan Ramadan tahun ini berjalan dengan cepat, beriringan cepatnya dengan datangnya deadline skripsi yang harus ku selesaikan di akhir Bulan Ramadan ini.

Aku yang sedari tadi fokus mengetikkan laporan di laptop, tiba-tiba merasakan sesuatu yang dingin menyentuh punggung tanganku. Ya, kamulah yang menyentuhkan minuman dingin ke tanganku. Tetapi hal tersebut tak membuatku teralihkan perhatian kepadamu. Sudah terlanjur fokus bukan kepalang.

"Udah Magrib. Batalin dulu puasanya." Kamu menoel-noelkan minuman dingin itu ke tanganku.

"Iya nanti. Bentar. Nanggung." Elakku.

Dulu, si aku kecil menunggu dengan harap Magrib tiba, sementara aku yang sekarang malah mengabaikannya. Dasar aku.

"Kalau udah Magrib harus menyegerakan berbuka puasa. Pending dulu kerjaannya." Omelmu.

"Iyaa bentar dikiiitt lagi." Jawabku.

Aku harus menyelesaikan pembahasan poin 4.8 dahulu yang masih kurang tiga paragraf lagi, supaya nanti pas aku berbuka puasa sambil memikirkan kata-kata yang aku tuliskan di poin 4.9 sehingga bisa efisiensi waktu. Deadlineku Hari Senin ini, kalau aku tidak ngebut mengerjakannya bagaimana skripsiku bisa selesai tepat waktu. Belum lagi harus ditata dalam format pommits. Aku tidak punya waktu untuk bersanta-

Tiba-tiba layar laptopku terhalang sesuatu. Aku menoleh ke arahmu dengan sebal karena dengan iseng menutup layar laptopku dengan buku tulis, "Apa sih?"

"Kerjaan mu itu gak akan pernah ada habisnya kalau kamu turutin terus. Laptopmu butuh istirahat, yang punya juga." Katamu yang terdengar sok bijak di telingaku.

"Tapi deadlineku Senin ini lo." Omelku padamu.

"Iya ngerti. Tapi kamu juga harus tahu waktunya istirahat. Buka dulu, sholat Magrib sambil tenangkan pikiran."

"..."

"Jangan keras kepala, ayo." Kamu membantuku membereskan buku-buku yang tadi sebagai selingan kebaca saat ada metode yang kurang aku kuasai, sekaligus alat tulis dan lembaran kertas.

"Percayalah, pasti selesai kok. Usahakan secara maksimal, lalu tawakalkan kepada Allah." Katamu kemudian dan akhirnya aku menuruti kata-katamu juga.

***

kejar deadline, tapi meningkatkan mood dengan menghalu ha ha ha ha ha

#AkudanKamu
#JustStory

FluffyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang