inequitable

9K 667 44
                                        

Warning : TYPO (awas kawanku yang satu ini bertebaran dimana-mana manteman) biasakan vote sebelum baca. Hargai usaha Author. BACA SAMPE BAWAH ⬇karena ada sesuatu yang akan Author sampaikan





HAPPY • READING

Malam berlalu. Pagi menjalang. Sang surya tampak malu-malu menampakkan dirinya di balik awan. Jalanan terlihat basah akibat hujan semalam. Gerimis masih terasa menandakan bahwa hujan masih tak lelah menumpahkan dirinya ke bumi. Seoul menjadi salah satu kota metropolitan yang tak pernah sepi oleh hiruk-pikuk pejalan kaki maupun kendaraan yang berasap tebal. Tapi, nan jauh disana. Gyeonggi, sebuah desa terpencil masih bisa di kenal oleh banyak orang karena hasil sayuran yang melimpah, tampak ramai menyaingi keramaian kota Seoul.

Kyungsoo hanya menatap titik hujan melalui kaca jendela rumahnya tanpa bosan. Kaca jendela yang masih berembun ia hiraukan. Terlalu malas untuk beranjak dari tempatnya walaupun waktu sudah menunjukkan angka tujuh lebih sepuluh menit, yang berarti tak banyak waktu untuk dirinya sampai di sekolah tepat waktu. Mungkin kali ini ia lebih memilih untuk berdiam diri di rumah. Toh, ia bisa beralasan sakit atau lainnya untuk menghidari hukuman yang berat.

Tepat jam delapan, Kyungsoo beranjak hanya untuk membuat coklat hangat untuk dirinya sendiri. Lagipula ia memang sendiri dirumah ini. Ibunya sudah berangkat kerja di jam empat pagi tadi. Menjadi pedagang sayuran dipasar tradisional memang tak mudah. Selain harus mencari sayuran di hutan, ibunya juga harus berangkat pagi menuju pasar dan kembali pada sore menjelang malam. Namun, ibunya adalah pekerja keras. Menjadi tulang punggung keluarga membuatnya menjadi sosok yang pantang menyerah. Bahkan Kyungsoo khawatir saat ibunya dulu pernah tak kembali pulang padahal waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Kemudian ibunya kembali dengan beralasan bahwa ia menemukan banyak sayuran di hutan dankarena terlalu asyik, ibunya lupa akan waktu pulang.

Kyungsoo bergerak menuju halaman belakang rumahnya, kemudian menghirup dalam-dalam aroma hujan yang begitu menyejukkan. Ia terduduk di teras dan menikmati berbagai macam bunga yang sudah ia rawat sejak lama.

Sesekali meneguk coklat hangatnya. Ia membaca sebuah buku yang ia bawa bersamanya tadi sebelum sampai di halaman belakang.

Ia lalu merogoh saku celana, saat merasakan getaran pada ponsel miliknya. Nama seseorang tertera jelas disana.

"Kenapa kau tidak sekolah?"

Kyungsoo tersenyum saat suara itu terdengar yang bahkan dirinya belum mengucapkan satu katapun.

"Hm, entahlah. Mungkin terlalu malas. Kau tahu, hujan begitu deras tadi malam,"

"Itu tadi malam, Kyungsoo. Sekarang bahkan matahari sudah bersinar terang,"

Kemudian mereka larut dalam obrolan yang sering mereka lakukan setiap saat. Sesekali senyum Kyungsoo dan tawanya terukir saat seseorang di seberang melontarkan tiap kata dari mulutnya.

"Nanti sore aku akan ke rumahmu."

"Baiklah. Aku akan menunggu."

Lalu sambungan itu terputus.

Kemudian Kyungsoo kembali larut dalam bacaannya seperti halnya sinar matahari yang terasa makin terang dan waktu yang terus berjalan.

|KaiSoo|•

Saat tepat pukul dua belas siang, Kyungsoo keluar dari rumahnya dan berjalan menuju pasar tradisional tempat ibunya berdagang. Dengan sepeda tua seadanya, ia mulai berkayuh menuju pasar.

KAISOO ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang