Never [SongFict]

6.2K 543 99
                                    

Warning : Sorry for TYPO(s)

Kyungsoo menghirup udara secara perlahan kemudian menghembuskan setelahnya. Ia memperhatikan keadaan sekitar. Musim sudah berganti. Badai salju pertama terjadi tadi malam. Ia kembali mempererat syal yang melilit lehernya karena mulai kendur.

Tujuannya hanya mengunjungi makam sang Ibu yang sudah lama tak ia kunjungi. Berbekal bunga Lily kesukaan mendiang Ibunya, ia berjalan semakin dekat dengan pusara.

Bodoh memang di cuaca yang cukup gila Kyungsoo keluar hanya berlindung di mantel tipis serta syal buatannya sendiri. Ia tak peduli dengan hal itu. Ibunya meninggal pada saat badai salju di malam hari, ia meraung menangis saat kepergian sang Ibu berbekal pakaian tipis saat itu.

Setelah meletakkan bunga Lily di atas pusara dan berdoa, Kyungsoo beranjak. Tak ingin berlama-lama berada diluar ruangan.

Di perjalanan, Kyungsoo menghentikan langkah. Menatap cafe yang berdiri sejak dirinya masih remaja saat itu. Memakai baju seragam dan keluar masuk dari toko itu hanya untuk membeli segelas kopi hangat dengan harga murah. Sungguh menyenangkan.

Wajah Kyungsoo perlahan mulai sendu saat mata kelamnya menatap lurus ke dalam cafe. Dua orang lelaki tengah menikmati musim dinginnya di dalam sebuah cafe yang hangat. Saling bercanda bahkan saling menyuapi.

Kyungsoo mengenali keduanya. Dua pasangan yang sedang di mabuk cinta.

Kyungsoo meneruskan langkahnya. Kakinya mulai kaku karena cuaca dingin. Ia butuh segelas kopi hangat dan berencana menyeduhnya saat sampai rumahnya nanti.

-.oOo.-

Kyungsoo ada mata kuliah siang ini. Sepuluh menit lagi itu akan di mulai tapi bahkan untuk beranjak dari kasur ia terlalu enggan. Demamnya kambuh karena cuaca dingin tadi pagi.

Menggigil di dalam selimut. Bibirnya sudah pucat pasi sementara ia tak memiliki obat apapun.

Perlahan ia meraih ponsel yang berada di nakas. Tangannya yang bergetar berusaha mencari nama seseorang di kontaknya.

Ia mendial nomor itu.

Pada sambungan ketiga, panggilannya terangkat.

"Hallo..."

Kyungsoo tersentak saat suara berat itu masuk ke dalam indra pendengarannya. Perlahan otaknya mulai merespon apa yang terjadi.

Kyungsoo dengan tergesa menutup panggilan itu dan membanting ponselnya ke atas nakas.

Jantungnya mulai berdegub kencang. Tak seharusnya ia menghubungi nomor itu dan seharusnya ia menghapus nama itu dalam kontaknya.

Kyungsoo meringis mengetahui kecerobohannya. Kebiasaan itu tak bisa ia hilangkan.

Suara ponsel berdering membuat atensinya kembali berpusat pada benda persegi itu.

Ia meraihnya dan bernafas lega saat nama sang Ayah  tertera di layar ponsel.

"Kyungsoo, kau tidak kuliah?" Suara berat Ayahnya terdengar di seberang.

Kyungsoo lagi-lagi meringis. Bagaimana ia bisa lupa jika mata kuliah hari ini Ayahnya lah yang mengajar.

"Tidak, Ayah. Hari ini aku membolos."

KAISOO ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang