"Ugh, aku—
"Ayolah, kau hanya terlalu takut sebelum mencoba, huh. Dengar, Kyungsoo. Pekerjaan ini sangat menguntungkan. Bagimu, juga diriku."
Begitu Kyungsoo menemukan manik antusias dari lawan bicara, keraguan semakin melanda. Ia mundur beberapa langkah seakan semua tawaran itu tak bisa ia terima walaupun gajinya melebihi gaji dirinya sebagai seorang kasir minimarket.
"Aku sepertinya tak bisa. Kau tahu, aku tak mahir." ia berharap kalimat menjadi penutup untuk pembicaraan mereka kali ini. Ia berharap semua segera selesai dan ia mulai kembali bekerja sebelum Bosnya memergoki dirinya tengah mengobrol dengan orang asing selagi minimarket sepi.
"Kuharap kau segera bergegas pergi, Kris. Aku harus kembali bekerja."
Kyungsoo lantas beranjak kembali ke balik meja kasir dan mengabaikan tatapan Kris yang membunuh. Pria yang lebih tinggi darinya itu segera pergi setelah meraih sebotol cola dari lemari pendingin dan membayar dengan uang lebih.
"Kuharap kau berubah pikiran, Kyungsoo." adalah kalimat terakhir sebelum Pria itu enyah diri.
•••
"Kyungsoo!"
"Yak Kyungsoo!!!"
Kepala Kyungsoo nyaris menghantam lantai jika suara itu tak segera menyadarkannya. Begitu ia menyesuaikan diri dengan bias lampu, ia menemukan sosok Pria dengan jaket kulit juga anting di telinga kiri yang mencolok.
Oh, sepupunya sudah tiba setelah ia menunggu hampir dua jam lamanya. Ia memperhatikan bandara yang sudah nampak lebih ramai dari sebelumnya dengan beberapa orang yang berdatangan membawa koper termasuk sepupunya dengan koper ukuran sedang di tangan kanan.
"Kau menungguku terlalu lama ya?"
"Kau tahu itu, bodoh."
Pria dengan koper di tangan kanannya terkekeh, mengikuti langkah Kyungsoo berjalan meninggalkan bandara memasuki sebuah taksi yang sudah di pesan.
"Bagaimana kabarmu setelah hampir satu tahun kita tidak bertemu? Apa Amerika menyenangkan?"
"Bahkan ku jamin kau akan betah jika tinggal disana Kyungsoo. Amerika tak seperti Korea yang begitu monoton. Disana kau bisa merasakan segalanya—kebebasan contohnya." ujar Sang Sepupu menyadarkan Kyungsoo bahwa Korea memang benar begitu apa adanya. Tapi setidaknya Kyungsoo masih bersyukur hidup dengan tenang dengan gaji pas-pasan yang masih bisa mencukupi hidupnya.
Dari semua keluarga, hanya tinggal Kyungsoo yang hidup seorang dirinya. Banyak dari sanak saudara menawarkan tempat tinggal juga hidup yang terjamin. Hanya saja, peninggalan kedua orang tua memberi Kyungsoo banyak sekali pelajaran bahwa hidup sederhana lebih menyenangkan daripada hidup di antara lampu sorot mewah penuh sandiwara. Ibunya pernah berkata bahwa tak selamanya mereka yang berada di atas selalu bahagia. Kebanyakan dari mereka selalu terdesak akan kejamnya dunia dan berakhir sengsara.
"Hei, Kyungsoo. Kau masih akan betah di dalam taksi sementara rumahmu sudah menunggu dengan aroma masakan buatanmu yang sudah mendingin. Cepatlah turun. Aku sangat lapar." lalu pintu tertutup dengan kencang. Kyungsoo menatap Sang Sepupu yang sudah melangkah pergi memasuki rumahnya meninggalkan ia yang masih di dalam taksi.
Sepupunya memang selalu seenaknya seperti itu. Dan Kyungsoo sudah biasa.
•••
"Bagaimana jika kau menjadi model majalah saja, Kyungsoo. Kau lumayan juga dengan hanya memamerkan beberapa pakaian branded."
Kalimat itu, untuk kedua kalinya Kyungsoo dengar. Dari Kris, juga dari Sepupunya. Ia akan selalu bingung dengan kedua Pria itu atas tawaran mereka yang tidak mungkin sekali, menurutnya. Dari segi manapun. Tak ada yang bisa ia banggakan dari bentuk tubuhnya yang seperti kurcaci kurang gizi. Ia hanya gemuk karena terlalu banyak mengkonsumsi mie tiap malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAISOO ONESHOOT
Fanficsemua cerita disini murni ide dari otak saya sendiri. Jika ada kesamaan cerita itu hanya kecelakaan belaka. Saya tidak suka cerita saya dikata plagiat. Hargai. Tolong.