Senyum dong !!
Biar terlihat bahagia..*****
Sekilas seperti ada kilatan cahaya, setelah Paksi mendongak melihat cuaca di langit yang mulai berawan gelap. Hendak Paksi ingin menarik tangan Luky namun ia telah menjauh meninggalkannya. Paksi tak tinggal diam, mengejarnya ke gerbang sekolah. Namun kalah, Luky telah menaiki bus yang langsung membawanya pergi meninggalkan sekolah dan dirinya yang hanya bisa menatap bokong bus umum yang mulai menjauh di jalanan yang lenggang sore ini.
.
Pukul 06.15 WIB. Luky sudah berada di sekolah. Hanya ada segelintir siswa, tukang kebun yang sedang membersihkan kolam ikan dan kepala sekolah yang setiap hari sudah stay di sekolah sejak 6 pas tadi pagi.
Sengaja Luky berangkat sekolah lebih awal hari ini. Menghindari Paksi yang mungkin saja akan menjemput ke rumahnya seperti biasa. Ah, tidak Luky berpikir juga Paksi sudah melupakannya dan memilih bersama pacarnya yang sekarang.
Luky memilih menghabiskan waktu paginya dengan berdiam diri di dalam kelas. Menghindar dari keramaian sekolah, teman-temannya dan juga Paksi. Dia hanya ingin sendiri, tanpa ada niatan berbagi kesedihan dan kegundahan hatinya pada siapapun.
"Luk, lu gak lapar ? Gwa perhatiin dari tadi lu duduuuk aja di sana. Mau makan di kantin gak ?" Ajak teman sebangku Luky mengajaknya makan di jam istirahat saat ini.
'Kantin.. Ngak, aku gak mau sakit. Aku gak mau melihatnya lagi. Mengingatnya saja sudah cukup membuat hati ini sesak.' Batin Luky merenung dalam kesendiriannya sambil membaringkan kepalanya di atas meja menghadap ke luar jendelanya yang ada di sebelah kiri dengan dialasi tangan kanannya.
"Woy ! Lu denger gak sih gwa ngomong ?" Ucap teman Luky yang sedari tadi menunggu jawaban sambil menyenggol punggung kanan Luky dengan sikut kirinya.
"Ehm.. Eh, ngak. Aku di kelas aja. Malas ke luar aku." Jawab Luky tanpa berpaling dari posisinya.
"Atau mau gwe beliin siomay-nya mang Ikbas aja ? Kayaknya lu laper dari pagi lu belum makan kan ?" Tawarnya sambil beranjak dari duduknya dan berpindah menghadap Luky dengan berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan wajah Luky.
"Hmm.. Makasih Dit, 2 bungkus ya. Pedesnya sedeng." Pinta Luky sambil membenamkan wajahnya di tangan kanan menyembunyikan raut wajah yang penuh kesedihan.
"Eh.. 2 bungkus ? Oke lah. Asal lu bagi gwa tugas biologi kemarin ya !" Jawab Adit yang langsung beranjak ke luar kelas menuju kantin sekolah.
.
Akhirnya Luky memiliki semangat walau sedikit dan ia beranjak dari tempat duduknya di ruang kelas yang mulai kosong di jam istirahat kedua ini. Saat teman Luky yang lainnya fokus beribadah Sholat Dzuhur ia hanya bisa menenangkan pikirannya, duduk di pinggiran kolam, memberi makan ikan-ikan hias yang saling berenang bermain bersama kawan-kawannya diantara bebatuan kolam yang ditata dengan apik.
Tak lama, Luky beranjak dari duduknya dan berjalan ke toilet yang ada di belakang sekolah hendak mencuci wajah agar sedikit menghilangkan masalah-masalah yang tampak di raut wajahnya.
Saat baru melewati lapangan upacara, pemandangan mata Luky tertuju pada beberapa siswa yang sedang berkerumun riuh di depan majalah dinding yang ada di dekat ruangan kesenian. Penasaran Luky pun mendekat kerumunan itu hendak ingin tahu ada apa yang terpasang di dalam bingkai kaca besar yang sedang ramai mereka lihat.
Setelah berusaha menyalip-nyalip beberapa siswa dan siswi, berjinjit dan saat Luky sampai tepat di depan bingkai kaca itu mata Luky terbelalak dan menutup mulutnya dengan tangan. Kaget dengan apa yang dilihat oleh matanya dan beberapa pasang mata disekitarnya yang kini mulai melihatnya dengan tatapan heran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Andi (Boyxboy)
Acak@@@_Bagian 14 saya private, jadi follow dulu baru bisa kebuka.._@@@ Sebuah cerita cinta sederhana yang tumbuh dalam sebuah naungan ikatan organisasi. Ini cerita bertema L(G)BT jadi yang gak suka sama cerita tema LGBT jauh jauh aja. Hehehe.. Dan sat...