"Cuaca hari ini terik banget ya, Ndi." Ucap Luky baru datang menghampiri Andi yang sedang istirahat di bangku bawah pohon yang ada di pinggir lapangan. Kemudian Luky ikut duduk.
"Nih, buat hilangin rasa panas." Luky menyodorkan satu botol teh dingin ke hadapan Andi.
"Ah, repot-repot amat Luk. Tapi, makasih." Ucap Andi, lalu mengambil botol minuman dingin di hadapannya. Dengan payah Andi berusaha membuka tutup botolnya yang masih rapat.
"Sini, biar aku aja yang buka." Luky merebut botol minuman Andi hendak membantu Andi yang kesulitan membuka tutupnya. Sampai terdengar bunyi "Klek" baru Luky menyerahkan kembali pada Andi.
"Nih, segini aja kamu gak kuat." Lanjutnya.
"Itu keras Luky. Tanganku sakit, nih lihat merah kan ?" Andi memperlihatkan telapak tangannya yang sedikit memerah akibat berusaha membuka tutup botolnya tadi.
"Masa sih, sampe merah gitu." Ucap Luky sambil meraih tangan Andi, memeriksanya.
"Ini tangan laki atau cewek sih, Ndi. Halus banget." Lanjut Luky sambil mengelus-elus telapak tangan Andi yang kemerahan.
"Ya tangan laki atuh Luk. Ini kan tanganku." Ujar Andi membela,
"Eh, lepasin." Andi menarik tangannya dari tangan Luky yang sedari tadi mengelus-elus telapak tangan kanannya. Terlihat Luky hanya tersenyum lebar.
"Emangnya kamu gak ada tugas dari Kang Regi ? Tumben leye-leye gini."
"Ngak. Tadi aku cuma ngerekap absensi aja. Sama nih, dikit-dikit nyicil nyiapin berkas-berkas buat pengukuhan. Kang Regi juga hari ini gak datang latihan kan, jadi sedikit nyantai dulu." Jawab Andi sambil sesekali meneguk minumannya.
"Euh, kamu gak ikut minum ?" Tanya Andi sambil menawarkan botol bekas minumnya pada Luky.
"Ngak. Aku dah minum tadi. Gak haus juga kok. Habisin aja."
"Oh, ok.. Makasih."
"Mhmm.. Dengar-dengar hari ini kita bakal pulang cepat ya ?" Tanya Luky.
"Iya nih. Di jadwal hari ini cuma sampe jam 3 sore. Lumayanlah bisa pulang awal."
"Ya syukur dah. Boleh dong kita main dulu nanti sepulang latihan ?" Ajak Luky.
"Main ? Aku sih mau aja main, daripada bosan di rumah. Tapi mau main ke mana ?"
"Ya, kamu maunya ke mana ?"
"Lah, kamu ini. Kan kamu yang ngajakin. Malah tanya balik. Aku ngikut aja kamu mau ke mana."
"Mhmm.. Yakin nih ke manapun aku pergi kamu mau ngikut ?"
"Iya Lukyyyyy.." Angguk Andi sambil meneguk minumannya.
"Terus kalau aku ke toilet kamu mau ngikut juga ?" Ucap Luky sambil tersenyum jahil.
Pertanyaan Luky pun berhasil membuat Andi tersedak sampai terbatuk beberapa kali, diikuti tawa Luky yang puas. Setelah berhasil Andi mengontrol kembali nafasnya, Andi dengan sengaja memukul kepala Luky dengan botolnya yang sudah ¼ isi.
"Awww.. Sakit Andi.." Ucap Luky sambil mengusap-usap kepalanya yang terkena pukulan dari botol minumnya Andi.
"Kamu duluan tuh yang rese, bikin aku tersedak. Rasain tuh, enak kan ?" Ujar Andi membalas. "Nih lagi !" Andi kembali memukulkan botol minumnya pada kepala Luky, namun tidak terlalu keras seperti sebelumnya.
"Ampun-ampun.. Sudah Ndi.. Sudah.." Pinta Luky sambil melindungi kepalanya dengan tangannya, menangkis pukulan yang bertubi-tubi dari Andi. Sedangkan Andi hanya tertawa puas.
"Kamu coba main-main, huh.. Mau aku balas Ndi.. Awas ya." Ucap Luky, kemudian ia berusaha meraih kedua tangan Andi. Andi berontak melawan Luky, dan setelah Luky berhasil menangkap pergelangan tangan kanan Andi lalu menjatuhkan botol yang digenggamnya, Luky pun beraksi dengan perlawanannya.
"Aduhh.. Duh.. Ampun Luk.. Ahahaaaha.. Aduh.. Ampun Luky.. Sudah sudah.. Ahahaa.. Geli Luk.. Geli tau," Kini gantian, giliran Andi yang memohon ampun dari serangan tangan Luky yang menggelitiki pinggang Andi tanpa ampun. Andi berusaha bangkit dari duduknya, namun tangan Luky terus tidak mau berhenti.
"Terus saja kamu minta ampun Andi. Gak bakal berhenti aku.. Haahahaa.."
"Sudah Luk.. Sudah.." Andi terus meringis kegelian sambil mengeliat ke kiri dan ke kanan seperti ulat bulu. Dengan sedikit tenaga yang sudah terkuras, Andi mengapit tangan Luky yang terus menyerangnya dengan merapatkan tubuhnya ke tubuh Luky, sehingga membuat tubuhnya berdekatan dengan Luky.
Reflek Luky langsung menghentikan serangannya saat tubuhnya sudah benar-benar rapat dengan Andi. Kepalanya Andi ditekankan dengan dagunya yang menopang di bahu kiri Luky.
"Sudah Luk.. Sudah, geli aku.." Dengan nafas Andi yang memburu ia memohon. Nafas Andi masih terengah-engah, dengan lembut dan teratur terdengar sangat jelas di telinga kiri Luky. Jantung Luky kini yang memburu, berdegup begitu kencang, matanya sedikit melongo. Beberapa kali ia menelan ludah, bukan karena haus namun ia mencoba mengontrol jantungnya efek dari desahan Andi pada telinganya yang membuat dirinya semakin panas.
"I..iiya.. Iya.. Aku menyerah." Ucap Luky sedilit terbata-bata sambil mendorong tubuh Andi kembali untuk duduk di kursinya. Kejadian yang baru saja terjadi membuat Luky menegang, lalu Luky buru-buru duduk kembali. Takut jika Andi menyadari gundukan di bawah sabuk Luky mengeras dan menggunung.
"Kok kamu keringetan gitu ?" Tanya Andi melihat Luky yang sedikit kikuk. Luky menyeka keringat di dahinya.
"Pake ini aja." Ucap Andi, mengambil sapu tangan yang ada di saku celananya lalu mengusap keringat yang membasahi dahi Luky.
Dengan lembut Luky memandangi wajah Andi yang sedang menyeka keringatnya. Senyumannya tampak mengembang di kedua sudut bibir Luky. Detak jantungnya berangsur normal, namun perasaannya yang kini melambung tinggi.
"Ngapain kamu senyam-senyum segala ? Nih, lanjutin lagi sendiri." Ujar Andi sambil menyerahkan sapu tangannya pada Luky.
"Kamu perhatian ya." Ucap Luky sambil mengeringkan dahinya.
"Apanya yang perhatian." Jawab Andi ketus sambil membetulkan posisi duduknya, kini giliran Andi yang kikuk atas perbuatannya sendiri.
"Ini toh tadi kamu mengelap-ngelap keningku segala." Ujar Luky menjelaskan.
"Apaan,, udah ah.." Raut muka Andi memerah.
"Sana tuh kembali sama panitia yang lain, udah mau beres jam istirahatnya juga. Kembali ngelatih sana." Usir Andi.
"Ya udah, aku kembali bertugas dulu ya.. Andii." Ucap Luky sambil mengacak-acak rambutnya Andi.
"Sampai ketemu sore nanti." Ucap Luky lagi, sambil bangkit dari duduknya. Tepat depan muka Andi sejajar dengan selangkangannya Luky yang masih menonjolkan celananya yang membesar, tampak diujung ritsletingnya yang mencetak jelas kepala kepunyaannya Luky.
"Itu apaan Luk ?" Tanya Andi sambil menunjuk pada tonjolan di celana Luky.
"Ah, apa ?" Tanya Luky sambil menunduk, melihat ke arah yang ditunjuk Andi.
"Ah.. Bukan apa-apa." Luky terkejut sekaligus malu dan langsung membekap tonjolannya itu dengan sapu tangan Andi.
"Eeehh.... Itu sapu tanganku Luk. Ngapain kamu taro di sana."
"Eh.. Iya, nih. Maaf." Luky menyodorkan sapu tangan bekas membekap selangkangannya pada Andi.
"Gak mau ah, kamu ambil aja. Itu bekaasss...." Sambil menunjuk pada selangkangan Luky.
"Cuci dulu. Baru balikin lagi. Udah sana pergi." Usir Andi.
Luky dengan tergesa-gesa berjalan meninggalkan Andi sambil menutupi bagian bawahnya dengan sapu tangan karena berusaha menutupi area terlarangnya. Sedangkan Andi tersenyum geli melihat Luky yang berjalan aneh, sedikit mengangkang saat Luky berusaha membetulkan posisi miliknya. Sesekali Luky melihat ke kiri dan ke kanan memastikan tak ada orang yang curiga.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Andi (Boyxboy)
Random@@@_Bagian 14 saya private, jadi follow dulu baru bisa kebuka.._@@@ Sebuah cerita cinta sederhana yang tumbuh dalam sebuah naungan ikatan organisasi. Ini cerita bertema L(G)BT jadi yang gak suka sama cerita tema LGBT jauh jauh aja. Hehehe.. Dan sat...