Part 18

943 57 6
                                    

"Aku gabung dulu ya sama panitia yang lain. Semoga cepet ketemu sama temen kamu itu."

"Oh.. Oke.. Oke.. Selamat bertugas Luk.." Ucapan Andi diakhiri dengan Luky yang langsung melenggang menuju lapangan meninggalkannya.

Andi yang masih berdiri ditempatnya memandang kearah orang yang mencuri perhatiannya, mengobrol dengan teman sesama pelatih berdua di depan pintu gerbang. Tak selang berapa lama merekapun berjalan, hendak masuk ke dalam lingkungan sekolah. Tentu akan melewati tempat Andi yang sedari tadi tak lepas pandang darinya. Matanya saling bertemu dengan tatapan lembut Paksi. Sekilas hanya senyuman kecil di sudut bibir Paksi yang Andi dapatkan menambah debaran di dadanya meningkat. Hanya sekejap memang, karena Paksi terus melenggang dengan santainya bersama temannya itu, sambil bercakap entah apa yang mereka bicarakan. Andi langsung berpaling, saat punggung Paksi sudah menghilang dari pandangannya di balik tembok dinding ruang dewan. Menarik nafas lega sambil memegangi dada kirinya. "Kontrol Andi.. Kontrol.." Sekali lagi Andi menarik nafas panjang.

.

"Wah wah wah.. Enak ya kalian pada makan.. Emang udah jam istirahat gitu ?" Andi menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menyilangkan lengan di dadanya melihat dua temannya sedang asyik melahap makanan di kolong meja tepat di mana Andi berdiri disampingnya.

"Ehehehe.. Ketahuan kita Ay.." Arin mendongak, cengengesan diikuti Ayu yang berusaha menyantap makanannya dengan cepat.

"Kita lapar Andiii.... Jadi tadi beli makan ke luar sebentar. Please ya, jangan bilangin ke senior. Apalagi sama kang Regi." Ayu memohon setelah makanan dimulutnya habis ia telan. Kemudian mereka bangkit dari kolong meja, duduk di kursi semula.

"Emangnya kalian udah selesai tuh tugas ? Main makan-makan aja." Ucap Andi sambil mendaratkan pantatnya di kursi tempat ia bekerja sebelumnya.

"Udah dong. Tinggal direkap aja sebagian." Timpal Arin yang sambil membereskan bungkus plastik sisa makanannya. "Oh iya Ndi. Pulpen gua sama stample-nya mana ?"

"Oh.. Ini," Ucap Andi sambil membuka kantong hitam yang tadi dibawanya. "Ini pulpennya dan ini nota pembelian dari stemple-nya." Lanjut Andi dan menyerahkan barang yang ada di dalamnya pada Arin.

"Ada yang punya nomor HP-nya Ridwan gak ?" Tanya Andi pada Arin dan Ayu yang sekarang lagi pada sibuk membuka layar ponselnya masing-masing.

"Gak punya aku. Kamu Ayu, punya ?" Ucap Arin sambil bertanya pada orang yang duduk disebelahnya diikuti gelengan kepala dari Ayu yang masih fokus menunduk. "Buat apa emangnya Ndi ?"

"Ini, mau ngambil printer yang kemarin aku titip ke dia."

"Oh.. Lihat di data panitia aja, Ndi. Kan ada nomor HP-nya juga." Ujar Arin yang beralih sibuk dengan laptopnya.

"Oh iya ya. Makasih udah ngingetin Rin." Segera Andi membuka layar laptopnya, dengan hanya satu kali sentuhan disembarang tombol, tampilan layar utamanya langsung muncul. Andi tak pernah mengunci laptop dan handphone-nya dengan sandi-sandi. Trauma dengan ingatanya yang memang kurang baik.

"Loh.. Loh.. Kenapa nih ?" Berulang-ulang Andi membuka folder-folder dokumen yang ia simpan di memori laptopnya. Dari folder yang tersedia di halaman utama dia buka dengan teliti. Namun berkas yang Andi cari yang semula tersimpan di dalamnya, kini sudah kosong. Tak tersisa satu pun.

"Ada apa Andi ?" Tanya Ayu yang kini sudah kembali ke dunia nyata. Menyimpan ponselnya di saku kemeja kirinya, menimbulkan gelembung dibalik kerudung hitam yang menutupi sampai dada.

"Berkas aku hilang." Ucap Andi sambil terus bolak-balik memeriksa folder satu per satu.

"Hah,," Bersamaan Arin dan Ayu terkejut dengan ucapan yang baru mereka dengar. "Berkas yang mana Ndi ?" Arin menghampiri ke meja Andi diikuti Ayu yang ikut duduk di kursi kosong sebelah kanan Andi.

 Untuk Andi (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang