Part 6

1.8K 98 6
                                    

Dan foto di atas hanya sebagai gambaran saja jadi jika ada kesamaan foto saya mohon maaf bagi pihak yang terkait..
:D :D :D

*******

Gilaaaa.. Bener-bener gilaa..
Gua bener gak sanggup,, baru 7 seri aja ini tangan gua udah gemetar dan lemas. Aduh, kayaknya gua gak sanggup dah..

"Eh, kamu. Yang benar push-up nya, naikin badan dan pantatnya. Mau jadi puteri kamu, ganti pake rok besok-besok..!!" Ucap pembina gua sambil sedikit menendang kaki gua yang memang gak pake sepatu.

Gua pun dengan memaksakan sekuat tenaga gua untuk mengangkat badan gua. Lemes banget.

Bukan hanya kami saja yang diperlakukan kayak gini, semua panitia dari tiap kecabangan pun sama menderita sesuai dengan apa yang diperlakukan oleh pembina masing-masing. Gua gak bisa bayangin penderitaan kecabangan pampas yang memang dari semua kecabangan, pampaslah yang terkenal lebih 'sadis' hukumannya. Bukan semata-mata menyiksa ataupun sebagai ajang balas dendam para senior pada kami, tetapi mereka memperlakukan ini pada kami agar kami lebih menghargai dan menghormati setiap atribut yang kami pakai di seragam kebanggaan ini, jadi kami lebih menjaganya dengan baik-baik karena kami tahu untuk pengambilan satu barangpun seperti inilah pengorbanannya.

Dengan sisa tenaga gua yang udah hampir habis, kalau gua jadi Ultraman mungkin lampu merah di dada gua udah bunyi 'Ting Nong,, Ting Nong,, Ting Nong.." kali ya,,

Akhirnya gua bisa juga melalukan push-up 100 kali dengan titik darah semangat penghabisan gua. Sesudah itupun kami disuruh duduk dan menyelondorkan kami kami agar tidak pegal, katanya.

Agak lama kami duduk begini. Gua menengok ke arah pembina gua, terlihat mereka sedang berdiri sambil membicarakan sesuatu. Entah apa yang sedang dia diskusikan dengan para pelatih lain. Eh, tunggu dulu.

Gua rasa gua lihat ada sosok yang familiar di mata gua, ah iya. Itu memang Kak Paksi, yang juga ada di sana ikut berdiskusi dengan pembina gua. Sedang apa dia di mari ya, bukannya dia tugas bantuin pembina pampas secara diakan mantan pampas juga dulunya.

"Yang tungak-tengok matanya bintitan." Ucap salah satu pelatih yang ada di sana.

Gua langsung memalingkan kepala gua kembali ke arah depan. Ya, elah.. Nengok aja gak boleh, nurut aja gua mh takut bintitan mata indah gua ini. Ntar gua gak ganteng lagi.

"Oke, kalian mau ini kan ?!" Ucap pembina gua setelah dia selesai berdiakusi sambil menunjukkan Lencana Anggota berpolet merah itu. "Sekarang kalian berdiri dengan lutut kalian !" Lanjutnya lagi.

Ya Tuhan, kira gua ini bakal berakhir..

"Sekarang, langkah tegap dengan kedua lutut kalian. Jangan berhenti setelah saya kasih perintah." Ucapnya lagi.

Ya Ampuunn..
Langkah tegap dengan lutut..
Aahh,, siiaall.. Mana celana olahraga gua pendek lagi. Bakalan sakit ini mah.

Kami semuapun mengikuti semua perintahnya. Rasa perih di lutut langsung gua rasakan setelah beberapa langkah gua maju ke depan. Siapa yang gak akan lecet-lecet jika melakukan ini dengan lutut diatas lapangan rumput yang bantak kerikil kecil dan rimput putri malu.

Sekitar 50 meter lebih kami disuruh langkah tegap dengan lutut yang lecet-lecet ini. Setelah itu kami di suruh berdiri, terasa semakin perih lecet-lecet di lutut gua saat gua berdiri.

Kami di suruh memejamkan mata dan mengulurkan kedua tangan ke depan.

'Akhirnya berakhir juga penderitaan ini' Ucap gua dalam hati, karena gua sempat ngintip dikit pembina gua membuka bungkusan keresek berisi LA yang baru.

 Untuk Andi (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang