Part 19

1.1K 65 8
                                    

Lapangan Samudera masih di penuhi peserta dan pelatih yang dengan penuh semangat tetap berlatih walaupun langit sudah menampakan warna jingga di ujung barat. Latihan sudah memasuki minggu kedua, peserta pun sudah mulai dibentuk formasi setelah lebih dari seminggu penuh berlatih untuk menyamakan gerak dan ketukan langkah. Setelah dinilai cukup kompak, pelatih pun segera memberi formasi-formasi bagi setiap pasukan 17, 8 dan 45.

"Hey.." Sapa Luky, "Bengong aja dari tadi aku perhatiin kamu." Lanjutnya setelah dia berada dekat dengan Andi.

"Ah, ngak. Orang aku lagi lihatin peserta yang lagi latihan kok." Jawab Andi yang sedang duduk di pagar tembok setinggi lutut orang dewasa yang terpasang dipinggir lapangan.

"Timben santai, lagi gak ada tugas dari kang Regi ?" Tanya Luky yang ikut duduk di sebelah kiri Andi.

"Ada, cuma gak terlalu banyak aja hari ini. Tapi udah beres kok dari tadi. Tinggal persiapan materi aja buat evaluasi nanti." Ucap Andi sambil memegangi berkas-berkas absensi yang dibungkus rapi dalam map biru.

"Nanti aku tunggu di tempat biasa ya."

"Sampai sekarang aku masih agak kurang enak sama kamu Luk. Tiap pulang latihan kamu antar aku pulang mulu." Andi terus menolak ajakan Luky untuk mengantarnya pulang, sudah beberapa hari ini sepulang latihan Luky rutin mengantarkan Andi ke rumah dengan motor gagahnya itu.

"Harus berapa puluh kali lagi aku bilangin, Ndi. Kamu jangan sungkan, lah. Aku suka kok bisa anterin kamu pulang, lagian kita juga satu arah kan ?"

"Ya.. Walaupun gitu kan kamu jadi harus nunggu aku dulu. Paling cepet evalusi juga setengah jam, gak enak kamu nunggu lama." Ucap Andi sambil bergeser memiringkan badannya, menghadap Luky.

"Gak apa-apa Andi. Lagian motor kamu juga sekarang kan dipake bapak kamu kerja, terus kamu mau pulang naik bus dan jalan kaki dari jalan raya sampe rumah malam-malam ?" Ujar Luky. "Udah itu gak ada lampu penerangan lagi di sepanjang jalannya. Gelap, rimbun ditumbuhi rumput-tumput gajah pula hampir setinggi bahu. Ntar kalo tiba-tiba ada hantu lewat gimana hayo ?"

"Huss.. Kamu ini, mana mungkin ada hantu Luk.."

"Alaaah.. Sok sok-an berani kamu, Ndi.. Tiap kali pulang malam juga kamu pegang erat banget jaket aku.." Goda Luky. Andi tersenyum, "Ah.. Ngak kok. Cuman takut jatuh aja aku.."

"Hahahaa.. Andi,, Andi.. Masih aja ngelak.. Lain kali kalau kamu takut, peluk aja. Aku gak keberatan kok."

"Apaan sih kamu Luk.. Ada-ada aja, dah ah.. Aku mau siapain materi buat evaluasi dulu.." Ujar Andi. Lalu pergi meninggalkan Luky sendirian dengan senyuman yang masih terpatri di wajahnya.

.

Pukul 5 lewat 25 menit latihan hari ini pun usai. Ditutup dengan apel sore yang diikuti oleh seluruh peserta, panitia, pelatih dan pembina Paskibra. Lalu dilanjut dengan evaluasi rutin yang diikuti panitia inti, pelatih dan pembina. Sementara Andi melanjutkan aktivitasnya, Luky dengan setia menunggu di halte bus yang berada tak jauh dari lapangan.

"Maaf, nunggu lama ?" Ucap Andi yang baru datang menghampiri Luky yang sedang duduk di ujung kursi besi sambil matanya fokus pada layar ponsel. Sendirian, sepi memang karena langit jingga yang kini sudah berubah menjadi gelap gulita.

"Eh, sudah ?" Ucap Luky sambil berdiri dan memasukan ponselnya ke saku celana bahan warna hitamnya itu. "Nih.." Tambahnya, menyodorkan susu kotak yang sudah tidak dingin lagi.

"Untuk aku ?"

"Iyalah.. Buat siapa lagi." Ucap Luky.

Andi melihat sekeliling yang tak ada siapapun kecuali mereka berdua di sekitar halte. Andi tersenyum, "Makasih.." Ucap Andi setelah memgambil satu susu kotak rasa cokelat dari tangan kanan Luky. "Pertama Lemon Tea, terus Pocari, kemarin es kelapa, kemarinnya lagi cola, sekarang susu. Besok mau beliin apalagi ? Jangan repot-repot gini Luk. Aku malah keenakan jadinya." Lanjut Andi sambil menancapkan sedotan ke lubang di bagian atas susu kotaknya.

 Untuk Andi (Boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang