Jiyong masuk kedalam lift dan lisa ada disana, jiyong ingin keluar dari lift itu namun lisa menahannya, benar benar menyentuhnya dan meremas tangannya, menahannya seperti seorang gadis hidup yang menahan kekasihnya, bedanya jiyong dapat merasakan kalau tangan lisa tidak sehangat tangan gadis hidup.
"Ku mohon... bicaralah denganku, aku janji tidak akan melukaimu. Astaga ini benar benar tidak butuh tenaga," ucap lisa dengan wajah memelasnya-- yang tidak lisa tau bagaimana rupanya sekarang.
"Apa? Kenapa kau menggangguku?! Jangan ganggu aku." ucap jiyong begitu pintu lift tertutup "jangan menggangguku, aku takut,"
"Maaf... aku- aku- aku hanya senang karena akhirnya bisa bicara dengan seseorang," lisa melepaskan pegangannya dari jiyong dan menundukan kepalanya. Jiyong pun terdiam, melihat tangannya yang baru saja di lepaskan lisa.
"Bisakah aku bicara denganmu sesekali?" tanya lisa
Kau satu satunya yang bisa mendengar dan bicara denganku, mana mungkin aku akan melepaskanmu begitu saja? Aku tidak akan menyerah semudah itu pada penyelamatku dari kebosanan.
"Jangan muncul tiba tiba," ucap jiyong yang tidak tega, walaupun gadis itu tidak lagi hangat sepertinya, tapi tetap saja ia terlihat seperti seorang wanita didepan jiyong, dan jiyong tidak tega melihat gadis itu menunduk seperti itu "jangan tiba tiba berdiri didepanku, beri aku tanda kalau kau akan datang, jangan membuatku takut,"
"Kalau aku melakukan itu aku boleh menemuimu? Kau mau bicara denganku?" tanya lisa
"Ya, tapi aku tidak akan bicara padamu lagi kalau kau membuatku takut lagi, dan satu lagi, jangan menyentuh kepalaku, kau membuat rambutku berantakan,"
"Ay ay captain!" Seru lisa dengan sangat bersemangat "sebenarnya aku sangat sangat sangat ingin bicara lebih banyak padamu tapi sekarang saatnya aku ikut menonton film dengan haru, aku akan menemuimu nanti sore, annyeong..." lisa sedikit membungkuk sebelum benar benar menghilang seperti angin
"Ya! Jangan muncul dan pergi tiba tiba!!" Teriak jiyong kesal "tunggu, dia bilang akan menonton dengan haru? Apa maksudnya haru anak tablo hyung?" Jiyong penasaran dan begitu pintu lift terbuka dilantainya, ia kembali menutup pintu lift itu dan kembali ke ruang bermain. Jiyong keluar dari lift begitu pintu lift terbuka dan tablo serta teddy masih bermain billyard disana
"Hyung, apa haru kesini?" tanya jiyong pada tablo
"Hm? Iya, menonton minion disana," ucap tablo menunjuk haru yang duduk disalah satu sofa dengan laptop diatas meja didepannya
"Dia sering kesini?" tanya jiyong lagi setelah melihat lisa ada disana, disebelah haru, ikut menikmati film dari laptop didepannya
"Setiap sabtu dan minggu, senin sampai jumat dia sekolah, kenapa kau penasaran dengan jadwal anakku?"
"Kenapa kau datang di hari sabtu dan minggu?" tanya jiyong lagi membuat tablo dan teddy bertukar pandangan heran
"Memangnya kita pegawai negri yang hari liburnya terjadwal? Tentu saja bekerja, sudah berapa lama kau bekerja di industri ini ji?" jawab teddy
"Apa kau baik baik saja? Kepalamu terbentur disuatu tempat?" tambah tablo
"Hehe, aku hanya penasaran, mencari ispirasi,"
"Dari jadwal anakku?"
Haish jiyong! Kau akan kena masalah kalau terus seperti ini. Apa tablo hyung mencurigaiku? Apa dia mengira aku akan menculik anaknya? Harusnya dia lebih curiga pada gadis kasat mata disebelah anaknya itu.
"Hyung, kalian pernah dengar cerita hantu di gedung ini?" tanya jiyong setengah berbisik
"Kau bertemu hantu?" Kali ini teddy yang bicara setelah melakukan gilirannya
"Katanya kalau bertemu hantu disini albummu akan sukses, selamat," tambah tablo
"Huh? Aku serius hyung, apa disini ada hantu?"
"Banyak ji, kenapa? Mulai takut? Hampir semua gedung punya hantu,"
"Sepertinya aku baru melihat salah satunya hyung, disebelah anakmu," ucap jiyong disusul gerakan tablo dan teddy yang melihat ke arah haru dan lisa yang sedang tertawa melihat film didepannya
"Apa hantunya sedang menonton minion juga? Bee doo bee doo," ledek tablo dan teddy tertawa, jiyong pun ikut tertawa, terpaksa.
Tentu saja mereka tidak akan percaya. Mereka tidak bisa melihatnya. Kau harus pura pura tidak melihatnya agar tidak dibilang gila, ji!!
Lisa melihat jiyong yang akhirnya ikut bermain billyard dan melambaikan tangannya pada pria itu dengan sangat senang. Sementara jiyong hanya tersenyum simpul padanya, melihat gadis itu duduk manis disebelah haru membuat jiyong lupa siapa sebenarnya gadis itu. Seperti katanya, kalau gadis itu hidup, mungkin dia akan jatuh untuk gadis itu.
Setelah 30 menit ikut bermain, jiyong menyudahi permainannya, teddy pergi ke studionya sementara tablo menghampiri anaknya. Jiyong ragu, tapi ia tetap mengekori tablo, berniat menyapa haru.
"Annyeong haru," sapa jiyong pada haru dan begitu haru melihat jiyong harus langsung memeluk ayahnya dan menyembunyikan wajahnya.
"Appaa.... kenapa appa mengajak jiyong oppa? Huhuhu... aku malu..." ucap haru sembari menangis
"Wah... bagi haru kau lebih menyeramkan dibanding aku," ucap lisa membuat jiyong ingin sekali memukul mulutnya
"Aigoo~ jiyong oppa? Dia bukan oppa haru-ya, dia hanya ingin menyapamu, tidak mau bertemu dengannya?" Ayahnya menarik haru dalam gendongannya
"Aku masih tampan seperti oppa, iya kan haru?" Balas jiyong
"Oppa? Heung... haru-ya dia ajhussi bukan oppa," celetuk lisa yang tentu ssja hanya didapat didengar oleh jiyong.
Tablo menggendong haru pergi dari sana sementara jiyong membawa laptop tablo, berjalan disebelah tablo menuju studio pria itu.
"Boleh aku memegang tanganmu?" tanya lisa yang berjalan di sebelah jiyong dan jiyong hanya mengangguk
"Astaga astagaaa~~ aaa... kapan terakhir kali aku melakukan ini? Aaaa aku punya teman," seru lisa yang sedikit berteriak setelah menggandeng jiyong.
£££
KAMU SEDANG MEMBACA
{P} The Girl In Black
Fanfiction[END] Gadis itu cantik, tapi tidak terlihat. Aku mencintaimu, tapi kia tidak akan pernah bisa bersama, kenapa begitu tidak adil?