V

2.4K 330 2
                                    

Masih sambil bergandengan tangan, lisa dan jiyong masuk kedalam studio rekaman milik jiyong "masih harus seperti ini?" tanya jiyong dan lisa langsung melepas pegangannya

"Hehe, aku senang~ gomawo karena mau berteman denganku~"

"Aku tidak pernah bilang mau berteman denganmu,"

"Tapi mau ku gandeng~"

"Tsk... kenapa masih disini? Pergilah,"

"Kau sendirian kan disini? Tidak mau ku temani? Tidak takut sendirian disini?"

"Sebenarnya, kau yang membuatku takut,"

"Huh?? Masih takut? Apa aku menyeramkan?"

"Kau tidak tau?"

Lisa menarik jiyong ke depan cermin dan lagi lagi lisa senang karena dapat melakukan hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

"Wah aku benar benar bisa melakukannya, daebak... lihat, tidak ada bayanganku dicermin, jadi bagaimana aku bisa melihat wajahku sendiri?" Seru lisa

"Ah... begitu, tapi kau tidak ingat bagaimana wajahmu?"

"Tidak, aku hanya tau kalau namaku lalice dan aku memanggil diriku sendiri lisa,"

"Hanya itu yang kau tau?"

"Itupun diberitau seorang pria, tapi aku tidak mengenalnya,"

"Pria? Ada yang bisa melihatmu juga?"

"Hm... pernah dengan tentang malaikat pencabut nyawa? Dia yang menjemputku, tapi setelah dia memanggil namaku dia menghilang dan aku terjebak disini, aku tidak bisa bertemu lagi dengannya dan keluar dari gedung ini sampai sekarang,"

"Apa aku harus mempercayai itu?"

"Terserah, tidak ada untungnya untukku kau percaya atau tidak,"

"Lalu kenapa kau meninggal?"

"Tidak tau, apa itu penting?"

"Untukku sih tidak,"

"Untukku juga tidak, yang penting bagiku adalah, aku punya teman bicara sekarang," ucap lisa dengan senyum lebar diwajahnya

"Semua fansku pasti senang bicara denganku-"

"Ini berbeda, kau belum pernah merasakan bicara pada orang orang yang tidak mendengarmu, bicara sendirian, sangat membosankan dan membuatku ingin mati sekali lagi," sela lisa

"Apa tidak ada hantu lain- maksudku teman sesama hantu?"

"Kami tidak berteman, kami bersaing,"

"Bersaing?"

"Hm... mendapatkan manusia lemah dan memakai tubuhnya untuk hidup yang kedua,"

"Merasuki? Kau akan merasukiku?"

"Aku tidak bisa merasukimu, hanya manusia dengan gelombang yang sama denganku yang bisa ku rasuki, biasanya keluarga atau orang orang yang bernasib sama denganku, tapi aku tidak bisa menemukan mereka disini,"

"Bagaimana nasibmu?" tanya jiyong dan lisa hanya menggeleng

"Masih punya banyak pertanyaan?" tanya lisa dan jiyong mengangguk

"Kau benar benar tidak bisa membunuh orang?" tanya jiyong

"Bisa, aku hanya perlu mengajak mereka bercinta dan mereka akan mati kedinginan, tapi itu melelahkan,"

"Kenapa?"

"Untuk menunjukan diriku didepan orang hidup saja butuh banyak energi. Kalian pikir kami kuat? Anniyo, untuk menggerakan benda benda dan menyentuh kalian saja sangat sulit, itu alasanku sangat senang bisa menyentuhmu dengan sangat mudah, saat kami tidak ingin di usik hal termudah yang bisa kami lakukan hanya memberi hawa dingin disekitar mereka, atau membuat suara,"

"Ah... ah iya, apa disini ada banyak hantu? Maksudku di gedung ini,"

"Mereka datang dan pergi, yang stay disini hanya aku, lalu ajhumma di parkiran, hampir disetiap lantai ada, dan hanya aku yang suka berkeliaran kesemua tempat, ah aku lupa! Hari ini ikon akan latihan dan aku harus ikut, bye bye~" belum sempat jiyong menjawab, lisa sudah menghilang dari tempat itu.

"Ya! Sudah ku bilang jangan pergi seenaknya!!" Teriak jiyong berharap lisa mendengarnya

"Kurasa kau harus pergi dari sini, sandara akan datang kesini, dia baru saja naik lift," jiyong mendengar suara lisa namun ketika ia melihat sekeliling namun tidak melihat lisa dimanapun.

Beberapa menit kemudian, lisa kembali duduk didepan jiyong

"Kau tidak percaya padaku?" tanya lisa dengan wajah sedih yang dibuat buat. Dan beberapa detik kemudian, jiyong dapat mendengar suara pintu terkunci dan lampu yang tiba tiba mati.

Jiyong akan berteriak namun lisa menutup mulut jiyong dengan tangannya

"Ssttt... diam dan dengarkan baik baik... 1 2 3!" Tepat di hitungan ketiga pintu studio jiyong di ketuk

"Ji! Aku tau kau didalam! Bukakan pintunya!" Jiyong dapat mendengar suara dara berteriak sambil menggedor pintu studionya dan menatap lisa dengan tatapan tidak percaya

"Sudah ku bilang kan dia akan kesini, kenapa tidak percaya padaku, ng... dan sebenarnya aku sering melihatmu bertengkar dengan sandara park, itu jadi hiburan tersendiri untukku, perlu kubuka pintunya?" lisa memamerkan senyumannya dan jiyong yang masih diam hanya menggeleng. Sandara terus berteriak dan menggedor pintu studio itu hingga akhirnya dia kesal dan pergi dari tempat itu.

"Jangan campuri urusanku dengan dara," ucap jiyong begitu lisa melepaskan mulutnya

"Aku hanya penonton, toh aku tidak bisa bilang pada siapapun apa saja yang pernah ku lihat disini, seperti malam panas sandara park dengan-" lisa menggantung kata katanya, membuat jiyong menatapnya dengan penuh dengan rasa penasaran dan marah sekaligus.

"Aku tidak mau dengar," ucap jiyong, namun wajahnya tidak menunjukan hal yang sama, ia ingin dengar apa yang lisa lihat

"Aku juga tidak mau memberitaumu, hehe... aku pergi dulu ya, kali ini pergi sungguhan, haruskah aku pergi lewat pintu sepertimu?"

"Lisa,"

"Mwo?"

"Apa yang kau lihat?"

"Katanya tidak ingin tau,"

"Beritau aku,"

Lisa tidak menjawabnya dan menghilang begitu saja, jiyong melupakan ketakutannya pada lisa dan sekarang kemarahan mendominasi hatinya. Bagaimana tidak marah ketika kekasihnya melakukan malam panas diruang latihan dengan pria lain? Jiyong tau kalau dia bukan satu satunya bagi gadis itu, dan seharusnya ia tidak percaya begitu saja pada lisa. Tapi dadanya tetap sesak, hatinya tetap terluka dan kemarahan tetap mendominasinya.

£££

{P} The Girl In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang