XV

2.3K 326 13
                                    

Sementara ditempat lain, diapartement jiyong ia tengah berharap mino cepat pergi dan ia bisa mencari lisa. Tapi mino tidak kunjung pergi

"Mino-ya, ayo antar aku kerumah gadis itu," ucap jiyong setelah berpura pura mendengarkan lagu mino, jiyong tidak dapat fokus pada lagu itu, yang ada dikepalanya hanya lisa yang sebelumnya menangis di punggungnya dan ingatannya tentang malam di club bersama lisa.

"Ne?"

"Antar aku kerumah lisa! Sekarang!" Bentak jiyong dan mino menurutinya. Mereka menaiki mobil mino dan pergi ke desa mino yang juga tempat tinggal lisa saat ia masih hidup. Perasaan jiyong sangat kalut, takut lisa pergi karena ia sudah tau alasannya meninggal, takut lisa pergi tanpa berpamitan padanya.

Hp jiyong bergetar di sakunya dan jiyong mengangkat telpon dari sajjangnim agensinya.

"Ji, kau dimana?" tanya sajjangnim begitu jiyong mengangkat telponnya

"Diperjalanan, kenapa?" Jiyong mengangkat telpon itu dengan sedikit malas karena ia rasa ia tidak bisa membicarakan soal pekerjaan sekarang, sementara mino menyetir disebelahnya yang hanya fokus pada jalan

"Ada yang ingin kubicarakan, bisa kita bertemu?"

"Aku harus ke suatu tempat sekarang, ada yang harus ku temui sekarang,"

"Tidak bisakah kau mampir ketempatku sebentar?"

"Hyung ku mohon, jangan hari ini, aku benar benar sedang terburu buru sekarang, aku akan kerumah mino dan menginap disana-"

"Kau akan pergi kerumah gadis yang kau gambar?" ucapan yang sajjangnim membuat jiyong terkejut "maafkan aku ji, aku benar benar harus mengatakan ini, aku tidak tau kalau gadis itu- lalice, sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, saat melahirkan anakmu," jiyong mendengar kata kata sajjangnimnya itu bagaikan baru saja mendapat sebuah peluru yang menembus dadanya.

"Aku tidak tau kalau saat itu dia hamil, aku mengeluarkannya dari agensi dan dia pergi begitu saja. Aku baru mencaritau tentangnya saat kemarin aku melihat gambar gadis itu di apartementmu. Aku benar benar tidak tau, maafkan aku ji... maafkan aku-" belum selesai yang sajjangnim bicara, jiyong sudah mematikan telpon itu dan meremas hpnya sendiri

"Apa ada yang terjadi hyung?" tanya mino yang diabaikan oleh jiyong.

Jiyong mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat pesta comebacknya. Malam itu ia terlalu mabuk hingga tidak menyadari siapa yang sudah ia tiduri. Selama ini ia berfikir kalau ia meniduri nana, kekasihnya, dan Yang sajjangnim tau kejadian itu lalu menyuruh nana untuk kembali ke jepang. Melalui managernya, jiyong terus memantau nana dan mengetahui kalau gadis itu tidak hamil atau semacamnya, gadis itu baik baik saja. Tapi setelah mendapat telpon dari yang hyunsuk barusan, jiyong menyadari kalau yang ia tiduri malam itu bukan nana, tapi lisa.

"Aku tidak tau kalau saat itu aku melakukan sebuah kesalahan besar-" ucap jiyong pada dirinya sendiri "aku telah menghancurkan hidupnya, aku terlalu mabuk sampai tidak dapat membedakan mereka berdua, aku menyakiti mereka berdua tapi lisa yang lebih terluka-"

"Hyung? Kau kenal lisa?"

"Aku- aku- aku yang menghamilinya,"

"Ne? Siapa?"

"Lisa- aku yang membuatnya menderita aku yang melukainya dan aku yang membunuhnya-"

Mino sangat terkejut mendengar jiyong hingga ia hampir saja menabrakan mobilnya ke pembatas jalan.

£££

"Eomma, kau akan pergi sekarang? Aku sudah tidak bisa melihat kakimu," ucap seorang gadis dengan suara serak karena menahan tangis di halaman rumah itu

"Lalisa, saat nanti ada pria bertattoo hati dilengannya datang, katakan padanya kalau kau anaknya, dia adalah hadiah dariku" ucap lisa yang juga menahan tangisnya

"Aku punya seorang appa? Nenek bilang appaku sudah menjadi bintang di langit,"

"Appamu memang seorang bintang sayang, berkenalanlah dengannya dan minta dia untuk merawatmu hm?"

"Apa aku boleh meminta itu eomma?"

"Tentu saja, dia akan merawatmu dengan sangat baik dan membuatkanmu kimbab kapanpun kau mau,"

"Jinjja??"

"Hm... dia akan datang setelah kau bangun, tidurlah,"

"Ne," lisa mengelus rambut gadis yang mulai terlelap dipangkuannya.

Lisa mendengar suara mobil berhenti didepan rumahnya, dan melihat jiyong melangkahkan kakinya kedalam rumah, melihat sebuah meja persembahan disana lalu memeluk lisa yang tiba tiba muncul dihadapannya

"Maafkan aku..." bisik jiyong "aku tidak tau kalau kau- maafkan aku, aku tidak bisa mengatakan apapun selain meminta ampunanmu, maafkan aku karena merusak hidupmu, maaf-" isak jiyong sambil memeluk lisa yang tidak dapat dilihat siapapun, bahkan mino sedikit terkejut saat itu tapi tidak dapat mengatakan apapun

"Aku memaafkanmu, tapi bisakah kau menjaga-"

"Aku akan menjaga anakku, jangan khawatir, aku akan merawatnya hingga ia tumbuh menjadi gadis cantik sepertimu,"

"Bahkan kalau kau menikah dengan wanita lain-"

"Aku tidak akan melakukannya, aku tidak akan menyakitinya, aku tidak akan melukainya, aku akan menebus semua dosaku dengan merawatnya,"

"Lisa, urusanmu sudah selesai, sudah saatnya," sebuah suara yang hanya bisa lisa dengar mengalun ditelinganya. Perlahan lisa melepaskan pelukannya dari jiyong, mencium bibir pria itu dan mengapus air mata di pipi pria didepannya

"Aku menitipkannya padamu sampai ketika saatnya nanti dia akan menyusulku," ucap lisa sambil tersenyum.

"Tidak bisa kah kau tidak pergi?" Tanya jiyong dan lisa hanya menggeleng "aku akan menyusulmu setelah anak kita tumbuh dewasa, tunggu aku dan jangan berkencan dengan siapapun disana,"

Lisa tersenyum mendengar jiyong, jiyong pun membalas senyumannya hingga perlahan lahan lisa mulai transparant dan tidak dapat terlihat lagi.

Seorang gadis kecil yang sangat mirip dengan lisa dan suara tenang seperti jiyong muncul dari pintu samping

"Eomma sudah pergi?" tanyanya membuat jiyong buru buru menghapus air matanya dan menghampiri gadis kecil itu

"Apa kau appa yang dikirim eomma untuk jadi hadiahku?" Tanya gadis kecil itu begitu melihat jiyong dan jiyong mengangguk

"Maaf karena aku tidak pernah menemanimu selama ini," ucap jiyong berusaha terlihat tegar

"Appa- boleh aku memanggilmu begitu?"

"Tentu saja, seorang putri harus memanggil ayahnya dengan panggilan appa,"

"Appa... aku sangat senang karena eomma menepati janjinya untuk mengirimkanmu sebagai hadiahku," ucap gadis itu sambil memeluk jiyong

"Kau dan eommamu adalah hadiah terindah yang pernah ku dapatkan walaupun aku tidak bisa menjaga eommamu agar tetap disisiku, tapi bisakah kau tetap disisiku?"

"Eomma bilang aku harus memintamu untuk merawatku,"

"Tentu saja aku akan merawatmu,"

£££
TAMAT

{P} The Girl In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang