Epilog
Jiyong merawat lalisa. Mengenalkannya pada orangtua dan keluarganya. Awalnya mereka terkejut, sangat terkejut hingga ibu jiyong pingsan. Namun, pada akhirnya mereka tetap mendukung keputusan anaknya. Seperti keluarga lainnya, jiyong mendaftarkan anak itu di kartu keluarganya, Lalisa Kwon.
Lalisa cantik seperti ibunya, tapi ia sangat tenang, setenang ayahnya dan sekeras kepala ayahnya. Awalnya hubungan lalisa dengan ayahnya, jiyong sedikit canggung, tapi setelah beberapa hari tinggal bersama, mereka dapat hidup dengan tenang seperti keluarga lainnya.
Jiyong menyekolahkannya disekolah favorite, mendisainkan kamar gadis itu dengan barang barang mewah yang berkualitas. Jiyong membelikannya pakaian, sepatu, tas, mainan dan semua yang diinginkan anak gadisnya itu.
"Appa, aku takut pergi kesekolah," ucap lalisa ketika jiyong-- yang masih sangat mengantuk terpaksa bangun dan menyiapkan sarapan untuk anak gadisnya yang akan memulai hari pertamanya disekolah
"Hm? Kenapa?" Jawab jiyong yang masih sangat mengantuk setelah semalaman sibuk di studionya, menyelesaikan pekerjaannya
"Bagaimana kalau mereka bertanya siapa orangtuaku?"
"Katakan kalau appamu adalah G Dragon, apa susahnya?"
"Ish... bicara memang mudah appa, tapi bagaimana kalau mereka tidak percaya?"
"Ajak saja mereka kesini, aku akan disini seharian,"
"Boleh aku mengundang temanku kesini?"
"Tentu saja, aku akan menyambut mereka kalau mereka datang,"
"Ah anniyo, aku tidak mau mereka melihatmu seperti sekarang, aku malu menunjukanmu pada mereka"
"Huh? Apa maksudmu kau malu- ya! Lalisa kwon! Siapa yang mengajarimu-"
"Aku malu kalau mereka harus melihat appa yang hanya memakai celana pendek! Dan bisakah kita tidak makan sereal setiap pagi? Aku tidak-" lisa menyela kata kata ayahnya dan ayahnya pun tidak mau kalah
"Apa kau mau tinggal di pension bersama dengan kakek dan nenekmu saja? Atau kau mau tinggal dengan bibimu? Mereka akan memberimu nasi setiap pagi," ancam jiyong, membuat putrinya tesenyum, senyum yang sama seperti milik lisa, senyum yang selalu membuat jiyong bahagia
"Ehehe... anniyo, aku akan makan apapun yang appa siapkan asal aku bisa tinggal dengan appa," gadis kecil itu turun dari kursinya menghampiri jiyong yang masih berdiri setelah menuangkan susu dimangkuk anaknya, gadis yang baru setinggi perut jiyong itu memeluknya sambil tersenyum memamerkan gigi giginya
"Aigoo... kenapa kau sangat menggemaskan?" Jiyong menarik gadis itu naik ke gendongannya dan gadis itu menjerit
"Ya!! Appa!! Aku sudah besar! Turunkan akuuu!!!"
"Eoh? Kau baru berumur 9 tahun, dan kenapa kau sangat ringan? Kau harus makan lebih banyak," jiyong menurunkan putrinya dan membiarkan gadis kecilnya itu memakan serealnya
"Eomma dan appa saja sangat kurus, berharap aku akan sebesar apa huh? Guruku bilang, aku mewarisi gen dari orangtuaku, jadi kalau orangtuaku kurus, aku juga akan tetap kurus sebanyak apapun makanku,"
"Wahh... kau sudah bisa jadi profesor sayang," ledek jiyong masih sambil menonton lalisa memakan sarapannya
"Appa, kau akan mengantarku kesekolah hari ini?"
"Sekolahmu sangat dekat dari sini, haruskah kuantar?"
"Bagaimana kalau aku tersesat?"
"Arraseo, aku akan mengantarmu, kau tidak minta dijemput sekalian?"
"Hehe... appa sangat pengertian, ne, aku akan menunggu appa menjemputku nanti, ah apa appa akan seharian dirumah?"
"Anniyo, kenapa? Appa akan bekerja,"
"Boleh aku ikut?"
"Kau kan sekolah,"
"Setelah pulang sekolah... aku ingin ikut ke agensimu, mino oppa berjanji akan mengajariku bermain gitar,"
"Kenapa harus belajar dari mino? Appa bisa mengajarimu, dan mino bukan oppa sayang, panggil dia ajhussi"
"Tapi mino oppa memintaku tidak memanggilnya begitu, mino oppa bilang dia akan mengajariku main gitar kalau aku memanggilnya oppa,"
"Ya! Lalisa! Kau tidak sedang menyukai mino kan? Ya! Kau masih kecil kenapa menyukai ajhussi sepertinya? Apa temanmu tidak ada yang tampan?"
"Huh... apa eomma benar benar pernah berkencan dengan appa? Kenapa eomma mau berkencan dengan appa? Appa sangat berisik," keluh lalisa, membuat jiyong tersenyum, ia seperti melihat dirinya sendiri di diri gadis kecil itu
"Percayalah eommamu jauh lebih berisik," balas jiyong, membayangkan bagaimana kalau mereka bertiga menjadi keluarga sebenarnya. Membayangkan kalau lisa disana, ikut sarapan bersama mereka.
£££
KAMU SEDANG MEMBACA
{P} The Girl In Black
Fanfiction[END] Gadis itu cantik, tapi tidak terlihat. Aku mencintaimu, tapi kia tidak akan pernah bisa bersama, kenapa begitu tidak adil?