Sudah gampir seminggu Prilly sama sekali tak menggubris keluarganya, sedangkan dengan kedua sahabatnya sedikit renggang.Tammy tak pernah lagi bertegur sapa dengannya. Namun, itu tak masalah bagi Prilly karena ia tahu bahwa kedua sahabatnya ingin berkumpul seperti dulu lagi. Prilly sudah berencana ia akan menyelesaikan masalah di keluarganya terlebih dahulu setelah itu ia akan menyelesaikan masalah persahabatannya.
Hari ini— tepatnya siang ini, pada saat pulang sekolah Prilly kembali ke rumah Ali walaupun Ali tak mengundangnya datang. Ia ingin menjenguk Ibu Ali—Ratih— yang sakit. Terlihat pintu rumahnya tertutup rapat, tadi Ali tak sekolah karena menjaga Ibunya. Prilly mengetuk pintu rumah Ali, cukup beberapa kali saja ia mengetuknya sang empu rumah keluar dan memperlihatkan Ali.
"Prilly?!"
Prilly tersenyum hangat.
"hai...."
"aku kira tadi siapa."
"tadi pas di sekolah gue dengar lo kirim surat izin jagain nyokap lo yang lagi sakit makanya gue kemari mau jenguk." Ujar Prilly. "ah iya, ini ada buah-buahan buat buat nyokap lo." Prilly memberikan sekantong buah-buahan yang sempat ia beli tadi di toko buah saat perjalanan ke rumah Ali.
"eh, ayo masuk!" Prilly mengangguk mengikuti Ali dari belakang.
Siang ini rumah Ali terlihat sepi tak seperti hari-hari biasanya. Ali mengajaknya masuk ke kamar Ibunya. Di kamar Ibunya Prilly melihat dua orang wanita paruh baya yang sedang duduk di samping kiri dn kanan Ibu Ali. Prilly tersenyum, bagaimana pun juga mereka itu adalah orang tua yang harus dihormati.
"Bibi, ini teman Ali namanu
Ya Prilly." Ucap Ali memperkenalkan Prilly."oh, ini toh, teman kamu yang sering main ke rumah." Prilly tersenyum kikuk.
Ia mencium punggung tangan kedua wanita itu.
"saya Prilly tante, temannya Ali." Calon pacarnya juga hehe..., lanjut Prilly membatin.
Ali memberikan kursi pada Prilly untuknya duduk.
"gimana keadaan nyokap lo, Li?" tanya Prilly sekedar basa-basi.
"udah mendingan." Prilly manggut-manggut mengerti. Ia bingung mengobrol dengan Ali karena ada kedua tante Ali.
Melihat Prilly yang sedari tadi tak banyak bicara, Ali pun langsung mengerti mengapa Prilly tiba-tiba tak banyak mengeluarkan suara dikarenakan kedua tantenya. Ali menarik Prilly keluar kamar Ibunya dan membawa Prilly di teras. Tempat yang lebih tepat untuk mengobrol bersama Prilly.
Sesampainya di teras mereka masing-masing diam, tak mengeluarkan suara. Prilly memperhatikan beberapa orang yang lewat dengan mengendarai motor.
"lo beneran gak bisa bawa motor Li?" tanya Prilly tiba-tiba.
Ali mengangguk, "iya, Om Amar dulu ajarin aku tapi aku gak berani, takut jatuh."
"gimana kalau lo gue ajarin aja bawa motornya?"
"walaupun kamu ajar aku bawa motor, emang aku pakai motor siapa? Nyuri?"
"ya enggak Li, setiap harinya gue jemput lo ke sekolah terus pulang sekolah gue ajarin lo bawa motor sampai bisa."
"ya udah deh, aku mau," putus Ali, "eh, tapi lucu juga ya, kok cewek yang jemput cowok sebenarnya kan cowok yang jemput cewek."
Prilly terkekeh kecil, "emang ada yang larang cewek jemput cowok? Gak ada kan?"
***
Prilly membunyikan klakson motor ketika sampai di depan rumah Ali, tak lama Ali muncul dari balik pintu. Sedikit berlari hingga ia sampai di hadapan Prilly.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cupu Pujaan Hati
FanfictionCinta tak memandang fisik dan sosial. Begitu juga dengan Prilly, gadis yang banyak ditakuti oleh orang-orang di sekolah mereka, mencintai seorang pria cupu multitalen. Namun karena rasa gengsinya ,membuat Prilly terpaksa harus membully Ali dengan al...