Seminggu ini Prilly lagi-lagi tak masuk sekolah karena demamnya semakin parah saja. Membuat Ali merasa kesepian karena tak ada Prilly di sampingnya yang biasa duduk di bangkunya. Pulang sekolah ini Ali berniat akan menjenguk Prilly tapi sebelum ia pergi menjenguk Prilly, Ali terlebih dahulu pulang ke rumahnya untuk mengganti bajunya.
Saat ini Ali telah berada di perjalanan menuju rumah Prilly dengan menggunakan motor yang baru saja dibelikan omnya untuknya dari uang hasil usaha ayahnya yang dikelola oleh omnya. Ia bersyukur jalanan Jakarta sore ini tak terlalu macet jadi bisa memudahkannya untuk cepat sampai di rumah Prilly. Sesampainya di rumah Prilly, Ali memarkirkan motornya di depan pintu gerbang rumah Prilly, dilihatnya seorang anak kecil laki-laki sedang berjalan ke arahnya —dengan wajah datar— dan membuka pintu gerbang untuknya yang Ali ketahui itu adalah Abi, anaknya Afif—kakak Prilla dan Prilly.
"Bang Ali cari Kak Prilla ya?" tanya Abi.
Ali tersenyum, melepas helmnya lalu berkata, "nggak, mau jenguk Prilly."
"mau jenguk Mbak Prilly, motornya bawa masuk Bang takut nanti ada yang ambil."
Ali membawa masuk motornya dan memarkirkan di pekarangan rumah Prilly yang luas itu.
Setelahnya, Ali mengikuti Abi yang mengajaknya masuk ke dalam rumah, namun sebelum ia mengikuti Abi, Ali mengambil kantong plastik yang berisikan jeruk dan apel segar yang ia beli tadi di supermarket. Di dalam rumah— di ruang tamu Ali bertemu dengan Nadya."eh, Ali." Ali tersenyum manis ke arah Nadya. "mau ketemu sama Prilla Prilly ya?" Imbuh Nadya bertanya.
"mau jenguk Prilly Tante." sahut Ali.
"oh ya udah, kalau mau jenguk Prilly langsung ke kamarnya." Nadya mengantar Ali menuju kamar Prilly.
Nadya mengetuk pintu kamar Prilly namun tak ada sahutan dari dalam, diketaknnya kenop pintu kamar Prilly yang ternyata tak dikunci oleh Prilly. Ia masuk ke dalam, melihat ke arah balkon yang pintunya terbuka bertanda bahwa Prilly berada di balkon kamarnya. Sementara Ali, ia menunggu di depan pintu kamar Prilly. Tak lama Nadya kembali, ia menyuruh Ali masuk dan langsung saja ke balkon kamarnya.
"masuk aja, pintu kamarnya jangan di tutup, Prilly ada di balkon." Ali mengangguk, ia paham maksud Nadya menyuruhnya jangan menutup pintu dikarenakan nantinya hanya ada ia dan Prilly di dalam.
Ali pun masuk ke dalam kamar Prilly tanpa menutup pintu kamar Prilly dan menghampiri Prilly yang sedang duduk di kursi. Ali dapat melihat Prilly menatap lurus ke depan dengan tatapan kosongnya, menurutnya, sepertinya Prilly belum menyadari keberadaannya.
"Prilly?" panggil Ali
Prilly sempat tersentak kaget mendengar suara Ali, namun segera menghilangkan rasa terkejutnya itu dengan bertanya pada Ali dengan nada datarnya."mau apa?"
"jenguk kamu," jawab Ali.
"gak perlu gue gak butuh lo datang jenguk gue." Balas Prilly.
Hening. Tak ada di antara mereka berdua yang mengeluarkan suara, Prilly lebih memilih diam daripada rasa sakit hatinya akan bertambah sedangkan Ali, ia diam karena sedang menyusun kata yang ia gunakan untuk meminta maaf pada Prilly.
"Prilly maaf." Tiba-tiba saja hanya dua kata itulah yang keluar dari mulut Ali padahal ia sudah menyusun kata yang cocok yang ia gunakan untuk meminta maaf pada Prilly.
"gak papa, bukan salah lo juga, gue nya aja yang baperan sama lo sampai gue percaya diri banget kalau lo cinta sama gue." Prilly bangkit dari duduknya berjalan ke pembatas balkon.
"tapi aku ngerasa bersalah banget sama kamu." Ujar Ali.
"lo ngerasa bersalah sama gue?."
"iya, aku akan ngelakuin apa aja buat kamu biar aku tidak rasa bersalah lagi sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cupu Pujaan Hati
FanfictionCinta tak memandang fisik dan sosial. Begitu juga dengan Prilly, gadis yang banyak ditakuti oleh orang-orang di sekolah mereka, mencintai seorang pria cupu multitalen. Namun karena rasa gengsinya ,membuat Prilly terpaksa harus membully Ali dengan al...