Tammy tak bisa berkata apa-apa ketika mendengar kabar kalau adik semata wayangnya kembali masuk rumah sakit. Air matanya sudah tak bisa ia bendung, kini cairan bening itu mengalir mulus di pipinya.
Ara, adik satu-satunya, seorang anak sejak lahir tak dianggap ada oleh kedua orang tuanya akibat Ara memiliki kelainan jantung sejak lahir dan Tammy memutuskan untuk merawat Ara bersama dengan pembantu rumah tangga.
Mami dan Papinya di Amerika dan sudah hampir lima tahun mereka meninggalkan Tammy dan Ara di Indonesia bersama pembantu rumah tangga yang sudah mengabdi sejak Tammy belum lahir.
Untuk biaya, Tammy mengandalkan kemampuannya yang bisa bernyanyi itu. Ia menjadi penyanyi kafe-kafe dan juga uang kiriman orang tuanya untuknya. Walaupun Papi dan Maminya tak menganggap Ara namun mereka masih mengirimkan uang untuk kebutuhan mereka di Indonesia per bulan.
Tak peduli dengan sekolahnya hari ini, Tammy pun pergi ke rumah sakit tempat adiknya dilarika. Yang terpenting sekarang adalah Ara, adik semata wayangnya. Tammy melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata dipikirannya sekarang hanyalah segera sampai di rumah sakit dan melihat kondisi Ara. Rasanya lama sekali, andai saja ia memiliki kantong ajaib Doraemon, ia ingin mengeluarkan pintu kemana saja agar ia cepat sampai di rumah sakit. Tapi itu tidak mungkin, mustahil.
Tammy menghembuskan napasnya lega ketika ia sampai di parkiran rumah sakit, tak ingin berlama-lama ia segara masuk ke dalam rumah sakit, bertanya kepada resepsionis keberadaan ruangan adiknya.
"Ruangan atas nama Fatmawati Zahra ada di ruang Rajawali kelas satu."
"iya, makasih ya Suster...."
"iya sama-sama Mbak,"
Setelahnya, Tammy bergegas ke ruangan yang tadi disebut. Sesampainya ia menemukan Bi Minah selaku pembantu rumah tangga di rumahnya.
"Bi." Panggil Tammy.
"Alhamdulillah, Non Tammy udah datang." Seru Bi Minah.
"Ara gimana Bi?,"
"Non Ara kambuh lagi Non. Tapi tadi udah di periksa sama dokter kata dokter Non Ara terlalu kecapekan makanya kambuh lagi." Jelas Bi Minah.
Tammy mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya, "Tammy tadi udah takut banget Bi, nanti kalau Ara keluar dari rumah sakit Bibi jangan biarin Ara terllu capek ya Bi?"
"iya Non," sahut Bi Minah.
***
Pengumuman ruang ujian beserta namanya telah tertempel di mading sekolah, Prilly menatap malas pada kertas yang tertuliskan ruang 11 dan jejeran nama-nama yang salah satunya ada namanya di sana. Sebenarnya Prilly menerima ia di ruangan mana saja, asal tidak dengan satu orang yang selama ini ia hindari yaitu Ali. Dengan jelas nama Ali terpampang di kertas itu.
Dan ada satu nama juga yang selama ini selalu memenuhi pikirannya yaitu Tammy. Apakah nanti Tammy tidak apa-apa jika mereka satu ruangan? Bagaimana kalau Tammy marah?.
Tak ingin berlama-lama melihat nama-nama yang satu ruangan dengannya, Prilly berlalu menjauh. Ia mencari keberadaan Tammy yang sejak kemarin tak ia lihat.
Apa Tammy gak masuk lagi?, batin Prilly.
Prilly terus mencari keberadaan Tammy, sampai seorang gadis yang sekelas dengan Tammy lewat tepat di hadapannya. Ia menghentikan gadis itu dan bertanya padanya tentang keberadaan Tammy.
"eh, tunggu dulu!" seru Prilly.
"apa?" tanya gadis yang Prilly ketahui namanya Lina itu.
"Tammy masuk gak?," tanya balik Prilly tanpa berbasa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Cupu Pujaan Hati
FanfictionCinta tak memandang fisik dan sosial. Begitu juga dengan Prilly, gadis yang banyak ditakuti oleh orang-orang di sekolah mereka, mencintai seorang pria cupu multitalen. Namun karena rasa gengsinya ,membuat Prilly terpaksa harus membully Ali dengan al...