Part 12

1.1K 51 0
                                        

Prilla tiba-tiba teringat dengan perkataan Tammy, saat mereka melihat Ali dan Prilly duduk berdua dengan Prilly yang menemani Ali membaca buku.

"gak perlu dikasih tahu gue juga tahu kali, liat aja dari gerak-gerik Prilly. Coba lo periksa diary Prilly, soalnya gue pernah baca sekilas diarynya saat Prilly nulis diary di kelasnya."

Perkataan Tammy yang itu lah yanh mampu membuatnya terus kepikiran yaitu, memeriksa diary Prilly. Apa ia harus nekat masuk ke dalam kamar Prilly tanpa izin dan mengambil diary Prilly? Dan perkataan Tammy waktu itu benar-benar membuatnya penasaran, Tammy mengatakan bahwa ia pernah membaca sekila diary Prilly, berarti selama ini dugaannya benar bahwa Prilly mencintai Ali.

Tapi apa iya Prilly cinta pada Ali, sedangkan setiap kalinya ditanya olehnya Prilly selalu mengelak dengan menjawab 'tidak suka pada Ali' namun Prilla sangsi pada pernyataan Prilly. Siapa yang harus ia percaya? Tammy atau Prilly yang notabenenya adalah saudara kembarnya sendiri?. Di sisi lain juga, Prilla dapat merasakan apa yang Prilly rasakan dan itu tambah membuatnya menjadi bimbang mengambil kesimpulan, Prilly mencintai Ali atau tidak. Tak ingin penasaran dengan perasaan Prilly pada Ali, ia memilih masuk ke dalam kamar Prilly dan mencari buku diary miliki Prilly.

"semoga aja Prilly gak ada, dan gak ada yang tahu kalau gue masuk ke kamar Prilly." Gumamnya.

Prilla berjalan keluar kamar dan memasuki kamar Prilly yang terlihat sngat rapi dibanding kamarnya yang berantakan, buku-buku tersusu dengan rapi di atas meja belajar, pemasangan seprei pada kasurnya juga rapi beda dengan kamarnya yang berantakan. Buku berhamburan di atas meja belajar bahkan di ranjangnya pun juga berantakan. Tapi Prilla tak ambil pusing, ia segera melangkah ke meja belajar Prillu mencari buku diary Prilly yang kata Tammy di dalamnya ada tulisan Prilly yang menyatakan bahwa ia mencintai Ali walau Tammy hanya membacanya sekilas.
Buku-buku Prilly yang tadinya tersusun rapi kini tak serapi tadi, Prilla masih terus mencari buku diary Prilly sampai matanya tertuju pada buku dengan sampul berwarna biru tua dan bertuliskan My Story.
Dan Prilla juga yakin bahwa buku itu adalah diary Prilly yang ia cari-cari. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum kemenangan. Prilla beranjak pergi meninggalkan kamar Prilly sebelum nanti ada orang rumah tahu.

***

Tepat dua bulan sudah, Ali tak berpenampilan cupu lagi. Kini ia berpenampilan layaknya remaja pria biasanya. Sore ini, Ali memiliki janji pada Prilla untuk bertemu di taman tak jauh dari kompleks rumah Prilla dan Prilly. Dan sorw ini juga menurut Ali adalah waktu yang tepat untuk menyatakan semuanya, menyatakan perasaannya pada Prilla dan semoga saja Prilla juga memiliki perasaan yang sama padanya. Doa itu lah yang selalu Ali panjatkan.

Tak butuh waktu lama, Ali pun telah sampai di taman tersebut, ia mencari bangku untuknya pakai duduk sembari menunggu Prilla. Baru beberapa menit ia duduk Prilla datang dan tersenyum manis padanya.

"udah lama ya Li?" tanya Prilla.

"baru kok, baru aja aku duduk di sini." Jawab Ali.

Prilla terkekeh, "aku kira kamu udah lama nunggu," balas Prilla.

"enggak."

Tiba-tiba suasana di antara mereka berdua menjadi hening setelah Ali menyahuti perkataan Prilla. Prilla diam karena tak tahu memulai topik obrolan mereka dari mana, sedangkan Ali diam karena dalam hati ia merangkai kata-kata yang sekiranya cocok untuknya menyatakan perasaannya pada Prilla. Cukup lama mereka hening, hingga seuara dehaman Prilla membuat Ali kini membuka suaranya.

"aku mau ngomong sama kamu." Ucap Ali.

Prilla tersenyum tipis, "mau ngomong apa?"

"aku... cinta sama kamu."

Si Cupu Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang