Part 4

1.4K 73 7
                                    

"Ali...." Panggil Prilla.

Mendengar namanya dipanggil, Ali pun menoleh dan mendapatkan Prilla berlari kecil menghampirinya, Prilla memelankan laju larinya ketika ia hampir mendekati Ali. Kedua sudut bibir Prilla terus terangkat memperlihatkan senyum manisnya pada Ali, ia dan menghentikan langkahnya tepat di hadapan Ali.

"kenapa?" tanya Ali ketika Prilla sudah berada di hadapannya.

"enggak... cuma mau ajak kamu bareng sama aku." Kata Prilla masih teris mengembangkan senyum manisnya.

"oh, aku kira tadi apa." Ali terkekeh kecil.

Kemudian mereka berdua berjalan bersama di koridor sekolah yang nampak ramai itu. Mereka tertawa bersama tak peduli tatapan bingung dari orang-orang di sekitar mereka, hingga lima orang pria menghampiri mereka berdua.

"oh jadi ini cupu yang sering dibully sama Prilly, cupu yang emang dekat sama saudara kembar Prilly." Ucap Raka tiba-tiba saat ia sudah berada di hadapan Ali dan Prilla. Ia menatap Ali dari atas sampai bawah dengan tatapan tak sukanya, "La, lo kok mau sih dekat-dekat sama dia?" sambung Raka bertanya.

"bukan urusan lo!" ketus Prilla.

"semenjak lo kenal sama dia, lo jadi jutek gini sama gue." Prilla memutar bola matanya jengah.

Ia menarik tangan Ali menjauh dari Raka dan teman-temannya, dan membawa Ali pergi ke taman sekolah. Jika mereka berlama-lama di hadapan Raka bisa-bisa Ali akan mereka bully habis-habisan.

"kamu kenapa sih, Li? Mereka itu udah bully kamu tapi kamu cuma diam aja gak balas perbuatan mereka, terlebih lagi Prilly yang sering banget bully kamu." Prilla mengomel tak jelas saat mereka berdua sampai di taman sekolah.

"harusnya kalau kayak gitu kamu itu balas, lawan mereka Li. jangan cuma diam aja!" lanjut Prilla.

Ali menggeleng, "aku gak mau balas, biarin aja nanti mereka capek sendiri."

"tapi semakin lo diam maka mereka itu semakin menjadi-jadi," sanggah Prilla.

"gak papa Prilla,"
Prilla mendesah kecewa ketika mendengar sahutan Ali, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Ali.

"terserah kamu aja deh," ucap Prilla pasrah.
Mereka sama-sama diam tak membuka suara. Ali lebih memilih membaca novel terbaru yang ia beli dengan uang jajan yang ia kumpulkan. Sedangkan Prilla, ia hanya diam saja menatap Ali yang sedang membaca novel.

***

Prilly mendengus sebal. Jam istirahat berbunyi sudah sangat lama dan guru yang berada di depan kelas sama sekali tak berhenti menjelaskan materinya. Di dalam kelasnya pun semuanya menatap kesal pada Pak Hasan. Prilly melirik ke samping, sedari tadi Ali sama sekali tak bosan bahkan Prilly dapat melihat dari wajahnya bahwa Ali sangat bersemangat. Ia menghembuskan nafasnya panjang, sampai kapan ini berakhir?.

Prilly mengacak-acak rambutnya membuat ia menjadi pusat perhatian Pak Hasan.

"Prilly, kamu kenapa?." Tanya Pak Hasan.

"lapar Pak," sahut Prilly spontan.

"apa kamu bilang?, lapar?." Prilly menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"bisa-bisanya kamu bilang lapar pada saat jam pelajaran saya, lebih baik kamu keluar saja dan tidak usah masuk ke pelajaran saya sampai seterusnya." Kata Pak Hasan.

"emang udah mau keluar Pak, lagipula jam istirahat sudah bunyi sekitar sepuluh menit yang lalu." Jawab Prilly santai. Memang dari sekian banyak orang yang berada di kelas, cuma Prilly lah satu-satunya yang berani membantah setiap perkataan Pak Hasan. Apalagi Pak Hasan adalah guru killer namun pikun.

Si Cupu Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang