Part 8

1.2K 54 0
                                    

Prilly menarik napas dalam-dalam kemudian ia menghembuskan secara perlahan. Ia menghapus air matanya yang pernah berhenti keluar bahkan matanya pun sudah sembap akibat menangis terlalu lama. Di hadapannya sekarang pintu utama rumah Raka, ia sangsi apakah mengetuk pintu itu atau tidak. Ini sudah malam, setelah berputar-putar entah ke mana di jalanan malam Jakarta, Prilly memutuskan ke rumah Raka. Ia lebih memilih kabur dari rumah daripada harus mendengar pengakuan keluarganya yang tambah membuat kepalanya sakit.

Saat akan mengetuk pintu, tiba-tiba pintu rumah Raka terbuka menampakkan seorang gadis berumur dua tahun lebih tua dari Prilly, mata gadis itu membulat saat melihat Prilly ada di hadapannya. Gadis itu bernama Nisa, kakak dari Raka.

"Prilly?! Kamu ngapain? Kenapa gak ngetuk pintu?." Tanya Nisa beruntun.

"Kak," lirih Prilly lalu ia memeluk Nisa erat sambil terisak pelan.

"kamu kenapa?," raut wajah Nisa terlihat sangat khawatir ketika Prilly mata sembap Prilly, "kita masuk dulu gak baik ngomong di luar." Prilly mengangguk.

Nisa menuntun Prilly masuk ke dalam rumah dan membawanya duduk di sofa ruang keluarga. Ia meneriaki nama Raka berkali-kali, sehingga membuat si empu nama menggerutu tak jelas sangat terdengar jelas oleh indera pendengaran Prilly karena suaranya yang dikeraskan.

"apaan Kak?" gerutu Raka ketika sudah berada di ujung anak tangga rumahnya, "eh, ada Prilly, udah lama Prill?"
Prilly tersenyum, "baru kok."

Menyadari mata Prilly sembap, Raka mendekati Prilly, ia menangkup pipi Prilly dan memperhatikan mata Prilly dengan saksama.

"siapa yang buat lo kayak gini?." Tanya Raka tiba-tiba masih menangkup pipi Prilly.

Prilly menggeleng, namun air matanya kembali keluar. Tak kuasa melihat Prilly menangis, Raka pun menarik Prilly ke dalam dekapannya. Ia sama sekali tak mengerti kenapa Prilly tiba-tiba datang ke rumahnya dengan keadaan mata sembap. Rasanya sungguh sakit melihat orang yang kita cinta mengeluarkan air mata.

"mereka, mereka Raka. Gara-gara mereka gue kayak orang bodoh yang gak tahu apa-apa."

"gue gak tahu maksud lo apa." Ujar Raka.

"keluarga gue sembunyiin rahasia bertahun-tahun sama gue, dan salah satu orang yang ada di masa lalu itu gue." Isak Prilly di dekapan Raka.

Sebenarnya masa lalu itu harua dijadikan pelajaraan, walaupun memperbaikinya tidak harus dengan orang yang sama di masa lalu.

***

Prilla berjalan gontai di koridor sekolah yang nampak sepi, ia terpaksa datang pagi-pagi sekali agar tak melihat mata sembap Mamanya karena semalaman menangisi Prilly yang kabur dari rumah entah ke mana. Lagi pula ia juga akan menunggu Prilly.
semoga Prilly sekolah, Prilla membatin.

Semalaman ia kepikiran pada Prilly. Prilly tidur di mana? Apakah Prilly tidak kedinginan?. Matanya pun juga sembap akibat menangis, dan suasana di rumahnya jadi hening. Papa? bahkan Papanya pun juga ikut menangis semalam. Entahlah, Prilla tak tahu Papanya menangis untuk apa.

Prilla mengambil ponselnya di saku baju seragam sekolahnya, ia mengetik sesuatu lalu menempelkan benda pipih itu di telinganya. Tujuannya adalah menelpon Prilly, sejak tadi malam ponsel Prilly tak aktif.

Lagi. Hanya terdengar suara operator yang menyatakan bahwa nomor Prilly sama sekali tak aktif.
Ia menghentikan langkahnya di depan kelasnya. Masih kosong, belum ada orang. Prilla menyimpan tasnya di bangkunya biasa duduk, kemudian ia berjalan keluar kelas. Tujuannya adalah ke parkiran sekolah menunggu Prilly.

Di parkiran pun masih nampak sepi, hanya ada empat motor di sana. Tiba-tiba matanya menangkap sosok Raka yang masuk ke pintu gerbang. Apa ia beritahu Raka saja kalau Prilly pergi dari rumah?, Prilla bersiap melangkah mendekati Raka yang masih sibuk melepas helmnya.

Si Cupu Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang