Part 2

1.5K 86 0
                                    

Sudah beberapa hari ini, Prilly beserta kedua sahabat karibnya membully Ali. Hanya satu alasan Prilly membully Ali yaitu ingin melihat wajah Ali dari dekat. Dan beberapa hari ini setiap Prilly membully Ali, Prilla—saudara kembarnya— selalu datang membantu Ali ataupun memarahi Prilly, dan itu sukses membuat Prilly menggeram kesal. Prilla selalu saja datang mengganggunya, menghentikan aksinya yang akan membully Ali.

Saat ini Prilly sedang berada di belakang sekolah bersama kedua sahabatnya dan tak lupa juga dengan Ali yang akan ia bully kali ini.

"kayaknya di sini tempat yang bagus buat gue untuk ngebully elo, sepi, gak ada siapa-siapa dan yang pastinya gak ada Prilla yang akan nolongin lo" ucap Prilly.

Ali menunduk takut tak berani mendongak menatap wajah Prilly. Dalam hatinya Prilly mengumpat, kenapa Ali selalu takut padanya? Kenapa Ali tak pernah mau menatapnya?, Ali selalu menunduk takut jika berhadapan dengannya lain halnya dengan Prilla. Setiap kali berhadapan dengan Prilla, Ali selalu mengangkat wajahnya wajahnyaematap saudara kembar Prilly dengan kagum dan mata yang berbinar.

Sesungguhnya Prilly cemburu, namun gengsinya lebih besar. Bahkan ia bertekad tak akan memberitahu ke siapapun bahwa ia mencintai Ali.

"lo kenapa diam aja? Gak berani?" tanya Tammy terkesan mengejek Ali. Memang, sejak mereka masuk SMA Taruna Negara, Tammy tak pernah suka dengan Ali apalagi penampilan Ali yang cupu itu membuatnya merasa jijik berdekatan dengan Ali.

"udah lah Tammy... dia kan emang gak pernah berani sama kita." Celetuk Caca.

Sebenarnya Prilly merasa iba pada Ali. Ia kasihan melihat Ali yang selalu diejek-ejek oleh kedua sahabatnya, coba saja kalau ia tak menyeret Ali secara paksa tepat di depan kedua sahabatnya pastinya Ali tak akan diejek seperti ini. Prilly yakin semenjak Ali menabraknya, Ali tak pernah tenang di sekolah dikarenakan ia yang selalu dibully. Tapi mau diapalagi nasi sudah menjadi bubur dan itu tak bisa dikembalikan seperti semula. Prilly berusaha agar kedua sahabatnya membully Ali tak seperti mereka membully orang lain di sekolah, dan setiap kali membully Ali, Prilly selalu mengambil alih.

"Prill mau diapain nih?," pertanyaan Caca membuyarkan lamunan Prilly.

"eh, iya Ca."

"nih cupu mau diapain?" tanya Caca sekai lagi.

Prilly maju selangkah berdiri tepat di hadapan Ali, ia melepas kacamata Ali dengan paksa lalu ia tersenyum.

Gak pake kacamata juga ganteng, batin Prilly.

"kayaknya kacamata lo cocok deh sama gue, gue pinjam ya." Kata Prilly kemudian ia memakai kacamata milik Ali.

Caca dan Tammy melebarkan matanya tak percaya, tiba-tiba Tammy melepas kacamata Ali yang Prilly pakai saat ini.

"ih, Prill... lo kok pake kacamata jadul kayak gini sih?, gak cocok tahu...." cetus Tammy.

Caca mengangguk, "iya, gak bagus. Terus jadul lagi,"

"jadul apaan sih?, sini kacamatanya gue mau pake!" seru Prilly mengambil kacamata milik Ali di tangan Tammy akan tetapi Tammy menjaukan dari jangkauan Prilly.

"jangan! Aku mohon itu kacamata jangan diambil atau dirusak, aku gak punya uang untuk beli kacamata baru." Ucap Ali memohon.
Jika kacamata satu-satunya itu dibuang ataupun akan mereka hancurkan ia akan memakai apa nantinya jika belajar dan membaca, sebenarnya Ali bisa saja membelinya tapi ia ingin meminta uang kepada ibunya yang sudah susah payah mencari uang.
Masuk di SMA Taruna Negarapun karena beasiswa, Ali hanya tak mau merepotkan ibunya yang banting tulang mencari nafakah.

"lo mau ini?" tanya Tammy. Ia tersenyum sinis, "nih ambil!" lanjutnya.

"Tammy kasih kacamatanya!" kata Prilly tegas.

"lo kok jadi belain dia sih?," tanya Tammy kesal

"gue bukan belain dia ya Tammy, tapi gue cuma gak mau aja lo kayak orang yang gak punya perasaan kasihan sama orang yang susah." Ujar Prilly.

Tammy menatap Prilly sengit, tak biasanya Prilly seperti ini dan sudah yang kesekian kalinya ia bersikap seperti ini.

"lo akhir-akhir ini beda Prilly," ujar Tammy lalu meninggalkan kedua sahabat setianya.

Dan saat ini, Caca bimbang tak tahu harua mengikuti siapa, Tammy atau tetap bersama Prilly.

Ali yang masih berada di situ melihat semua kejadian di antara meraka bertiga.

***

Prilly berlari manaki anak tangga satu persatu menuju rooftop sekolah, sepanjang perjalanan ia menggerutu tak jelas. Bagaimana tidak, Raka sang mantan kekasih menelponnya dan menyuruhnya naik ke rooftop.

Sesampainya, Prilly melihat Raka sedang menendang-nendang bola basket. Ia melipat tangannya di depan dada.

"Raka...." panggil Prilly.

Mendengar namanya dipanggil, Rakapun menoleh dan mendapatkan Prilly bersedekap dada. Ia mengembangkan senyum senangnya.

"aku kira kamu gak datang,"

"udah deh gak usah basa-basi, kamu nyuruh aku kemari itu mau apa?."

"gak papa, aku cuma kangen aja sama kamu." Ujar Raka.

"ck," decak Prilly.

Raka berjalan mendekati Prilly kemudian ia merangkul pundak Prilly sehingga membuat Prilly merasa risih. Prilly menggerak-gerakkan pundaknya berusaha melepaskan rangkulan Raka
.
"Raka please deh jangan kayak gini. Gue risih tahu gak?"

"lo kenapa sih, Prill? Semenjak kita naik kelas duabelas lo jadi beda kayak gini."

"beda apanya sih, Raka?."

"ya beda gak kayak dulu lagi." Ujar Raka.

"gak lo, gak Tammy semuanya bilang gue beda."

"bahkan sahabat lo aja nyadar kalo lo sekarang itu beda,"

"terserah lo deh mau bilang gue apa, gue juga gak peduli,"

Setelah berucap seperti itu kepada Raka, Prilly berlalu dari hadapan Raka. Tadi Tammy yang mengatakan bahwa ia itu berbeda dan sekarang Raka yang mengatakan seperti itu.

***
Prilly memandang Ali dan Prilla sedang berjalan di koridor sekolah sambil tertawa. Tatapan mata Ali pada Prilla sangat berbeda, setiap kali menatap Prilla mata Ali selalu berbinar dan itu mampu membuat Prilly terbakar api cemburu. Namun, Prilly tak bisa berbuat apa-apa. Marah? Untuk apa?, Ali bukan siapa-siapanya dan Ali berhak dekat dengan siapapun termasuk Prilla. Lantas apakah boleh Prilly cemburu? Apakah boleh Prilly memendam rasa cemburunya?.

Ia mengikuti Prilla dan Ali yang memasuki perpustakaan, ia duduk di bangku yang berada di pojok sebelah kanan tak jauh dari Ali dan Prilla. Dapat ia dengar apa saja yang mereka obrolkan, obrolan yang membuat Prilly sakit hati untuk kesekian kalinya.

"aku serius,"

"ih, Ali..." ucap Prilla malu-malu pada Ali.

Ali tersenyum manis, "kalau aku beneran cinta sama kamu gimana?" tanya Ali.

Prilla menoleh menatap mata Ali lekat-lekat mencari kebohongan di sana sejurus kemudian Prilla menunduk malu, ia memukul lengan Ali pelan.

Prilly yang mendengar serta menyaksikan kedekatan Ali dan Prilla, Prilly menekan dadanya. Bagaimana jika benar Ali mencintai Prilla?, apa ia bisa memehan rasa sakit ini?. Kalau bisa, Prilly tak ingin jatuh cinta. Cukup dulu Raka menyakitinya, mau diapalagi cinta tumbuh tak pernah disuruh dan tak pernah diundang.

Prilly beranjak dari duduknya, ia sedikit berlari keluar perpustakaan. Sekuat mungkin Prilly menahan air matanya agar tak jatuh, ia sudah pernah berjanji pada dirinya sendiri ia tak akan pernah menangis karena cinta. Siapa cinta itu membuat bahagia? Cinta tak pernah membuatnya bahagia tapi cinta hanya bisa membuatnya sakit hati.

Si Cupu Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang