Part 13

1.1K 59 0
                                    

Mading dipenuhi oleh kertas-kertas yang membuat seluruh penghuni sekolah memenuhi mading untuk membaca. Sesekali yang membaca ada yang memaki, mengejek dan laim sebagainya.

Prilly yang baru datang di sekolah menatap heran orang-orang yang menatapnya demgan tatapan yang tak ia mengerti. Ketika melewati tiga orang siswi, ia mendengar perkataan salah satu dari mereka seperti suara yang sengaja dibesarkan agar ia dapat mendengarnya.

"oh jadi alasan dia yang sering bully Ali itu suapaya bisa dekat dengan Ali karena dia suka sama Ali?."

Prilly menghentikan langkahnya tepat di samping mereka bertiga untuk mendengar lebih lanjut obrolan mereka.

"eh, jangan gitu dong lo, orangnya ada di situ." Tegur teman si gadis itu yang memiliki rambut panjang yang dikuncir kuda.

Siswi yang ditegur oleh temannya tadi menoleh diikuti oleh siswi yang satunya lagi menoleh ke samping menatap Prilly dengan tatapan merendahkan, siswi yang Prilly ketahui namanya Anggita Putri itu sedikit mendongakkan kepalanya sambil berkacak pinggang seperti menantang Prilly.

"lho, kenapa? Gue 'kan mau dengar lo bertiga ngomong." Kata Prilly santai, "oooh... gue tahu kalian 'kan ngomongin gue. Ck, sebenarnya orang yang diomongin gak boleh di sini jadi 'kan kalian gak bisa ngomongin gue."

Anggita maju menampakkam senyum sinisnya pada Prilly.

"coba liat cewek bermuka dua ini." Ucap Anggita pada kedua temannya, "Ternyata alasan lo ngebully Ali karena lo cinta sama Ali. Kasian banget sih, Ali gak cinta sama lo di mana-mana bagusan juga Prilla." Katanya pada Prilly.

Ketika tangannya akan melayang di pipi Anggita, sebuah tangan menahan pergerakan Prilly yang akan menampar Anggita. Prilly menoleh dan mendapatkan Raka menahan tangannya sambil menggelengkan kepala.

"jangan Prill! Mending sekarang lo liat mading isinya apa!" pinta Raka.

Dengan muka memerah karena marah, Prilly berjalan ke arah mading yang tak jauh darinya. Mukanya semakin memerah karena marah bercampur malu, matanya berkaca-kaca dengan cairan bening yang saling mendesak ingin keluar dan jika sekali berkedip maka air matanya akan jatuh membasahi pipi berisinya. Bagaimana tidak ia akan menangis? Isi diarynya kini tersebar, entah siapa yang menempelkan ini semua. Terdapat lima halaman dari isi diarynya itu dan semuanya berisi tentang perasaannya pada Ali.

Tanpa sadar dari jauh Ali melihat Prilly yang kini mengepalkan tangannya. Dilihatnya Prilly memejamkan matanya membuat air matanya jatuh, tak lama Ali melihat Prilly berlari menjauh entah ke mana, ingin mengejar Prilly namun ia teringat oleh Prilla yang notabenenya adalah kekasihnya saat ini, dan ia tak bisa begitu saja menghampiri Prilly karena takut membuat Prilla salah paham nantinya.

"Li, kamu duluan aja, soalnya aku ada urusan di ruang OSIS dulu."

Ali mengangguk mendengar perkataan Prilla, Prilla mulai menjauh dari Ali. Memang jalan ke ruang OSIS berlawanan arah dari kelas mereka. Menjauhnya Prilla, Ali mulai melangkahkan kakinya ke mading, melihat apa sebenarnya yang membuat Prilly.

Jika aku tak bisa mengatakan rasa rinduku padamu secara langsung maka aku akan menyuruh angin untuk menyampaikan rinduku padamu

Ali membaca kertas pertama, tulisan itu sangat ia kenal. Itu adalah tulisan Prilly, lantas mengapa tulisan Prilly berada tertempel di mading?. Ia kembali membaca kertas kedua.

Wajar saja aku berharap padamu, kamu berperilaku seperti memberikanku sebuah harapan. Tapi ternyata sikapmu hanyalah semata-mata karena kamu peduli padaku
jadi bisa apa aku?

Ali mengernyitkan dahinya bingung tak mengerti dengan maksud isi dari diary Prilly. Isi diary Prilly seperti menyatakan setiap perasaan Prilly pada seseorang, ada rasa sesak di dadanya ketika membacanya itu tapi lagi-lagi Ali harus mengingat kalau ia memiliki Prilla sebagai kekasih, ia tidak boleh terbawa perasaan pada Prilly, bagaimana nanti dengan Prilla yang notabenenya cinta pertamanya. Lagi, Ali membaca kertas yang ketiga.

Si Cupu Pujaan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang